Mahasiswa dari Berbagai Provinsi Menyatu di Desa Wisata Bhumi Mataram Bantul
Mereka mengikuti acara Penguatan Pembauran Kebangsaan yang diselenggarakan Bakesbangpol Bantul dan FPK Bantul.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Puluhan mahasiswa dari berbagai provinsi mengikuti acara Penguatan Pembauran Kebangsaan di Desa Wisata Bhumi Mataram Pleret Dusun Kerto Kalurahan Pleret Bantul, Selasa (25/6//2024).
Para mahasiswa itu menyatu pada acara tersebut, di antaranya berasal dari Kepulauan Riau (Kepri), Maluku, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan perwakilan dari Bali.
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bantul dengan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Bantul.
Tampak hadir Wakil Bupati Bantul Joko Budi Purnomo, Kepala Bakesbangpol Kabupaten Bantul ST Heru Wismantara S MM, Kepala Bidang Kesatuan dan Bangsa Bakesbangpol Kabupaten Bantul Supriyanta SSTP serta Kapolsek Pleret AKP Heru Suryadi SH.
Hadir pula, Lurah Pleret Taufiq Kamal S Kom, Ketua FPK Bantul Wijaya Tunggali ST, Dosen Ilmu Komunikasi UNISA Yogyakarta Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali MA serta Supriyanto dari Badan Pengelola Cagar Budaya Desa Wisata Pleret.
Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo memberikan sambutan. (istimewa)
Wakil Bupati dalam sambutannya mengatakan Penguatan Pembauran Kebangsaan adalah proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat dari berbagai ras, suku, etnis, melalui interaksi sosial dalam bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidkan dan perekonomian untuk mewujudkan kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku dan etnis.
"Forum Pembauran Kebangsaan itu adalah sebuah langkah penting yang dilakukan oleh pemerintah mempromosikan keanekaragaman di antara berbagai kelompok masyarakat. Jadi program ini adalah dalam rangka untuk saling membangun persaudaraan, membangun NKRI dan mempromosikan berkaitan dengan keberagaman kita," katanya.
Melalui forum ini, lanjut Joko, semua akan saling mengenal tidak hanya individu tapi mengenal tentang budaya dan bahasa daerah yang kemudian menjadi bagian mewujudkan bentuk kekuatan silaturahmi persaudaraan dalam rangka membangun NKRI.
"Ada lima kewenangan DIY dalam urusan keistimewaan yaitu tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, kelembagaan Pemerintah Daerah DIY, kebudayaan, pertanahan dan tata ruang. DIY menjadi potret Bhinneka Tunggal Ika. Kebudayaan bisa mempersatukan Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 dengan ideologi atau dasar negara Pancasila," katanya.
Keberagaman budaya
Sedangkan Ade Putranto mengatakan Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya, suku, agama dan latar belakang pemuda-pemudi. Pada era digital saat ini pemuda-pemudi Indonesia memiliki kesempatan luas untuk berinteraksi, belajar dan berkolaborasi lintas perbedaan.
"Keberagaman di Indonesia meliputi berbagai aspek seperti suku, agama, ras dan latar belakang sosial-budaya (SARA). Pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman ini penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Keberagaman merupakan kekuatan dan keunggulan bagi kemajuan Indonesia di era digital," katanya.
Pemuda-pemudi Indonesia, lanjutnya, memiliki peran penting menjaga dan memperkuat keberagaman. Pemanfaatan teknologi digital dapat menjadi strategi efektif untuk memperkuat keberagam.
Wijaya Tunggali menambahkan terbentuknya Forum Pembauran adalah salah satu langkah menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah.
Forum dialog
"Forum Pembauran Kebangsaan yang disingkat dengan FPK adalah wadah informasi, komunikasi, konsultasi dan kerja sama antara warga masyarakat yang diarahkan untuk menumbuhkan, memantapkan, memelihara dan mengembangkan pembauran kebangsaan," kata Wijaya.
Forum Pembaruan Kebangsaan dapat menjadi forum dialog mahasiswa lintas daerah untuk menangkal dan mencegah hal-hal yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan.
"Kita berharap FPK menjadi wadah terdepan bagi masyarakat sebagai forum dialog menangkal dan mencegah hal-hal yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara salah satunya di tingkat pelajar dan mahasiswa,” jelasnya.
Keberadaan beragam etnis menjadikan Yogyakarta sebagai Kota Pelajar menjadi indah karena lebih berwarna. “Maka itu, apa yang dilakukan FPK sangat wajar untuk terus didukung," katanya. (*)