Mahasiswa Amikom Membentuk Karakter Anak Lewat Dongeng
Banyak anak-anak, meskipun sudah bersekolah, kesulitan menerapkan nilai-nilai sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Nilai-nilai moral dan etika yang mulai tergerus pada era digital menjadi perhatian serius mahasiswa Amikom Yogyakarta. Melalui proyek sosial “Kreasi Tanpa Batas,” tim yang dipimpin Olga Naradinda berupaya menanamkan sopan santun kepada anak-anak di Desa Sardonoharjo Ngaglik Sleman.
Proyek ini bertajuk Membentuk Karakter Moral dan Etika Melalui Cerita dan Game berlangsung dua hari, 3 dan 10 November 2024, dengan menggandeng komunitas Kagem Jogja, yang fokus pada pendidikan anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Olga Naradinda selaku Ketua Proyek Sosial dari Amikom Yogyakarta dalam keterangannya Kamis (21/11/2024 mengatakan, melalui metode kreatif berbasis dongeng dan permainan edukatif, sebanyak 20 anak berusia sekolah dasar hingga menengah pertama diajak memahami pentingnya tiga kata ajaib: maaf, tolong dan terima kasih.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap semakin minimnya penerapan sopan santun, yang sering terabaikan di tengah arus teknologi dan ketergantungan pada gadget.
Sopan santun
“Banyak anak-anak, meskipun sudah bersekolah, kesulitan menerapkan nilai-nilai sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Kami ingin menawarkan solusi yang menyenangkan dan edukatif untuk membantu mereka memahami pentingnya etika,” ujarnya.
Hari pertama kegiatan, seorang pendongeng, Kak Jo, membawakan cerita dengan tema sopan santun. Olga menjelaskan, dongeng dipilih karena dianggap sebagai media yang efektif untuk menyampaikan pesan moral secara menarik. Anak-anak tampak antusias mengikuti alur cerita, yang diwarnai dengan interaksi aktif.
Pada hari kedua, tim memperkenalkan permainan kartu edukatif yang mereka rancang sendiri. Permainan ini mirip Uno, namun dilengkapi dengan aksi dan tantangan yang mengajarkan anak-anak cara meminta maaf, meminta tolong atau mengucapkan terima kasih. Dalam kelompok kecil, anak-anak berkompetisi sambil mempraktikkan nilai-nilai moral tersebut di bawah bimbingan tim mahasiswa.
"Selain itu, tim juga membagikan buku cerita yang dirancang khusus dengan tema serupa. Buku ini diberikan sebagai kenang-kenangan agar anak-anak dapat terus belajar dan mengingat pesan yang disampaikan meskipun kegiatan telah selesai," lanjutnya.
Kurang beruntung
Kegiatan ini dirancang sebagai solusi untuk tantangan yang dihadapi oleh anak-anak di Desa Sardonoharjo, yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi kurang beruntung. Kagem Jogja melihat keterbatasan fasilitas dan sumber daya seringkali membuat pendidikan moral dan etika sulit diterapkan secara maksimal.
“Anak-anak di desa ini berada dalam masa kritis pembentukan karakter. Kami berusaha membantu mereka memahami pentingnya kesopanan, empati, kerja sama dan tanggung jawab dengan pendekatan kreatif seperti ini,” ujar Olga.
Tim yang terdiri dari tujuh orang yakni Ahmad Farhan, Desinta Maharani, Norin Aulia Saputri, Yanuar Zidan Cesarento, Fadhilla Nur Fajriyah dan Abhiyasa Farrel Yudanta, memilih Kagem Jogja sebagai mitra karena komunitas ini sudah dikenal memiliki pengalaman mendampingi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Melalui program ini, Olga dan tim berharap anak-anak dapat lebih sering menggunakan bahasa sopan, menunjukkan empati kepada sesama, dan membangun kebiasaan positif. Selain itu, interaksi sosial mereka diharapkan meningkat, menggantikan waktu yang selama ini banyak dihabiskan dengan gadget.
Nilai moral
“Dengan pendekatan yang kreatif dan interaktif, kami ingin anak-anak tidak hanya memahami nilai moral, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata dia.
Bela Fataya Azmi S Kom I MA selaku dosen Ilmu Komunikasi Amikom Yogyakarta sekaligus pembimbing proyek sosial ini menyatakan inisiatif tersebut sangat relevan pada era modern.
“Sopan santun dan etika adalah hal penting, terutama di zaman sekarang, di mana anak-anak akrab dengan gadget dan media sosial tanpa pengawasan memadai. Meski langkah ini kecil, jika dilaksanakan dengan baik dan diikuti oleh program-program serupa, dampaknya akan besar bagi anak-anak dan masyarakat,” ungkap Bela.
"Walaupun gerakannya mungkin kecil, tapi insya Allah punya manfaat yang sangat besar bagi anak-anak terutama di Kagem Jogja sendiri dan wilayah Yogyakarta," tandasnya.
Proyek sosial “Kreasi Tanpa Batas” ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk mengembangkan program-program serupa yang berfokus pada pendidikan moral. Tanpa melupakan pentingnya pembelajaran formal, pendidikan karakter menjadi kunci dalam membentuk generasi muda yang beretika dan berdaya saing tinggi di masa depan. (*)