Lulusan PT Jangan Baper pada Teknologi

Lulusan PT Jangan Baper pada Teknologi

KORANBERNAS.ID -- Teknologi bagai pisau bermata dua, bisa berefek positif bisa merefek negatif. Manusia kadang tak tahu dampak teknologi sebelum terbentur dampak tersebut.

"Maka sebagai lulusan perguruan tinggi sains dan teknologi, bijaksanalah anda memahami dilema teknologi ini," ujar Rektor IST Akprind, Dr Ir Amir Hamzah MT dalam wisuda sebanyak 329  orang lulusan yang terdiri dari 293 sarjana dan 36 Ahli Madya di JEC, Sabtu (28/9/2019).

Sebagai contoh, Penemuan plastik pertama 1907, setelah 112 tahun kita berhadapan dengan gunung sampah plastik dan pencemaran laut oleh plastik. Ada 275 juta ton sampah palstik diproduksi dunia per tahun, dan 5-12 juta ton mencemari laut.

Teknologi otomotif dari Jerman yang melahirkan motor pertama di Indonesia (1893) dan mobil pertama (1894). Saat ini motor dan mobil telah membuat kemacetan di seluruh kota besar di Indonesia.   

Teknologi pengolahan zat kimia telah mampu membuat buah mentah menjadi seolah buah matang dalam waktu satu malam, yang tentu saja ini sangat berbahaya. Laiknya buah “rasa zat kimia”. Internet dan teknologi komunikasi 4G, bersama robotika dan AI yang melahirkan revolusi Industri 4.0  menciptakan bisnis dan lapangan kerja baru seperti Gojek dan Gocar, sebentar ke depan akan ditantang teknologi 5G yang melahirkan self-driving vehicle dan outonomous car, dimana tidak lagi diperlukan pekerjaan driver.  

Namun teknologi 5G yang masif juga akan mengancam manusia dengan gelombang radiasi elektromagnetik yang mengepung 24 jam yang sangat membahayakan kehidupan. Akhirnya, semua bermuara pada satu  titik, teknologi membuat kehidupan manusia lebih mudah, tapi ternyata tidak membuat manusia lebih bahagia.

"Manusia justru berputar kebingungan. Robot, Facebook, medsos membuat orang kesepian, Untuk mengatasi kesepian Jepang menciptakan Robot temani manula kesepian," ungkapnya.

Untuk itu sebagai sarjana dan ahli madya yang akan segera terjun ke masyarakat, para lulusan harus mampu menghadapi realitas negeri kita yang saat ini sedang menghadapi berbagai problem multi dimensi. Mereka tidak boleh hanyut dan bingung menghadapi kondisi ini.  

"Dengan bekal intelektual,  dengan bekal spiritual, keimanan dan ketaqwaan, gunakan sains dan teknologi dalam kebenaran," ungkapnya. (yve)