LIPI Merekomendasikan Lokasi Longsor di Aliran Sungai Luk Ulo Bebas Permukiman

LIPI Merekomendasikan Lokasi Longsor di Aliran Sungai Luk Ulo Bebas Permukiman

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN--Peneliti Geoteknologi LIPI dan Teknisi Penelitian dan Rekayasa pada Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Karangsambung Kebumen, merekomendasikan lokasi longsor di Desa Pejagoan, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen dan Desa Kedungwinangun Kecamatan Klirong, tidak layak untuk permukiman.

Rekomendasi itu berdasarkan pengkajian tanggap bencana gerakan tanah atau longsor di dua lokasi longsor, November 2020 hingga Januari 2021. Kajian ini dilakukan bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kebumen (BPBD) Kebumen, Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Kebumen.

Kajian dilakukan berdasarkan aspek geologi, geohidrologi, geoteknik dan sondir, untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya longsor dan peluang mitigasinya. Hasil kajian tersebut disampaikan dalam Rapat Koordinasi di Kantor BPBD Kebumen, Rabu (3/2/2021).

Ketua Tim Tanggap Bencana BIKK LIPI, Sueno Winduhutomo, ST mengatakan, bencana longsor sering terjadi di wilayah Kebumen, terutama di daerah dengan lereng curam pada musim hujan. Ini dipicu oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukannya.

Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan, diperoleh data bahwa dimensi longsor di Desa Pejagoan memiliki panjang 70 meter, lebar 20 meter dan luas 1.400 m2. Topografinya di lereng curam 68 derajat dengan penggunaan lahan berupa pemukiman penduduk.

Dimensi longsor di dua tempat di Kedungwinangun berdimensi panjang 40-60 meter, lebar 40-90 meter, luas 1.800-3.600m2. Topografi lerengnya memiliki kecuraman 72-78 derajat, dengan penggunaan lahan sebagai pemukiman penduduk, semak dan kebun campuran.

Dilihat dari aspek geologi, lokasi longsor masuk ke dalam aluvium (Qa) berupa lempung, pasir, kerikil, krakal hasil dari pengendapan sungai yang berumur holosen sampai resen. Di bawah aluvium tersebut, terdapat formasi halang sebagai lapisan terdekat di lokasi kejadian. Formasi halang merupakan perselingan batu pasir, batu gamping, napal dan tuf, dengan sisipan breksi yang berumur miosen tengah – miosen akhir.

Susunan tersebut merupakan lapisan batuan muda, sehingga mudah terkena erosi air.

“Merujuk pada aspek geohidrologi dan geoteknik, gerakan air tanah dan adanya tanah jenuh air juga menjadi faktor pemicu bencana gerakan tanah di lokasi bencana,” ujar peneliti Geoteknologi LIPI ini

Kepala BIKK Karangsambung LIPI Indra Riswadinata MH mengatakan, survey dilakukan untuk memperoleh kajian ilmiah yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintah melalui BPBD Kabupaten Kebumen dalam memitigasi bencana longsor.

Kegiatan ini bermanfaat bagi peneliti Geoteknologi di BIKK Karangsambung LIPI, dalam mengaplikasikan kepakarannya untuk mengkaji fenomena geologi dan berkontribusi bagi pembangunan di Kebumen.

Pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kebumen Teguh Kristiyanto MT mengatakan, penanganan bencana di Kebumen menjadi tanggung jawab banyak pihak. Dengan adanya sinergi antar lembaga, diharapkan dapat meminimalisir kendala sektoral, sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik.

Tim Tanggap Bencana BIKK LIPI dengan rekomendasi untuk keperluan mitigasi bencana longsor di kedua desa.

Rekomendasi itu antara lain, masyarakat terdampak bencana diimbau agar segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Masyarakat yang berada/tinggal dekat lokasi bencana, perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor susulan atau mengungsi sementara ke lokasi yang lebih aman. Terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama. Pengelolaan dan pengaturan drainase dimulai dari pemukiman, mengurangi kemiringan tebing sungai, penyelamatan tebing sungai dengan bronjong, serta mengurangi arus turbulensi. (*)