Lebih Irit, Petani Memilih LPG Sebagai Bahan Bakar Mesin Penyedot Air

Lebih Irit, Petani Memilih LPG Sebagai Bahan Bakar Mesin Penyedot Air

KORANBERNAS.ID, KLATEN--Kekeringan menjadi masalah rutin yang dihadapi petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Klaten, saat musim kemarau tiba. Pasalnya, banyak lahan pertanian yang kering akibat kekurangan air. Untuk mengatasi persoalan itu, tidak sedikit petani yang membuat sumur patok sendiri di sawah. Tujuannya, bilamana sewaktu-waktu terjadi kekeringan, maka air dari sumur bisa disedot dengan mesin pompa air.

Seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan Trucuk, Cawas, Juwiring, Pedan dan lain sebagainya. Di wilayah tersebut, petani yang sudah memiliki sumur patok pun masih dihadapkan pada masalah biaya operasional. Jika selama ini petani lebih sering menggunakan BBM untuk menyedot air dengan mesin, maka belakangan banyak yang beralih ke LPG 3 kilogram.

“Perbandingannya lebih irit pakai gas dari pada minyak (BBM). Kalau kemarin pakai minyak, sekarang petani di sini umumnya sudah ganti gas (LPG 3 kilogram),” kata Umar, warga Dukuh Karangpandan Desa Knaiban Kecamatan Juwiring, Rabu (24/8/2021).

Ditemui di sawah yang dia garap di pinggir Jalan Tanjung-Juwiring, Desa Knaiban, Umar menceritakan, saat ini umur padi yang dia tanam belum ada sebulan sehingga butuh air agar tidak kekeringan.

Untuk mengaliri lahan pertanian seluas satu patok atau sekitar 2000 meter persegi dengan LPG 3 kilogram, dia membutuhkan waktu 4,5 jam dan kadang lebih. Satu tabung bisa dipakai untuk menyalakan mesin pompa air selama 6 hingga 9 jam. Sementara 1 liter pertalite hanya bisa menghidupkan mesin pompa air selama 1,5 hingga 2 jam tergantung mesin pompa airnya. “Padahal satu tabung gas saya beli 20 ribu,” ujarnya.

Senada diungkapkan Aris, warga Desa Puluhan Kecamatan Trucuk. Menurutnya, saat ini LPG 3 kilogram sudah menjadi alternatif petani untuk menghidupkan mesin pompa air, selain BBM. Selain lebih irit, LPG 3 kilogram juga mudah dicari.

“Sekarang saya pakai gas. Lebih irit dan belinya juga mudah. Sementara pertalite belinya di pom bensin. Itupun sudah dibatasi dan di eceran juga nyaris tidak ada. Adanya di eceran itu pertamax dengan harga 10 ribu per liter,” terangnya.

Desa Puluhan merupakan satu diantara sekian desa agraris di wilayah Kecamatan Trucuk. Tidak sedikit warganya yang bermata pencaharian sebagai petani.

Seperti halnya wilayah lain, pada saat kemarau tiba, banyak lahan pertanian yang kekeringan dan mengancam tanaman petani. Solusinya petani mengandalkan sumur patok yang ada untuk mengaliri lahan pertanian yang digarap.

Diperoleh informasi, jika saat ini LPG 3 kilogran yang merupakan barang subsidi pemerintah tidak hanya diperuntukkan bagi warga tidak mampu dan UMKM, tapi juga sektor pertanian dan nelayan. (*)