Langgam Jawa Ora Nyana Tercipta Seminggu, Bercerita tentang Cinta yang Kandas
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Wus limang windu/Dumadine prastawa lumaku Bebarengan ngudi ngelmu/Sarwa sarwi endah kang dinulu Tansah kumanthil/ Tetep cumithak sajroning kalbu Gegojegan saben wektu/Gawe lam lamen ing siang dalu.
Ora nyana ora ngira seje pepuntone/Kabeh cabar merga sliramu ninggalke aku Katimbalan sowan Gusti kanggo salawase/Garis pesthi datan bisa diselaki Keranta-ranta/ Luh tumetes nelesi pipiku Jroning ati mung dedonga/ Kalebetna jalma kang utama.
Itulah syair langgam Jawa berjudul Ora Nyana yang diciptakan guru seni budaya MTsN 3 Bantul, Drs Sutanto. Dia memang tidak lelah berkarya. Berhasil merampungkan buku solo ke-8 Gurit 53, kini mencipta langgam Jawa berjudul Ora Nyana dan dinyanyikan oleh Pengawas SD Disdikpora Bantul Eni Purwanti MPd yang memang menggeluti seni tradisi Jawa.
“Mencipta langgam memiliki kesulitan lebih tinggi dibanding mencipta lagu anak maupun lagu pop. Karena bentuk lagunya sudah tertentu, mesti memilih kosa kata yang pas sehingga enak didengar,”kata Sutanto kepada koranbernas.id, Jumat (24/9/2021).
Lagu ini, lanjut Sutanto dicipta hanya dalam waktu seminggu sejak 5 September 2021. Langgam tersebut bercerita tentang perjalanan cinta sepasang remaja kala sekolah, namun kandas di tengah jalan. Lagu ini telah direkam 21 September silam.
Eni Purwanti mengaku memiliki kesan tersendiri saat membawakan lagu itu. “Langgam ini memiliki nilai kenangan yang mendalam, menceritakan kisah kasih yang suci, meskipun berakhir dengan sedih karena dipisahkan oleh takdir tetapi tetap abadi di hati. Saya membawakannya dengan sepenuh hati, bahkan sampai ikut terbawa dalam kesedihan,” ungkap Eni.
Sastrawan Jawa dari Yogyakarta KRT Akhir Lusono MM mengapresiasi lagu langgam Jawa yang syairnya ditulis oleh seseorang yang kreatif dan selalu gelisah ini.
Menurutnya, sebagai awam merasa sangat nyaman mendengarkannya sebagaimana nyaman mendengarkan lagu langgam yang lain. “Enak untuk penghantar tidur dan menemani ketika bekerja. Jika dikaitkan dengan kalimat yang ditata pencipta sangat paham terhadap alur atau plot. Terasa mengalir. Ibarat digambarkan ada pembuka dilanjut isi atau wos dan penutup. Ada cerita di situ, tidak hanya menulis kata menjadi kalimat tanpa makna. Asyik dan penggunaan bahasa indah juga sudah terterapkan. Sebuah karya memang sudah direka sedemikian rupa agar menjadi karya yang ciamik,” katanya.
Seniman Gurit itu berharap Sutanto terus menulis syair lagu yang bernilai. Pendengar dan penikmat akan merasa tersanjung jika ke depan ada karya lain yang mengalir bak aliran air sungai dengan memilih penyanyi yang pas dengan karakter lagu.
“Sebagai pendengar atau penikmat saya merasakan Mas Tanto perlu banyak menulis syair-syair lagu demikian. Alasan saya adalah biar ada syair lagu yang berkualitas yang beredar di pasaran. Tidak hanya karya-karya yang sifatnya hura-hura pesta pora ha ha hi hi tanpa adanya pesan moral. Padahal pesan moral itu sangat penting di tengah jaman milenial yang menggila,” ujar Akhir.
Seniman acapela Mataraman sekaligus Pamong Sanggar Omah Cangkem, Pardiman SSn, mengatakan ketika seorang guru mengungkapkan ekspresi dengan bahasa budaya maka akan membuat yang mendengar menjadi kesengsem.
Menurut Pardiman, mendengar langgam terasa asyik dan membuat adem. “Ndudut rasa Jawa, ada suasana sedih, tintrim. Melalui budaya Jawa sesungguhnya bisa sebagai sarana mengolah cipta rasa karsa. Guru adalah seseorang yang telah memilih hidupnya untuk selalu membimbing anak didik dan lingkungannya. Langgam Ora Nyana, sebuah cerita tentang kesedihan karena kehilangan, namun hadir dengan nges dan sengsem,” katanya. (*)