Kisah Petani Tadah Hujan, Desember Biasanya Matun

"Sepuluh bulan tanah ini tidak ditanami," ujar Mat Suparno.

Kisah Petani Tadah Hujan, Desember Biasanya Matun
Petani sawah tadah hujan, Mat Suparno, mengolah lahan meskipun tanahnya kering, Rabu (27/12/2023). (nanang w hartono/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Petani tadah hujan di Kabupaten Kebumen belum bisa mengolah tanah karena faktor curah hujan. Pada Desember 2023, lebih dari 20 hari tidak turun hujan.

"Biasanya Desember sudah bisa matun," kata Mat Suparno, petani sawah tadah hujan di Desa Wonokromo Kecamatan Alian Kebumen.

Kepada koranbernas.id, Rabu (27/12/2023), dia menyatakan matun adalah mencabuti rumput atau gulma yang tumbuh liar di sela tanaman padi.

Dia berkisah, lokasi sawah tadah hujan di Wonokromo hanya tujuh kilometer dari hilir Waduk Wadaslintang. Topografi persawahan di tempat itu tidak memungkinkan pemerintah membangun saluran irigasi di beberapa desa yang berada tidak jauh dari Wadaslintang.

ARTIKEL LAINNYA: 34 Keluarga Masih Bertahan di Lokasi Tanah Bergerak

Mat Suparno mengaku, daripada menganggur dia mencangkul sawah tadah hujan. Tanahnya keras. "Sepuluh bulan tanah ini tidak ditanami," ujar Mat Suparno.

Petani memanfaatkan sawah tadah hujan jika hujan sudah turun terus menerus. Dia berharap, awal tahun 2024 sudah memasuki musim hujan sehingga sawah bisa diolah untuk ditanami padi.

"Di bawah itu ada sungai. Ada airnya. Mengairi sawah dengan membeli air petani rugi," kata Mat Suparno.

Membeli air yang dimaksudkan adalah memompa air dari sungai ke sawah tadah hujannya.

Kepala Desa Wonokromo, Suwarno, mengatakan sebagian besar sawah di desanya terasiring tadah hujan. Karena hujan masih jarang, sangat sedikit petani yang sudah mengolah sawahnya. (*)