Kisah Pensiunan Polisi dan Datsun b10, Mobil Jadul Yang Menghadiahinya Dua Penghargaan Hanya Dalam Tiga Tahun
KORANBERNAS.ID, BANTUL--S. Budiyono, melambaikan tangan dari belakang stir mobil jadulnya. Mobil cukup mungil itupun perlahan meluncur di jalanan beraspal di wilayah Muntilan, Kabupaten Magelang.
Begitu mulai melintas di ruas jalan negara, pengguna jalan lain yang secara kebetulan melihatnya, terus menatap penuh rasa kagum. Sambil tersenyum, sebagian dari mereka sempat mengacungkan jempol tangan. Pensiunan polisi inipun, kemudian membalas senyuman dan balik memberi acungan jempol.
“Rasanya seneng banget. Bangga gitu. Mungkin mereka heran, mobil setua ini masih tampil keren. Gak kalah dari mobil baru,” kata purnawirawan polisi yang tinggal di daerah Jumoyo Muntilan ini.
Bernama lengkap AKBP (pur) Slamet Budiyono SH, pria ini mengakui Datsun b10 buatan tahun 1968 ini menjadi salah satu koleksi mobil lawas kesayangannya.
Selain b10 yang lebih dikenal dengan sebutan Datsun Pertamina, Budi juga punya koleksi Holden tahun 1964, Hartop tahun 1979 dan Toyota Starlet tahun 1996.
Ia mengaku menyukai mobil-mobil lawas. Apalagi kalau mobil itu masih orisinil, membuatnya tidak merasa sayang untuk merenovasinya agar lebih sempurna, sekalipun menelan biaya yang tidak sedikit.
“Datsun saya itu, belinya hanya 17 jutaan sekitar 3 tahun silam. Tapi biaya renovasinya lebih dari 50 juta,” tambahnya.
Meski sudah tua dan hanya bermodal mesin 1.000 cc, Datsun b10 atau Datsun Pertamina miliknya, telah banyak memberi cerita. Tahun 2021, ia mendapatkan mobil ini dari Mas Munir, sosok yang dikenal jagonya mobil-mobil tua di Jogja.
“Dia bilang ada mobil Datsun b10. Katanya mobilnya lucu. Saya penasaran dan langsung ke rumahnya. Rupanya oleh pemilik lama kurang terawat. Tapi dari rumah dia, bisa dinaiki sampai rumah Mas Munir di Sleman. Bodi dan mesinnya juga orisinil,” kisahnya.
Setelah dibayar, Budiyono langsung membangun atau merenovasi mobilnya. Butuh waktu hampir setahun, untuk melahirkan kembali Datsun b10, layaknya baru keluar dari toko. Bodi dipoles dan dicat ulang. Juga mesin hingga jok dan pernah-perniknya.
“Walaupun sudah kakek-kakek, di starter langsung jreng. Gak pake ngek-ngek-ngek, seperti yang biasa terjadi di mobil tua,” kata Budiyono bangga.
Budiyono saat mengikuti acara Datsun Day di Pantai Parangkusumo Bantul. (istimewa)
Tak ingin menikmatinya sendiri, anggota Bintara Polisi Angkatan 1982 ini dan sekolah perwira Angkatan 20 atau tahun 1992-1993 Wira Pradana ini, lantas masuk ke komunitas. Ia juga aktif mengikuti kegiatan komunitas di berbagai kota.
Tahun 2023 silam, mobil tuanya ia kendarai hingga wilayah Cepogo Boyolali. Tanpa rewel di jalan dan bahkan merebut penghargaan. Ia pulang membawa piagam dan piala. Kemudian saat event Datsun Day di Pantai Parangkusumo Bantul, Minggu (28/7/2024) kemarin, b10 miliknya juga dinobatkan sebagai mobil Datsun Tertua yang masih eksis, menyisihkan sekitar 70 mobil Datsun lain dari seluruh Indonesia yang hadir di acara.
"Dapat piagam lagi dan dapat knalpot. Ha ha ha,” kata Budi tertawa.
Ketua sekaligus pendiri Jogja Datsun Club yang kemudian berganti nama menjadi Old Datsun menyerahkan langsung piagam untuk Budiyono selaku peserta Datsun Day dan pemilik Datsun b10.
Janto, begitu pemilik bengkel di Condongcatur dan Gedong Kuning ini biasa dipanggil, mengaku senang semangatnya untuk nguri-uri mobil Datsun mendapat dukungan dari para pemilik dan penggemar mobil ini.
Kolektor 23 mobil Datsun berbagai tipe ini menyebut, Datsun termasuk mobil tua keluaran Jepang yang sampai saat ini dikenal tangguh, bandel dan nyaman. Perawatannyapun terbilang mudah.
“Saya dari SMP sudah main Datsun. Hingga kemudian mendirikan bengkel Datsun di Jogja. Saya punya Datsun untuk balapan atau rally,” lanjutnya.
Deretan mobil Datsun tua dari berbagai tipe saat acara Datsun Day di Pantai Parangkusumo Bantul. (istimewa)
Datsun Day yang digelar di Pantai Parangkusumo Bantul, kata Janto, merupakan agenda rutin tahunan yang digelar komunitas. Kopi darat di Bantul kemarin menjadi event ke-8 yang digelar komunitas dan dihadiri oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Peserta paling jauh berasal dari Palu, yang mengendarai Datsun pickup 1.500 cc. Selain Palu, peserta juga dating dari Jakarta, Jawa Timur dan sejumlah daerah di Jawa maupun luar Jawa.
“Sekarang Old Datsun membawahi sejumlah komunitas Datsun lainnya dari banyak provinsi. Tipe mobil dan keluaran tahunnya bermacam-macam. Tapi yang pasti Datsun tua, bukan Datsun keluaran baru. Ada anggota kami yang gemar Datsun pickup, ada juga yang senang dengan tipe sedan. Ada orisinilan, tapi ada juga yang sudah mengganti mesinnya. Kawan-kawan dari Jakarta misalnya, senang mengganti mesin. Jangan heran mas, perjalanan dari Jakarta ke Jogja mereka tempuh hanya 5 hingga 6 jam, karena mesinnya sudah diganti,” kata Janto. (*)