Keadilan Sosial bagi Pemilik Hak Istimewa

Keadilan Sosial bagi Pemilik Hak Istimewa

PEMBAHASAN privilege memang sampai saat ini menjadi salah satu pembahasan yang sering diperbincangkan di kalangan masyarakat, lebih tepatnya di sosial media. Jika dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, privilege diambil dari kata ‘privilese’ yang artinya dalam Bahasa Indonesia adalah hak istimewa. Kesimpulannya privilege ini merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh seseorang. Contoh dari privilege adalah hak istimewa seseorang yang lahir dari kalangan keluarga yang mampu, hak istimewa seseorang yang lahir dengan rasa tau golongan tertentu serta lahir dengan keadaan keluarga yang harmonis bisa menjadi salah satu privilege beberapa orang.

Hal-hal tersebut memicu sudut pandang terhadap masyarakat bahwa privilege ini dapat menimbulkan suatu ketidakadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Semakin banyak orang yang selalu menganggap bahwa orang-orang yang memiliki privilege ini sangat mudah untuk menjalankan kehidupan. Mudah dalam mencari pekerjaan bahkan mudah untuk mencari tahta atau jabatan yang tinggi karena orang tersebut memiliki “privilege”.

Tidak selamanya kesuksesan seseorang disebabkan oleh hak istimewa yang dimiliki. Banyak pula orang-orang di luar sana yang bisa mencapai kesuksesan karena hasil dari kerja keras mereka sendiri. Memang ada beberapa di luar sana yang sangat mudah mendapatkan hasil yang memuaskan dan instan, hanya karena mereka memiliki hak istimewa yang orang lain tidak miliki. Privilege memang bisa menjadi pengaruh kesuksesan seseorang, tetapi usaha dan kerja keras bisa menjadi pengaruh yang lebih besar lagi. Karena di luar sana, banyak orang yang merintis kesuksesannya benar-benar dimulai dari nol, tidak hanya semata-mata karena ia memiliki privilege.

Terkadang orang meremehkan orang lain yang sudah mencapai kesuksesan, tetapi memang pada dasarnya orang-orang tersebut tergolong orang yang lahir dari keluarga yang kaya. Sebagian orang akan memiliki stigma bahwa orang tersebut bisa sukses karena dia lahir di keluarga yang kaya. Pada kenyataannya, tidak semua orang yang berasal dari keluarga kaya selalu bergantung dengan orang tuanya dalam mencapai kesuksesan. Maka itu, kita tidak boleh memiliki stigma seperti itu. Di dunia pekerjaan, pasti sudah tidak asing dengan istilah “orang dalam”. Terkadang banyak juga yang menyuap suatu perusahaan agar orang tersebut bisa mendapatkan jabatan yang ia mau. Hal tersebut juga bisa menimbulkan ketidakadilan di lingkungan masyarakat. Ketika banyak orang yang memiliki latar skill bagus dan sudah berusaha keras mengikuti seleksi tetapi masih kalah dengan orang yang dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan dengan cara “orang dalam”.

Selain kesuksesan, seseorang yang dinilai memiliki “visual” yang baik juga bisa memiliki banyak hak istimewa di lingkungan masyarakat. Sebagai contoh ada influencer beinisial “A”, ia merupakan seorang gadis yang berparas cantik, tetapi suatu saat ia melakukan kesalahan besar. Lalu apa yang terjadi? Orang-orang pasti akan membelanya dengan alasan karena dia cantik. Dan berbanding terbalik jika ada influencer yang tampang parasnya biasa saja melakukan kesalahan besar, apa yang dilakukan masyarakat? Iya, menghujat dan mencaci maki habis-habisan dengan alasan karena wajahnya yang biasa saja. Terlihat tidak adil, tetapi memang kenyataan tersebut sering terjadi di Indonesia maupun di negara lain. Maksud saya, apabila ada orang yang melakukan kesalahan jangan dibela hanya karena dia “cantik” atau “ganteng”, karena alasan tersebut tidak masuk akal. Seakan-akan orang yang memiliki visual yang bagus bisa melakukan kesalahan yang semena-mena. Terdapat contoh lainnya, ada salah satu influencer yang memiliki good looking melakukan gerakan amal, pasti masyarakat akan sangat mengapresiasi perbuatan dari influencer tersebut. Tetapi bagaimana jika seorang influencer yang biasa saja melakukan gerakan amal, masyarakat seringkali kurang mengapresiasi. Padahal seharusnya saat orang melakukan hal baik, harus diberikan apresiasi yang sama tanpa melihat orang itu siapa.

Pada ideologi Pancasila sila kelima tertulis “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Tetapi pada kenyataannya, orang-orang masih mebedakan perlakuan satu orang ke orang lainnya. Bisa dilihat, hal tersebut menandakan bahwa nilai Pancasila masih rendah di kalangan masyarakat, karena masyarakat belum bisa memperlakukan keadilan kepada seluruh masyarakatnya.  *

Faizah Nur Indriani

Mahasiswi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.