Kasus DBD Masih Jadi Momok, Pakar UGM Soroti Problem Miskonsepsi

Banyak pasien atau orang tua yang beranggapan, bahwa apabila mereka atau anak mereka sudah pernah terkena dengue, maka akan kebal dan tidak bisa terjangkit lagi.

Kasus DBD Masih Jadi Momok, Pakar UGM Soroti Problem Miskonsepsi
Para narasumber saat acara PENTALOKA Nasional DINKES 2024. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Dr. dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A(K), Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, menyampaikan masih adanya miskonsepsi seputar dengue yang beredar di tengah masyarakat.

Hal ini, menurutnya, menjadi salah satu problem serius, dalam kaitan dengan upaya mengatasi dan membendung merebaknya kasus DBD di Indonesia.

“Masih banyak pasien atau orang tua yang beranggapan, bahwa apabila mereka atau anak mereka sudah pernah terkena dengue, maka akan kebal dan tidak bisa terjangkit lagi. Padahal faktanya tidak demikian, manusia dapat terjangkit dengue lebih dari satu kali, dan biasanya infeksi yang berikutnya justru berisiko lebih parah, bahkan bisa berujung kematian. Virus dengue terdiri dari empat serotipe, infeksi  oleh satu serotipe, tidak membuat kebal terhadap serotipe yang lain. Sudah banyak kasus di sekitar kita yang anggota keluarganya direnggut oleh penyakit ini,” kata Dr Ida.

Hal ini disampaikan, sehubungan dengan acara PENTALOKA Nasional ADINKES 2024 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) pada tanggal 5-7 November 2024 di Yogyakarta.

Dr. Ida menambahkan bahwa meski  infeksi dengue sudah lama, sampai saat ini masih belum ada pengobatan yang khusus untuk penyakit ini.

“Pengobatan yang diberikan oleh dokter saat ini lebih untuk mengatasi gejala dan mengurangi keparahan penyakit seperti kekurangan cairan, mual, lemas, dan lain sebagainya. Untuk itu, upaya pencegahan yang inovatif seperti vaksinasi diperlukan, agar dapat memberikan perlindungan kepada seluruh anggota keluarga dan menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi keparahan. Tetapi untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus diberikan dengan dosis sesuai rekomendasi, atau bagi anak-anak, mengikuti pedoman terbaru dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Yang utama dalam pencegahan dengue adalah kesadaran masyarakat akan risiko dan pencegahan yang tepat waktu,”  lanjutnya.

Dalam acara PENTALOKA Nasonal ADINKES ini, PT Takeda Innovative Medicines menunjukkan komitmennya dalam mendukung upaya bersama melawan penyakit dengue.

Takeda menghadirkan sesi diskusi panel bertajuk “Efektivitas Vaksinasi untuk Pengendalian Dengue” pada hari kedua. Dalam sessi ini, para pakar berbagi wawasan kepada tenaga kesehatan lain, seputar pentingnya intervensi inovasi dalam mencegah penyebaran, serta keparahan infeksi dengue.

“PENTALOKA Nasional ADINKES 2024 menjadi momentum penting untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan di Indonesia, yang merupakan pilar utama dan garda terdepan dalam menjaga kesehatan masyarakat. Melalui kolaborasi dalam forum ini, kami dapat memperluas wawasan dan keterampilan para tenaga kesehatan untuk siap menghadapi berbagai tantangan di lapangan, termasuk dalam bidang kardiovaskular, dengue, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, dan lain sebagainya. Kami juga menyampaikan apresiasi kepada PT Takeda Innovative Medicines atas kontribusi dan komitmen yang kuat dalam mendukung penguatan sistem kesehatan di Indonesia. Salah satunya melalui acara ini,” kata Dr. M Subuh, MPPM, Ketua Umum Pentaloka Nasional ADINKES 2024.

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan, di Indonesia, semua orang berisiko terkena dengue sepanjang tahun, terlepas dari di mana mereka tinggal, usia, atau gaya hidup mereka. Tidak hanya itu, selain mengancam jiwa, penyakit ini juga menimbulkan beban yang signifikan.

Oleh karena itu, untuk melawan dengue, pencegahan memegang peran yang penting. Ada tiga hal yang dapat kita lakukan bersama, yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain seputar dengue serta pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan menerapkan 3M Plus, serta memanfaatkan metode pencegahan yang inovatif,” katanya.

dr. Fadjar SM Silalahi, Ketua Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI yang mewakili dr. Yudhi Pramono, MARS, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, menyampaikan bahwa pemerintah telah menerapkan pendekatan yang menyeluruh melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021-2025.

“Kita melihat bahwa kasus dengue angkanya masih terus bertambah. Kami mencatat, sampai dengan minggu ke-41 tahun 2024, terdapat 203.921 kasus dengue dengan 1.210 kematian, yang berasal dari 482 Kabupaten/Kota di 36 Provinsi. Kami sadar, dengue di Indonesia tidak bisa hilang begitu saja walaupun berbagai program PSN telah kita terapkan. Mulai dari larvasida, fogging fokus, penerapan Gerakan 3M Plus, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, dan lain sebagainya. Bahkan, pemerintah telah menetapkan STRANAS Penanggulangan Dengue 2021-2025 melalui pencegahan terpadu yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Upaya ini tidak hanya fokus pada pengendalian vektor dan lingkungan, tetapi juga secara progresif mengadopsi metode pencegahan inovatif, termasuk vaksinasi dan nyamuk ber-Wolbachia,” paparnya.

Namun demikian, implementasi kebijakan ini memerlukan kolaborasi yang kuat antara sektor publik dan swasta. Untuk itu, pemerintah mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam penerapan strategi ini.

Dengan adanya pendekatan inovatif yang kini semakin dapat diakses, diharapkan setiap lapisan masyarakat dapat memperoleh perlindungan yang lebih kuat dari bahaya dengue, yang menjadi ancaman kesehatan masyarakat secara berkelanjutan,” jelasnya. (*) (*)