Kapasitas Rumah Sakit Tak Memadai, UAD Bangun Shelter Covid-19

Kapasitas Rumah Sakit Tak Memadai, UAD Bangun Shelter Covid-19

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Banyak rumah sakit yang saat ini kekurangan bed untuk menampung pasien Covid-19 di DIY. Tingginya angka penambahan kasus baru setiap hari menjadi salah satu penyebabnya.

Bahkan saat ini kasus positif Covid-19 di DIY sudah mencapai lebih dari 22 ribu. Setiap hari lebih dari 200 kasus baru, muncul.

Karena itu Universitas Ahmad Dahlan (UAD) membangun shelter di kawasan Kampus IV. Pembangunan shelter ini menjadi salah satu bentuk peran seta kampus dalam upaya pencegahan dan pengendalian penularan Covid-19. Shelter UAD dikembangkan dengan dukungan dari Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Pemda Bantul, Gugus Tugas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

"Pembukaan shelter merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan kepedulian UAD sebagai institusi pendidikan, sekaligus sebagai wujud pengabdian institusi terhadap masyarakat," ujar M Junaedi, Direktur Shelter UAD, di sela peresmian shelter, Kamis (4/2/2021).

Pengembangan shelter ini sebagai kelanjutan pembentukan Tim Satgas Covid-19 sejak Maret 2020 UAD. Tim ini berperan aktif dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 di lingkungan UAD. Adanya beberapa sivitas yang positif, tetapi tidak memiliki tempat yang layak atau tidak mendapatkan izin untuk isolasi mandiri di rumah maupun kos, sehingga kehadiran shelter diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan tersebut.

Shelter UAD digunakan untuk isolasi bagi warga yang positif tanpa gejala atau dengan gejala ringan. Bangunan shelter terdiri dari 5 lantai, 1 lantai digunakan sebagai office, ruang olahraga untuk warga shelter, dan 1 kamar VIP. Lantai 2-5 terdiri dari 48 kamar yang digunakan untuk isolasi.

"Selain itu terdapat ruang tindakan apabila terjadi keadaan pada warga shelter yang memerlukan tindakan kesehatan oleh perawat/dokter sebelum dilakukan perujukan ke rumah sakit," jelasnya.

Di shelter ini pasien mendapatkan pemantauan kesehatan hingga selesai masa isolasi. Pasien bisa melakukan isolasi selama 10 hari.

"Warga shelter mendapatkan pemantauan kesehatan mandiri. Selain itu mendapatkan tindakan dari dokter atau perawat jika diperlukan dan tindakan jika terjadi kegawatdaruratan," jelasnya. (*)