Ini Dia Senjata DIY Menekan Covid-19

Ini Dia Senjata DIY Menekan Covid-19

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kurva reproduction number atau pertambahan kasus di DIY seakan-akan mengalami pembalikan. Mulai terasa landai di bulan April hingga Juni, namun dalam sepekan terakhir di bulan Juli terjadi fluktuasi kasus yang beragam. Beberapa kali terjadi lonjakan kasus Covid-19 di DIY.

Setelah dilakukan penelusuran (tracing), biang keladi pertambahan kasus di Yogyakarta diakibatkan mobilitas warga yang meningkat. Namun, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan pihaknya tak bisa melarang mobilitas masyarakat, baik warga Yogyakarta sendiri yang ke luar daerah, maupun orang-orang yang hendak berkunjung dan berwisata ke Yogyakarta.

“Tapi kan aku ra iso (tidak bisa, red) mengatakan kamu jangan pergi dari Jogja, saya kan nggak bisa,” ujar Sultan, Selasa (7/7/2020) siang, di Kantor Gubernur atau Kepatihan.

Padahal dalam beberapa pekan terakhir, pertambahan kasus maupun transmisi persebaran virus Corona berawal dari mobilitas manusia yang mulai meningkat. Buktinya pada 7 Juli 2020, Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 tingkat DIY mencatat adanya tujuh penambahan kasus baru, dengan tiga kasus di antaranya berasal dari warga Yogyakarta yang melakukan perjalanan ke luar daerah.

“Kalau keperluan orang saat pergi dari Jogja kan alasannya bisa macam-macam, tapi pulangnya nanti bawa penyakit (Covid-19). Satu-satunya cara kita (tes) swab dengan cepat sebelum terjadi penularan selanjutnya,” tutur Gubernur.

Tracing hukumnya wajib

Saat disinggung tentang kemungkinan peningkatan kasus pasca dibukanya obyek wisata (obwis), Gubernur menegaskan tracing harus dilakukan oleh semua entitas pariwisata.

“Saya sudah telepon seluruh bupati, membuka kawasan wisata itu tidak sekadar loket tiket dijaga TNI atau Polri dan Satpol PP, tidak! Saya tanya ke bapak dan ibu bupati, kalau dibuka, nanti tracing-nya gimana kalau ada yang positif. Sebelum masuk kita siapkan thermo gun, kita sediakan hand sanitizer dan nanti diminta jaga jarak. Nah kalau itu saya bilang, itu protokol, bukan tracing,” ungkapnya.

Dirinya menyontohkan terobosan barcode dan pendataan bagi pengunjung yang memasuki kawasan Malioboro akan coba diterapkan di seluruh obwis yang ada. Pemda akan menginstruksikan inovasi pendataan pengunjung itu di lima kabupaten/kota.

“Sekarang datang di-thermo gun negatif, tapi begitu dia dari Parangtritis, dari Kaliurang, dari mana pun setelah berwisata, tiga hari berikutnya menderita sakit. Begitu diperiksa, kecenderungan positif. Bagaimana saya men-tracing dia kalau yang datang ke tempat wisata tidak jelas siapa saja,” papar Gubernur.

Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan, tidak hanya mewajibkan warga dan pelaku ekonomi mematuhi protokol, dirinya juga menginstruksikan kepada seluruh entitas pariwisata menerapkan tracing agar dapat memudahkan pelacakan apabila ada pertambahan kasus baru.

“Masuk ke Parangtritis, ke Kaliurang dan ke obyek wisata mana pun di DIY ini harus menanyakan seperti di Malioboro, ‘kamu namanya siapa, nomor hape kamu berapa, alamatmu di mana’. Biar pun itu di Malioboro, sehingga setelah dari Malioboro kemudian pergi ke Kaliurang, ke keraton, ke Mangunan, tidak perlu mendaftar lagi, karena data dia sudah ada,” jelasnya.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dikonfirmasi Gugus Tugas, dengan penambahan tujuh kasus baru, kini secara akumulatif ada 346 kasus Covid-19 di Yogyakarta sampai Selasa (7/7/2020) sore. Gugus Tugas juga mencatat ada pertambahan empat orang pasien yang berhasil sembuh, sehingga total ada 282 kasus kesembuhan yang dilaporkan. (eru)