Ratusan Hektar Sawah di Purworejo Diserang Hama Wereng
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Di tengah pandemi Covid-19, ratusan hektar persawahan di Kabupaten Purworejo diserang hama wereng. Akibatnya, sebagian petani Purworejo mengalami kerugian besar.
Kepala Dinas Pertanian Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Wasit Diono, kepada koranbernas.id, Selasa (5/5/2020), di kantornya membenarkan serangan hama wereng di persawahan Purworejo. Pada masa tanam pertama (MT1) lahan seluas 1.660 hektar di seluruh Purworejo terserang hama wereng. Menurut Diono, pihaknya sudah melakukan tindakan pengendalian di beberapa titik yang diserang hama wereng, pengamatan petugas pengawas lapangan (PPL) dibantu kelompok tani.
"Hama wereng tersebut tidak hanya menyerang persawahan di Kabupaten Purworwjo saja, melainkan di Kabupaten tetangga juga mengalami hal yang sama. Serangan hama wereng tersebut melanda sebagian besar persawahan padi di Purworejo, tetapi yang terparah di kecamatan Pituruh," paparnya.
Menurutnya, serangan hama wereng tersebut berdasarkan siklus 5 tahunan dan sudah diprediksi berdasarkan ilmu titen atau kebiasaan alam.
Selain kecamatan Pituruh, kecamatan lainnya yang terserang hama wereng seperti Grabag, Purwodadi, Ngombol, Butuh dan lain sebagainya. "Hama wereng menyerang batang padi, dari atas tidak kelihatan, tahu-tahu padi semua mengering," jelas Diono.
Dia tidak menampik kalau banyak petani mengalami gagal panen akibat serangan hama wereng.
Dengan selesainya masa tanam pertama (MT1) di tahun 2020, maka banyak petani memasuki masa tanam kedua (MT2) dengan lahan sebesar 742 hektar. Pada kasus tersebut, padi di dalam persemaian sudah diserang hama wereng. Lahan tersebut masing-masing berada di kecamatan Pituruh (272 hektar), Gebang (185 hektar), Purwodadi (144 hektar), Ngombol (108 hektar), Bayan (20 hektar), Kaligesing (8 hektar) dan Bener (3 hektar).
"Upaya kita masih sama dalam gerakan pengendalian hama meski tidak didukung anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Untuk itu, kami mengajukan dana melalui laboratorium pengendalian hama tanaman wilayah Kedu, Jawa Tengah di Temanggung," katanya.
Namun, lanjut Diono, tidak semua petani di Purworejo mengalami gagal panen. Masih banyak petani Purworejo yang berhasil panen padi dengan baik.
Sementara itu, seksi Pengendalian Organisasi Pengganggu Tanaman, Dinas Pertanian Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Ruth Naftaly Liberty, mengatakan kerusakan padi pada saat persamaian karena jarak antara MT1 dan MT2 sangat dekat. "Selain jarak yang berdekatan antara MT1 dan MT2, petani juga tidak berusaha melakukan sanitasi dan melakukan pembakaran lahan terlebih dahulu pada saat selesainya panen pada MT1. Kami berusaha mengendalikan 742 hektar MT2 yang di serang hama wereng, kami berusaha memperkecil kehilangan hasil," papar Ruth.
Menurut Ruth, dekatnya jarak antara MT1 dan MT2 dikarenakan petani mengejar pasokan air, berhubung curah hujan sangat minim, dan waduk Wadaslintang sudah ditutup.
Ruth menambahkan, pada awal Januari 2020 curah hujan masih minim sehingga jadwal pada MT1 mundur. Untuk itu petani berusaha sesegera mungkin untuk memasuki MT2.
Untuk mengatasi pembasmian hama wereng tersebut diperlukan kerja sama antar-petugas pengawas lapangan (PPL) dengan masyarakat.
"Jika setengah hektar terserang hama wereng, maka 5 kali lipat luas yang terserang wereng tersebut harus dibakar agar steril. Untuk pekerjaan tersebut dibutuhkan kerja sama dengan sekitar 50 warga. Hal tersebut untuk saat ini bertentangan dengan protokol penanganan Covid-19 di mana orang tidak boleh berkumpul," ungkap Ruth.
Masih menurut Ruth, penyebaran hama wereng bisa melalui aliran air dan angin. Selain itu serangga hama tersebut bersayap sehingga bisa terbang. Hama wereng tersebut menyerang pada batang pohon padi, akibatnya pohon menjadi kering. Hal tersebut sebenarnya bisa dicegah.
"Kami melakukan dengan dengan gerakan pengendalian. Jika populasi rendah bisa dibasmi dengan pestisida alami," katanya.
Masih menurut Ruth, idealnya dengan selesainya MT1 petani menanam palawija. Kalau pun petani tetap memilih padi, varietasnya harus berbeda dengan varietas padi sebelumnya. Dan juga cara menanam harus jejer legowo alias berjarak sehingga ada rongga untuk pengendalian.
Menurut pengamatan koranbernas.id, di Kecamatan Pituruh, hama wereng menyerang desa Pituruh, Prigelan, Sikambang, Tunjungtejo, Dlisen Wetan, Sekartejo, Pepe dan Tersidi. Karena serangan hama wereng tersebut, banyak tanaman padi yang dibiarkan tidak dipanen.
Tumingan (58), warga desa Sutogaten, Kecamatan Pituruh, Purworejo, akhirnya harus memutuskan memanen padinya di usia yang relatif masih muda. Alasannya daripada keburu kering puso diserang hama.
Menurutnya, kekacauan petani sawah di Pituruh sejak awal sudah dirasakan. Dari sawah kering karena tak ada stok air dari Wadaslintang, lalu membendung sungai di Kalikotes, hingga akhirnya bisa tanam padi.
"Kini sudah mau panen ada hama wereng menyerang. Kami sudah jatuh masih ketimpa tangga," gerutu Tumingan. (eru)