Indahnya Matahari Tenggelam dari Bukit Watu Gupit

Indahnya Matahari Tenggelam dari Bukit Watu Gupit

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Wisatawan yang menyukai alam nan menantang, obyek wisata Watu Gupit  di wilayah Giricahyo Purwosari Gunungkidul bisa menjadi pilihan.

Akses ke lokasi itu cukup mudah, dari arah Kota Yogyakarta bisa melalui Jalan Parangtritis hingga melewati pantai dan lurus ke arah  selatan (Gunungkidul). Sekitar 100 meter, terlihat petunjuk ke arah barat dan terus naik mengikuti jalan berkelok beraspal mulus.

Jika diukur, Watu Gupit berada pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Maka, bukan hal aneh untuk mencapainya butuh usaha ekstra keras.

Sebab saat sampai di lokasi dan memarkir kendaraan, pengunjung harus jalan kaki menuju bukit tersebut. Jangan khawatir, pengelola sudah membuat tangga.

Bagi yang haus dan lapar, ada kios ataupun kafe dengan beragam menu. Harganya terjangkau. Ada pisang goreng, singkong goreng, risol, olahan ikan dan jajanan lain serta aneka minuman.

Begitu  mencapai puncak bukit Watu Gupit atau sering disebut Bukit Paralayang, segalanya terbayar dengan suguhan pemandangan yang sangat indah.

Tatkala koranbernas.id bersama Panewu  Purwosari Wahyu Ardi Nugroho MA dan pengelola Watu Gupit, Guntoro,   mengunjungi lokasi, Rabu (12/10/2022) sore, terlihat pemandangan hijau bukit dan pegunungan, berpadu dengan hamparan ombak lautan pantai selatan yang menderu susul-menyusul tiada henti dengan buih putihnya.

Matahari tenggelam (sunset) di ufuk barat menjadi perpaduan pemandangan yang luar biasa indah.

“Watu Gupit adalah salah satu wisata yang  banyak diminati dan  buka tahun 2017 dengan tingkat kunjungan sekitar 240.000 orang per  tahun. Kemudian ada penurunan karena Covid. Sekarang mulai bangkit lagi,” kata Wahyu Ardi.

Di Watu Gupit, saujana (sejauh mata memandang, red) yang terhampar adalah alam menghijau. Bagi yang ingin sensasi terbang, ada  juga olahraga minat khusus paralayang. Hanya saja untukparalayang tidak bisa dilakukan setiap saat, karena dibuka dengan memperhatikan kondisi angin.

Guntoro menambahkan Paralayang biasanya buka bulan Desember. Untuk terbang tandem menggunakan paralayang sudah ada instruktur yang berkualifikasi dengan durasi di udara 10 menit dan finish di Pantai Parang Endog. Naik paralayang wisatawan dikenakan biaya Rp 450.000.

“Untuk wisata yang harian itu adalah melihat pemandangan alam dan laut dari ketinggian. Setiap hari ada 400 sampai 500 wisatawan yang datang. Kalau akhir pekan 1.000 hingga 1.200 orang,” katanya.

Kendati buka sejak pukul 09:00, wisatawan biasanya ramai sore hari karena memang mayoritas ingin menikmati sunset.

Adapun retribusi Rp 5.000 setiap orang. “Di sini selain pemandangan alam dan wisata paralayang, kami dari pengelola juga sudah melengkapi dengan kios makanan dan oleh-oleh serta pendapa,” katanya. (*)