Imbas Perselisihan TIV dan ST, Belasan Sopir Ikut Terancam Kehilangan Pekerjaan

Imbas Perselisihan TIV dan ST, Belasan Sopir Ikut Terancam Kehilangan Pekerjaan
Arif Budiono bertemu dengan pengurus PSP di Delanggu. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Belasan sopir yang biasa mengirimkan Aqua galon dari pabrik Aqua di Klaten ke Gudang Distributor CV Sumber Tirta di Sleman, ikut terkena imbas dari perselisihan antara PT Tirta Investama (TIV) dengan distributornya di Yogyakarta CV Sumber Tirta (ST). Mereka terancam kehilangan pekerjaan yang sudah mereka jalani lama, sejak Pabrik Aqua di Delanggu beroperasi.

Salah seorang sopir truk, Agus Sawit mengaku was was dengan nasibnya sebagai buntut dari perselisihan antara TIV dan ST. Bagi Agus yang dulunya berprofesi sebagai sopir truk antar kota, mendapat pekerjaan untuk mengantarkan Aqua galon dari Delanggu ke Jogja secara rutin, merupakan keuntungan.

Selain jaraknya tidak jauh sehingga bisa selalu pulang ke rumah, hasil atau upahnya sebagai sopir juga lebih pasti.

“Ya kalau saya sih, harapannya jangan putuslah. Artinya TIV dan ST tetap bekerjasama seperti selama ini. Jadi saya juga tetap bisa bekerja,” kata Agus, warga desa dimana Pabrik Aqua berdiri.

Sosok pria tinggi besar ini mengaku sudah merasa cocok dengan pekerjaannya yang sekarang. Ia juga mengaku tidak pernah ada masalah dengan CV Sumber Tirta (ST) baik dalam hubungan pekerjaan maupun dalam kaitan dengan pembayaran.

Agus merasa sudah sangat nyaman, bahkan dengan sopir-sopir yang tercatat sebagai karyawan dari CV Sumber Tirta.

“Ya sudah lama kenal. Sudah seperti keluarga juga. Kalau terpaksa putus, saya sendiri juga belum tahu nanti akan bekerja dimana,” lanjut Agus, akhir pekan lalu.

Pasca gonjang ganjing kontrak kerjasama antara TIV dan ST, Wahyu yang tercatat menjadi salah seorang pengurus Putra Sinar Perkasa (PSP) paguyuban yang menangani pengiriman dari pabrik Aqua ke distributor termasuk CV Sumber Tirta, mengaku sempat dihubungi oleh perwakilan distributor yang belakangan ikut menggarap pasar di Yogyakarta.

Bahkan, beberapa hari silam, ia ditelepon orang tersebut hingga 28 kali dalam sehari. Panggilan telepon tidak ia angkat, yang bersangkutan kemudian menemuinya di Delanggu.

“Intinya, dia menawarkan kepada kami untuk bergabung ke distributor yang kantor pusatnya di Kudus. Kami ditawari pekerjaan sebagai transporter untuk wilayah Jawa Tengah,” kata Wahyu.

Namun Wahyu mengaku kalau dirinya menolak tawaran itu. Alasannya, ia merasa yakin kalau tawaran tersebut hanya bagian dari skenario dari distributor ini, untuk meredam gejolak sebagai dampak dari kasus yang membelit TIV dan ST.

Kegelisahan yang sama, juga dirasakan Imanuel. Pria yang tak lagi muda ini, tercatat sebagai sopir dari CV Sumber Tirta. Perselisihan antara TIV dan ST, membuatnya khawatir akan masa depan lebih dari 70 karyawan yang bekerja di ST, termasuk dirinya sendiri.

“Saya sudah tidak muda lagi. Memang saya sudah tidak menanggung biaya sekolah anak. Tapi tetap saja bingung mau bekerja apa kalau ST tidak lagi menjadi distributor TIV. Apalagi kawan-kawan saya yang sebagian besar masih membiayai anak sekolah. Mesake tenan mas,” katanya.

Sementara, terkait dengan polemik ini, Direktur CV Sumber Tirta, Arif Budiono mengaku, mulai Senin (2/10/2023) pihaknya sudah tidak mendapat kiriman Aqua galon dan tidak bisa mengambilnya ke pabrik.

Sehingga praktis Senin dan Selasa (2-3/10/2023) karyawannya hanya bisa mengirimkan galon Aqua yang masih tersisa di gudang.  

“Tapi mulai Rabu (4/10/2023) stok Aqua galon kami sudah habis. Jadi kami tidak bisa lagi mengirimkan produk itu ke pelanggan,” kata Arif menerangkan.

Arif mengaku belum bisa menjelaskan terkait masa depan kerjasamanya dengan TIV. Namun ia mengaku sudah menyelesaikan kewajiban keuangan dengan para transporter di sekitar Pabrik Aqua berada.

Ia juga akan segera mengumpulkan seluruh karyawan, guna berembug dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang mereka hadapi bersama.

“Belum tahu mas. Tapi segera kami akan mengumpulkan karyawan untuk berembug mencari solusi terbaik,” pungkasnya. (*)