Hujan Deras Saat Pengetan Jumenengan Purworejo ke-189

Hujan Deras Saat Pengetan Jumenengan Purworejo ke-189

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO – Meskipun dalam suasana hujan deras, Pengetan Jumenengan memperingati hari jadi ke-189 Purworejo tetap terlaksana dengan lancar di Pendopo Agung Purworejo, Kamis (27/2/2020) malam. Pengetan (memperingati) tersebut terbalut dengan nuansa Jawa yang sangat kental.

Hadir dalam Pengetan Jumenengan, Bupati Purworejo Agus Bastian , Wakil Bupati Yuli Hastuti, Ketua DPRD Dion Agasi Setiyabudi, Forkopimda, Wakil Ketua dan seluruh Anggota DPRD, Pimpinan OPD/Instansi, BUMN/BUMD, mantan Anggota DPRD dan sejumlah tamu undangan.

Semua berpakaian tradisional. Laki-laki mengenakan beskap, kain, blangkon dan tak ketinggalan keris. Perempuan mengenakan berkebaya, berkain dan bersanggul atau cukup mengenakan kerudung bagi yang berhijab.

Suara gamelan diiringi lantunan suara sinden sudah mengalun sejak pukul 08.00 WIB. Untuk memperingati hari jadi Purworejo ke-189, sejak pukul 08.00 WIB sudah tampil karawitan siswa-siswi SD, terus bergantian dengan siswa-siswi SMP dan SMA/SLTA hingga malam hari tiba saatnya waktu Pengetan Jumenengan. Karawitan diganti oleh para senior.

Setting Pengetan Jumenengan sengaja dibuat seperti tahun 1881 dengan hiasan obor yang memenuhi halaman Pendopo Agung Kabupaten Purworejo. Namun karena peringatan hari jadi tahun ini diguyur hujan, maka penerangan tetap menggunakan aliran listrik.

Dalam sambutan berbahasa Jawa halus, Bupati Purworejo Agus mengatakan, penetapan Hari Jadi Purworejo pada saat nama Brengkelan dikukuhkan menjadi nama Purworejo menjadi salah satu aset yang mampu memiliki nilai aspek historis dan filosofis, karena nama Purworejo dimaknai sebagai “Awal Kemakmuran”.
Pemaknaan Purworejo sebagai awal kemakmuran tentunya diharapkan dapat menjadi motivasi untuk terus melaksanakan pembangunan, untuk mewujudkan kemakmuran yang nyata bagi seluruh warga masyarakatnya.

 

Hari kelahiran daerah ini juga perlu disyukuri dengan menjadikannya sebagai sebuah inspirasi dan motivasi, untuk mengisi kembali setiap detik perjuangan kehidupan daerah ini dengan karya dan prestasi demi mewujudkan masa depan yang lebih baik.
 

“Saya mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Purworejo, mari kita teguhkan komitmen kita, bersatu padu memberikan karya dan prestasi yang terbaik bagi Purworejo yang kita banggakan ini," ujarnya.

Setelah sambutan Bupati, lampu-lampu hias di pendopo di matikan. Hanya penerangan redup yang tetap menyala. Tampil beksan Kidung Cakra, penarinya semua perempuan. Kemudian disusul beksan Cakra Tunggal dengan penari semuanya laki-laki. Kedua tarian tersebut merupakan karya Raden Adipati Arya (RAA) Tjokronegoro. Konon kedua beksan tersebut selalu ditampilkan saat pengetan jumenengan.

Setelah kedua tari tersebut usai, Bupati Purworejo beserta istri dan yang lainnya meninggalkan pendopo agung dengan berjalan kaki menuju panggung sendratari di jalan RAA Tjokronegoro, untuk menyaksikan Sendratari Satrio Utomo. (eru)