Harga Pakan Naik, Peternak Nila Memilih Bertahan

Harga Pakan Naik, Peternak Nila Memilih Bertahan

KORANBERNAS.ID,KLATEN - Desa Nganjat dan Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten dikenal sebagai sentra budidaya ikan nila merah. Banyak warga di desa ini bermata pencaharian sebagai peternak ikan air mengalir. Sebab air yang ada di kolam warga seluruhnya berasal dari Umbul Ponggok.

Meski terkenal sebagai sentra budidaya ikan nila merah, bukan berarti peternak ikan di wilayah ini tidak menghadapi permasalahan. Saat ini saja, permasalahan serius yang dihadapi peternak ikan yakni naiknya harga pakan ikan dan turunannya harga ikan nila.

Chandra, peternak ikan nila di Desa Nganjat menceritakan saat ini harga pakan ikan merk Haida minus dua sudah mencapai Rp 380 ribu per karung (30 kilogram). Sebelumnya masih Rp 370 ribu atau Rp 375 ribu. 

"Harga pakan sudah naik setelah lebaran kemarin. Sementara harga ikan malah turun. Sekarang harga ikan cuma Rp 27 ribu hingga Rp 28 ribu per kilogram. Dengan kondisi seperti ini, saya pilih bertahan saja. Apalagi permintaan konsumen juga sepi," kata Chandra di kolam ikan miliknya, Senin (5/9/2022).

Chandra menambahkan, saat ini dirinya membudidayakan ikan nila merah di kolam miliknya yang hanya tiga petak. Usia ikan sekitar 1,5 bulan hingga 2 bulan. Selama ini pembeli dari Desa Janti Kecamatan Polanharjo juga.

"Biasanya belinya kuintalan. Pembeli yang dari Janti itu nantinya menjual lagi kepada pedagang di pasar," ujarnya.

Senada dikemukakan Bagong, peternak ikan nila di Desa Ponggok. Desa Ponggok berdampingan dengan Desa Nganjat. 

Kepada koranbernas.id, dia membenarkan kalau harga pakan ikan saat ini mahal dan memberatkan peternak. Selain itu, harga jual ikan yang turun semakin memprihatinkan kondisi peternak ikan.

"Harga pakan naik, harga ikan malah turun. Padahal saya ternak ikan di kolam ini sewa tempat. Pusing dengan keadaan ini," terangnya.

Kepala Desa Nganjat, Pandu Sujadmoko mengatakan saat ini adalah saat-saat memprihatinkan bagi peternak ikan. Selain harga pakan naik, harga ikan malah turun. Lebih memprihatinkan lagi kata dia, pembeli ikan tidak ada.

"Biasanya bulan September, Oktober dan November adalah masa-masa prihatin. Ikan dari waduk juga turun sehingga mempengaruhi ikan dari sini. Harga pakan naik sementara harga ikan justru turun," katanya saat dihubungi melalui telepon.

Mensikapi kondisi ini, Pandu Sujadmoko menyarankan agar dinas terkait ikut memberikan solusi agar ikan dari peternak di wilayahnya bisa terjual dengan harga yang lebih layak. "Salah satu solusinya mungkin bisa dilakukan dengan gerakan gemar makan ikan," sarannya.(*)