Griya Karantina Ini Tak Membosankan, Ada Sentuhan Seni Dibimbing Seniman Terkenal

Griya Karantina Ini Tak Membosankan, Ada Sentuhan Seni Dibimbing Seniman Terkenal

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Seiring surutnya aktivitas kepariwisataan DIY akibat wabah virus Corona atau Covid-19, pengelola Kampung Edukasi Watu Lumbung menyulap destinasi wisata itu menjadi griya karantina, sekaligus untuk mematuhi anjuran pemerintah.

Mereka yang mengisolasi diri di tempat ini dijamin tidak bosan, bahkan memperoleh kesempatan belajar membuat karya seni dibimbing langsung seniman-seniman terkenal di antaranya Meritz Hendra, aktor papan atas yang kebesaran namanya sepadan almarhum WS Rendra maupun seniman grafis Pungki Purbowo.

Tempat karantina ini juga sepi, jauh dari keramaian kota. Lokasinya di Bukit Parangtritis Kretek Bantul. Dari ketinggian perbukitan yang ditumbuhi pohon-pohon jati, terlihat pemandangan indah Kali Opak dan Jembatan Opak serta Pantai Parangtritis. Nun jauh sepanjang mata memandang terlihat Samudera Indonesia.

Niat tulus Muhammad Boy Rifai selaku pengelola Kampung Wisata Edukasi Watu Lumbung kali ini memperoleh sambutan dari Yayasan Karinakas Keuskupan Agung Semarang.

Melalui semacam perjanjian kerja sama yang ditandatangani, Jumat (1/5/2020), oleh Romo Martinus Sutomo Pr selaku Direktur Yayasan Karinakas serta Muhammad Boy Rifai sebagai pengelola Watu Lumbung, akhirnya disepakati pendirian Griya Karantina Wening.

“Kampung edukasi ini kita jadikan sebagai sarana kemanusian. Kita beri apresiasi paramedis maupun warga terdampak Covid-19 agar bisa mendapat sentuhan budaya. Mudah-mudahan ini akan menjadi catatan kehidupan. Teman-teman budayawan akan mendampingi masing-masing individu,” ungkap Boy.

Sedangkan Romo Martinus menyatakan dipilihnya Watu Lumbung sebagai  Griya Karanatina Wening dengan harapan bisa menjadi tempat beristirahat tenaga medis yang menginginkan situasi menyendiri atau diminta menyendiri.

Griya karantina ini juga bisa digunakan mereka yang secara medis dinyatakan sembuh namun belum diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya. “Kami berharap semoga wabah ini segera berlalu dan orang-orang menjadi semakin baik,” ucapnya.

Berdasarkan pengalaman, lanjut dia, tidak semua orang bersedia tempatnya dijadikan lokasi karantina. Biasanya warga sekitar merasa keberatan. “Kami bersyukur Bang Boy ini bisa menerima,” kata Romo Martinus.

Dia menambahkan, pada umumnya mereka yang menjalani karantina merasa bosan karena terus menerus berada di kamar. Situasinya monoton.

Sedangkan Griya Karantina Wening ini dikonsep terbuka. Penghuninya bisa berkreasi seni bersama pendamping-pendamping yang luar biasa. Selain itu, juga diberi kesempatan memetik dan memelihara tanaman maupun berkebun.

Sambil bercanda Boy maupun Romo Martinus sepakat mungkin saja mereka yang menjalani karantina di Griya Karantina Wening nantinya tidak mau pulang karena kerasan. (sol)