Empat Daerah Jadi Lokasi Gerakan Wakaf Hutan, Salah Satunya di DIY
Wakaf Hutan akan menyediakan oksigen yang diperlukan makhluk hidup. Di surat Al-Qashash ayat 30 disebutkan tempat yang diberkahi adalah tempat yang ada pohon
KORANBERNAS.ID, JAKARTA–Kementerian Agama RI menggulirkan inisiatif strategis berbasis keagamaan dalam pelestarian lingkungan, dengan meluncurkan gerakan Wakaf Hutan. Program ini menjadi bagian dari Asta Program Prioritas Kementerian Agama dalam bidang ekoteologi, yang dijalankan bersama Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan organisasi lingkungan berbasis umat Islam, MOSAIC.
Gerakan ini telah menyentuh empat kota utama yang ditetapkan sebagai Kota Wakaf, yakni Wajo, Gunungkidul, Tasikmalaya, dan Padang. Sejak Maret 2025, Kemenag, BWI, dan MOSAIC menggelar roadshow dan diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk membangun ekosistem dan roadmap hutan wakaf nasional.
Hasilnya, para nazhir dari berbagai daerah termasuk Aceh, Bogor, Mojokerto, dan Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah menandatangani komitmen bersama untuk meningkatkan skalabilitas Wakaf Hutan dan membentuk Forum Hutan Wakaf Indonesia.
"Tujuan wakaf itu untuk mempertahankan. Wakaf Hutan mewariskan simbol kehidupan karena tanpa ada hutan artinya tanpa kehidupan. Jika kita mau mempertahankan bumi ya seharusnya berwakaf,” tegas Menteri Agama Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (23/4/2025).
Dalam acara Ekoteologi dalam Aksi: Gerakan Green Waqf untuk Pelestarian Hutan Berkelanjutan di Jakarta, ia menambahkan bahwa pepohonan memiliki nilai spiritual yang tinggi.
“Wakaf Hutan akan menyediakan oksigen yang diperlukan makhluk hidup. Di surat Al-Qashash ayat 30 disebutkan tempat yang diberkahi adalah tempat yang ada pohon. Pohon ini mengundang hujan. Setiap tetes hujan sesungguhnya diiringi oleh malaikat,” jelasnya.
Untuk memudahkan partisipasi publik, aplikasi Satu Wakaf Indonesia kini menyediakan kanal khusus untuk donasi Wakaf Hutan.
“Semakin banyak partisipasi untuk tujuan yang luhur akan makin baik,” ujar Nasaruddin.
Sebagai bentuk dukungan personal dan artistik, Menteri Agama juga membeli karya seni Julang Sulawesi dan Karpet Merah untuk Nilam karya Aad Mandar dalam kampanye Canvas Masa Depan.
“Saya mencintai karya seni sebagai karya luhur. Orang yang suka menikmati seni bagian daripada Tazkiyatun Nafs, atau penyucian, pembersihan batin, pelembutan jiwa yang kasar,” ucapnya.
Ketua BWI, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, M.A, mencatat pertumbuhan tahunan aset wakaf mencapai enam persen, dengan empat persen di antaranya berupa wakaf produktif.
“Dari angka tersebut, potensi wakaf uang di Indonesia diperkirakan mencapai USD 12 miliar per tahun, dengan realisasi hingga Maret 2024 mencapai USD 180 juta. Ini menjadi modal sosial yang kuat karena masyarakat kita dikenal dermawan,” katanya.
Ia menekankan perlunya transformasi modal sosial menjadi aksi nyata. “Pemahaman masyarakat tentang wakaf perlu diterjemahkan dalam bentuk aksi yang bisa mengajak agar masyarakat berwakaf,” tambahnya.
Nota kesepahaman antara Kemenag, BWI, MOSAIC, serta para pengelola hutan wakaf diteken dalam acara tersebut. Kolaborasi ini melibatkan multipihak termasuk pemerintah, BUMN, swasta, LSM, dan akademisi.
Sementara itu, Ketua MOSAIC, Nur Hasan Murtiaji, mengungkapkan bahwa sejak 2022 pihaknya telah mendukung program ekoteologi hasil Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari.
“Wakaf Hutan adalah bukti wakaf untuk pembangunan lingkungan dapat bertumbuh melalui dukungan bersama,” ujarnya.
Menurutnya, gerakan ini adalah sinergi nilai Islam dan gerakan lingkungan. “Inisiatif ini perlu kolaborasi multipihak dan multidisiplin untuk bersama menjaga bumi, menguatkan masyarakat, dan mendekatkan diri kepada Tuhan,” tutupnya. (*)