Durian Lokal Asal Desa Kaligono Sangat Diminati Wisatawan

Durian Lokal Asal Desa Kaligono Sangat Diminati Wisatawan

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Kelezatan durian asal Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo sudah terakui. Durian tersebut banyak diburu wisatawan terutama penikmat durian. Saat ini durian lokal itu dicari karena kenikmatan dan keunikannya.

Tak heran apabila musim durian tiba, Desa Wisata Kaligono dibanjiri wisatawan dari Kabupaten Purworejo atau dari luar Purworejo. Apalagi saat akhir pekan terlihat kendaraan bermotor berpelat nomor luar kota banyak berseliweran di desa yang memiliki obyek wisata Curug Siklothok dan Taman Sidandang itu.

Kepala Desa Kaligono, Suroto, mengatakan panenan durian melimpah. Durian asal Desa Kaligesing banyak varian. Adapun nama-nama durian tersebut sesuai dengan situasi, misalnya durian yang banyak dikerubuti semut dinamakan durian semut. Durian daging kuning dinamakan durian mentega.

Nama lain, ada durian Piti (karena kecil), durian lumut karena warna kulitnya hijau, durian tembong ada semacam flek hitam pada kulitnya, ada juga durian Petruk, durian prau dan durian sapa nyana. Makna dari nama tersebut dari luar tampak biasa, namun memilik cita rasa  yang luar biasa.

'Masyarakat kami bangga memberikan nama-nama varian durian yang unik, berharap agar terkenal. Dan wisatawan terus membanjiri desa kami," harapnya.

Adapun ciri khas durian Kaligesing rasanya manis, daging tebal dan ada rasa pahitnya. Namun ada juga durian asal Desa Kaligono yang anyep (kurang manis), sebagian ada yang kurang suka namun sebagian banyak yang mencari. Karena durain yang memiliki rasa anyep (tawar) dicari oleh penderita diabetes.

"Dulu jika musim durian tiba, warga menjajakan panenan sampai keluar wilayah Kaligesing, namun sejak tahun 2012, pemasaran durian cukup dilakukan di tempat. Kami memberlakukan sistem penikmat untuk makan durian sepuasnya di tempat, tidak boleh dibawa pulang, harapannya kalau ingin makan durian, kembali lagi ke desa kami," kata Kades Kaligono.

Ditemui di rumahnya dia menjelaskan dulu penjualan durian dijajakan secara manual, petani mendapatkan untung sedikit. Saat ini pembeli datang untuk makan durian sepuasnya di tempat, petani durian merasa untung.

Dia tidak menampik, durian kebanggaan warganya juga tetap dipasarkan keluar daerah. Namun para pengepul adalah warganya sendiri.

"Ada beberapa orang pengepul durian di Dewi Kano alias Desa Wisata Kaligono adalah warga setempat. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah warganya menjual durian, menjaga kualitas dan menjaga harga," jelasnya.

Ini dimaksudkan agar petani durian Dewi Kano tidak dipermainkan tengkulak atau pengepul dari luar desa. "Kemarin kami kedatangan tamu turis mancanegara dan menginap di sini. Selama di sini turis tersebut hanya makan buah durian dan manggis, tak mau makanan lainnya. Jadi yang menikmati durian kami tak hanya wisatawan lokal, namun wisatawan mancanegara juga," ujarnya.

Dia menambahkan panen durian sudah mulai pertengahan Desember 2022, diperkirakan musim durian kali ini berkisar dua sampai empat bulan.

Beberapa pohon ada yang masih berbuah hingga lebaran Idul Fitri mendatang. Pada musim puncak durian mendatang diprediksi panenan durian mengalami penurunan.

Saat ini ribuan butir durian setiap hari dihasilkan di Desa Kaligono, dengan harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 50.000. "Saya mengimbau warga pemilik durian agar tidak memetik durian, harap semua warga menunggu durian jatuh sendiri dari pohon. Durian yang jatuh dari pohon cita rasanya nikmat daripada durian yang dipetik," ujar Suroto kepada wartawan, Rabu (25/1/2023) sore.

Dia membeberkan didesanya tidak ada durian jenis Montong, karena tidak bisa hidup. “Yang kami miliki pohon durian lokal banyak yang merupakan warisan leluhur. Bahkan banyak warga yang memiliki pohon durian berumur ratusan tahun,” ucapnya.

Diakui, durian Desa Kaligono belum dipatenkan. "Untuk mematenkan durian butuh persiapan serius, dan kami belum melakukannya. Sebenarnya durian yang sudah memiliki hak paten lebih diuntungkan, karena ada peluang penjualan bibit pohon durian," sebutnya.

Diakui, desanya tidak memiliki tanaman padi seperti desa lainnya. Namun desanya penghasil buah-buahan. “Selain durian kami memiliki tanaman buah manggis, duku, kemukus dan panili,”  tambahnya.

Selain buahnya, pohon durian juga membawa banyak manfaat yaitu untuk penahan air. Dari durian, tidak ada yang terbuang sia-sia. Durian afkir (rusak) pun, ada pembeli dari Yogyakarta yang siap membeli harganya sekitar Rp 2.000 hingga Rp 5.000 tergantung besar atau kecil buah tersebut.

Warga Desa Kaligono yang berperan sebagai pengepul durian, Sugeng, mengaku sejak tahun 2009 sudah melakukan profesi tersebut.

Wisatawan asal Kabupaten Wonosobo, Setiawan, saat mencicipi durian di Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing mengaku senang.

"Kami sekeluarga dari Wonosobo, sengaja datang ke sini untuk menikmati durian. Karena durian Kaligesing sudah terkenal, kebetulan saya ada acara keluarga di Purworejo sekalian mampir," ujarnya. (*)