DPK Sleman Selenggarakan Bedah Buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem"
Peserta bedah buku diharapkan mengajak masyarakat untuk gemar membaca dan memanfaatkan layanan perpustakaan.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Sleman menyelenggarakan bedah buku Guyub Rukun Ayem Tentrem: Keluarga Bahagia Dalam Masyarakat Jawa di Desa Wisata Taman Sendang Bandung, Karang Sumberagung Moyudan Sleman, Kamis (24/4/2025).
Ketua Tim Pengelolaan Koleksi DPK Kabupaten Sleman, Wahyuningsih, mengatakan kegiatan bedah buku bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih mengenal falsafah kehidupan guyub rukun dan ayem tentrem di lingkungan keluarga.
"Diharapkan para peserta bedah buku ini juga dapat mengajak masyarakat untuk gemar membaca dan memanfaatkan layanan Perpustakaan," kata Wahyuningsih.
Pustakawan DKP Sleman, Bagus Eko Nur Saputro selaku moderator bedah buku mengatakan, buku Guyub Rukun Ayem Tentrem ini mengangkat tema tentang penanaman nilai-nilai luhur dan pembentukan karakter semua anggota keluarga.
Peserta bedah buku di Desa Wisata Taman Sendang Bandung, Karang Sumberagung Moyudan. (istimewa)
"Narasumber yang kami hadirkan yakni Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Sleman dan Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) Muh Zuhdan serta penulis buku Guyub Rukun Ayem Tentrem Cahyadi Takariawan," katanya.
Sedangkan Zuhdan menyampaikan IPM Kabupaten Sleman memiliki indikator tertinggi di Indonesia. Namun menurut indikator dunia dari seribu orang hanya satu orang di Indonesia yang gemar membaca.
"Buku Guyub Rukun Ayem Tentrem yang ditulis Cahyadi Takariawan bersama istrinya Ida Nur Laila itu, memiliki gaya bahasa dan penulisan yang sederhana dan mudah dipahami," kata Zuhdan.
Menurut dia, dalam prakata buku terdapat definisi tentang ketahanan keluarga yang merupakan kondisi dinamis dalam menghadapi tantangan dan gangguan dalam keluarga.
Prioritas dasar
"Penulis membahas mengenai ketahanan fisik dan ketahanan sosial keluarga. Ketahanan fisik keluarga memang menempatkan kebutuhan sandang pangan dan papan menjadi prioritas paling dasar," jelas Zuhdan.
Terkait dengan harmonisasi keluarga dalam hal mendidik anak, penulis menyatakan anak bukan semata-mata anak milik orang tua, namun juga merupakan masa depan dan tanggung jawab orang tua. "Orang tua perlu membekali anak dengan akidah dan akhlak," ungkap Zuhdan.
Dia menyampaikan perempuan itu tidak pernah menghitung duitnya dan tenaganya yang digunakan untuk kesejahteraan keluarga selama tidak tersakiti. "Sehingga jangan pernah sakiti perempuan," katanya.
Sementara Cahyadi Takariawan mengatakan bahwa masyarakat Jawa memiliki local wisdom (pitutur luhur), kaya akan simbol-simbol yang dikemas dalam bentuk tembang-tembang sehingga mudah diterima dan dinikmati masyarakat.
Kebersamaan
"Tembang-tembang Jawa mengandung banyak pesan-pesan penuh makna menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, cinta, kasih sayang, kelembutan, kehangatan namun juga keperwiraan dan kepahlawanan," kata Cahyadi.
Menurut dia, keputusan menikah hendaknya diambil dengan niat yang tulus, motivasi yang lurus, tekad yang kuat, yang bersemayam dalam hati.
"Hal yang akan menjadi pegangan hidup dalam pernikahan bukan harta bukan wajah, namun membekali diri dengan hati yang bersih akan menjadi landasan yang kokoh dalam membangun keluarga sakinah dan bahagia," jelasnya. (*)