Diikuti Relawan dari 19 Negara, Simulasi Penanganan Bencana Tingkat Asia Tenggara Digelar di Bantul

Tim penyelamat dari 19 negara tampak begitu cekatan.

Diikuti Relawan dari 19 Negara, Simulasi Penanganan Bencana Tingkat Asia Tenggara Digelar di Bantul
Simulasi penanganan bencana gempa bumi menandai puncak ARDEX 2023 di Stadion Sultan Agung Bantul, Kamis (3/8/2023). (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Menandai puncak acara Asean Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) 2023 atau simulasi bencana tingkat Asia Tenggara dilaksanakan simulasi kebencanaan gempa bumi  di Stadion Sultan Agung (SSA)  Bantul, Kamis (3/8/2023).

Sebelumnya, kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK RI), Muhajir Effendi, di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Selasa (1/8/2023).

ARDEX merupakan ajang untuk menguji pemerintah terkait penanganan bencana, termasuk rantai komando dan koordinasi di dalam negeri ataupun dengan dunia luar yakni AHA Center yang merupakan bentukan dari sepuluh negara Asia Tenggara.

Dalam simulasi  melibatkan 200 tim penanganan bencana dari 10 negara Asia Tenggara dan 9 negara lain. Simulasi menggambarkan gempa bumi dengan kekuatan 6,6 SR dengan kedalaman 10 kilometer. Dipilih gempa bumi karena pengalaman Bantul tahun 2006 yang mengalami gempa dahsyat dengan korban ribuan jiwa.

Simulasi penanganan bencana diikuti relawan dari 19 negara. (sariyati wijaya/koranbernas.id) 

"ARDEX dilaksanakan bergilir antarnegara dan saat ini di Indonesia. Karena skenarionya gempa bumi maka dipilihlah Bantul yang pernah diguncang gempa tahun 2006," kata Agus Yuli Hermanto, Kepala BPBD Kabupaten Bantul, kepada wartawan di lokasi.

Selain gempa bumi, juga ada simulasi penanganan bencana kebakaran dan cara menangkal hoaks kaitan kebencanaan.

Tim penyelamat dari 19 negara tampak begitu cekatan melakukan upaya pencarian dan penyelamatan  korban gempa sesuai skenario yang ditentukan. Terlibat juga TNI/Polri, tim medis, unsur Kementerian Sosial, relawan, pemerintah daerah dan masyarakat.

Lokasi simulasi dilengkapi tenda pengungsian untuk istirahat, mushala darurat, MCK hingga dapur umum yang dibutuhkan oleh para pengungsi.

"Walaupun kita tidak pernah berharap terjadinya bencana gempa bumi, namun bentuk antisipasi tentu sangat perlu dilakukan. Termasuk bagaimana koordinasi dengan berbagai pihak agar penanganan bencana bisa maksimal," katanya. (*)