Dari Satu Pejantan, Suroso Miliki Puluhan Kuda Pacu

Dari Satu Pejantan, Suroso Miliki Puluhan Kuda Pacu

KORANBERNAS. ID--Miliki seekor kuda pacu, berkembang hingga 13 ekor. Inilah kisah unik dari Suroso warga Megulung Lor Rt 2 Rw 02, Kecamatan Pituruh, Purworejo sebagai pecinta kuda. Awalnya hanya sekedar menjamu teman ketika bertamu di desanya dengan menyewa kuda pacu dari kampung sebelah di awal 2017.

Warga di desanya banyak yang memiliki kuda sewaan untuk kataman, bukan kuda untuk pacuan. Untuk itulah Suroso memiliki ide untuk memelihara kuda pacu secara pribadi.

Suroso didamping adiknya yang bernama Joko Siswoyo, menceritakan pada awal 2017, mereka membeli 1 ekor kuda jenis KPI dari peternakan luar negeri. Kuda tersebut keturunan Australia berpostur tinggi, kriterianya di bawah tipe gen (standart) berwarna merah.

“Selisih 1 bulan, kami menambah 2 ekor kuda,” kata Joko.

Kemudian hanya berjarak 3-4 bulan, dirinya menambah 2 kuda lagi yang diberinama King Stone dan Blow Rock. Keduanya dari Jerman. Untuk King Stone merupakan kuda pacu pejantan. Sementara Blow Rock berwarna putih dan khusus untuk show jumping.

Kedua kakak beradik tersebut, harus mengubah penataan kebun kelapa milik orangtuanya yang disulap menjadi kandang kuda mewah dengan 2 lintasan pacuan kuda serta 1 lintasan untuk panahan.

“Beberapa saat yang lalu, Blow Rock berhasil meraih kejuaraan dalam show jumping di Jakarta,” terang Joko.

Dia juga menerangkan koleksi kuda lainnya, dengan nama Udowo turunan Australia. Kuda tersebut sangat jinak dan penurut. Ada pula satu kuda lokal dari Sumbawa sebagai kuda tunggang lokal, yang diberi nama Sencaki.

“Kami awalnya hanya punya beberapa ekor kuda. Sekarang sudah berkembang menjadi 13 kuda, selebihnya kuda tersebut hasil perkawinan,” tutur Joko.

Nama-nama lain dari kuda-kuda miliknya adalah Putri Lengger, Kunti, Roro Ireng, Mliwis Putih dan si Belang (Medang Tari) jenis itu barusaja melahirkan bayi kuda.

Layaknya manusia, kuda-kuda tersebut juga mendapatkan perawatan khusus. Mulai pukul 4 pagi kandang harus dibersikan, kemudian dikasih makan pelet, siang makan rumput. Sore hari kuda-kuda ini mendapatkan ransum pellet lagi dan kemudian diakhiri makanan rumput saat malam tiba.

Kandang kuda dibuat senyaman mungkin, agar tidak kegerahan setiap kandangnya dilengkapi dengan kipas angin. Untuk bayi kuda dikandang dialasi jerami, kalau dewasa dialasi serbuk gergaji albasia.

Ada cerita menarik dari kuda import. Ketika kuda tersebut sampai didesanya butuh waktu untuk penyesuaian. Pasalnya kuda-kuda tersebut takut flash foto, takut payung, takut ayam dan pistol mainan.

Karenanya pada saat tanding, kuda harus steril dari hal-hal asing,

“Jika kuda betina birahi, maka kita kawinkan dengan pejantan yang bernama King Stone,” jelasnya.

Joko juga menuturkan untuk masa kahamilan kuda selama 11 bulan. pihaknya menerima permintaan perkawinan dari luar, dengan menitipkan kuda betina di kandang terebut. Seperti saat ini juga ada orang Kebumen ingin mengawinkan kudanya klas G KPI kelas di bawahnya.

Kepada koranbernas.id, Joko menuturkan, 2 kuda koleksinya mengikuti kejuaraan Purworejo Berkuda, dengan kelas terbuka 2000 meter. Kategori tersebut, berupa adu kekuatan fisik kuda.

“Kedua kuda tersebut berhasil menjuarai di kelasnya,” tuturnya.

Tak hanya pada kejuaraan di Purworejo saja, tetapi di Bantul, Pengandaraan, dan Ambal Kebumen, kuda tersebut mendapatkan prestasi.

Suroso mengatakan pihaknya yang menginisiasi lomba pacuan kuda di Purworejo sekaligus mengukuhan kepengursan Pordasi di Purworejo.

“Kita lihat animo masyarakatnya dulu, kalau positif kita lanjut perlombaan berikutnya,” tutur Suroso. (SM)