Dari Lukisan Kucing hingga Panorama Alam: Perjalanan Artistik Klowor Waldiyono di “Back to Nature”

Dari goresan hitam putih kucing yang manja dan penuh birahi, Klowor kini menjelma menjadi pelukis lanskap yang mampu menangkap keindahan alam dalam lapisan warna dekoratif yang memikat.

Dari Lukisan Kucing hingga Panorama Alam: Perjalanan Artistik Klowor Waldiyono di “Back to Nature”
Pembukaan pameran tunggal Klowor Waldiyono "Back to Nature" yang berlangsung dari 17 Februari hingga 17 Maret 2025 di Garrya Bianti, Yogyakarta. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Di sebuah sudut Kopi Zop, Garrya Bianti Yogyakarta, puluhan karya seni menghiasi dinding dengan sapuan warna yang menggoda mata. Siapa sangka, sosok di balik karya-karya lanskap memukau ini dulunya dikenal sebagai “Klowor Kucing” - seniman yang terobsesi melukis kucing dalam nuansa hitam putih.

Kini, dalam pameran tunggalnya “Back to Nature” yang berlangsung dari 17 Februari hingga 17 Maret 2025, Klowor Waldiyono membuktikan bahwa evolusi artistik bisa membawa seniman ke tempat yang tak terduga.

“Saya sampai berkata dalam hati, Edan senimane iki! kenang Fadjri Rahiul, kurator seni, saat pertama kali menyaksikan pameran Klowor yang dipenuhi lukisan kucing monokrom di Bentara Budaya pada tahun 90-an silam.

Namun, seperti alam yang terus berubah, demikian pula dengan karya Klowor. Dari goresan hitam putih kucing yang manja dan penuh birahi, ia kini menjelma menjadi pelukis lanskap yang mampu menangkap keindahan alam dalam lapisan warna dekoratif yang memikat.

Ridwan Heriyadi, General Manager Garrya Bianti Yogyakarta, melihat pameran ini sebagai momentum yang tepat.

“Seni adalah cerminan dari jiwa dan lingkungan di sekitarnya,” ujarnya.

Hotel bintang lima yang dikelilingi keasrian pedesaan Yogyakarta ini memang menjadi kanvas sempurna bagi pesan yang ingin disampaikan Klowor: ajakan untuk kembali ke pangkuan alam.

Perjalanan Klowor sebagai seniman penuh kejutan. Dari melukis daun anthurium sebagai usaha bertahan di masa sulit, hingga menangkap gejolak Gunung Merapi dalam kanvasnya, ia membuktikan diri sebagai seniman yang tak pernah berhenti belajar dari alam.

Keberaniannya menggelar pameran retrospektif di usia 50 tahun pada 2019 sesuatu yang jarang dilakukan seniman seusianya menunjukkan kepercayaan diri yang lahir dari dedikasi pada seni.

Bebasari Sitarini, Kepala Bidang Koperasi Dinas Perindustrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Jogja, melihat potensi lebih besar dari sekadar pameran seni.

“Seni rupa merupakan bagian dari ekonomi kreatif, yang termasuk dalam 17 subsektor industri kreatif,” jelasnya.

Pameran ini diharapkan tidak hanya menginspirasi pelukis di Sleman, tetapi juga seluruh seniman di DIY dan sekitarnya.

“Back to Nature” bukan sekadar judul pameran. Bagi Klowor, ini adalah manifestasi perjalanan artistiknya yang tak pernah berhenti menjelajahi ruang estetik.

Dari kucing monokrom hingga lanskap penuh warna, dari garis tegas hingga lapisan warna yang menenangkan, setiap karya bercerita tentang hubungan tak terpisahkan antara manusia dan alam.

Pameran yang berlangsung di Kopi Zop, Garrya Bianti Yogyakarta ini menjadi bukti bahwa seni, seperti alam, selalu memiliki cara untuk memperbarui dirinya.

Bagi para pengunjung, ini bukan sekadar pameran seni, melainkan sebuah perjalanan reflektif tentang bagaimana alam dan semesta selalu mendukung keberlangsungan hidup - sebuah pesan yang semakin relevan di era modern ini.

Pengunjung yang ingin menyelami lebih dalam pesan "Back to Nature" dapat mengunjungi pameran ini hingga 17 Maret 2025.

Garrya Bianti Yogyakarta, dengan fasilitas premium termasuk private pool dan suasana alam yang menenangkan, menawarkan pengalaman menginap yang melengkapi perjalanan artistik ini - sebuah kesempatan untuk benar-benar kembali ke alam sambil mengapresiasi evolusi seni yang menakjubkan. (*)