Blangkon Creative Jadi Ikon Wisata Malioboro

Pada musim liburan, lebih dari 400 orang dalam sehari rela menunggu giliran mengenakan pakaian tradisional dan mengabadikan momen mereka.

Blangkon Creative Jadi Ikon Wisata Malioboro
Pimpinan Askrindo bercengkerama dengan pemilik Blangkon Creative Malioboro sambil menjajal pakaian daerah yang disewakan. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah hiruk-pikuk Malioboro ada sebuah usaha yang bukan sekadar bisnis melainkan ruang bagi harapan dan masa depan banyak orang.

Blangkon Creative Malioboro yang dirintis oleh Tekattono, bukan hanya menawarkan pengalaman berfoto dengan busana tradisional, tetapi juga membuka jalan bagi anak-anak muda yang mencari peluang di tengah keterbatasan.

Awalnya, usaha ini hanya fokus pada penjualan blangkon. Namun, Tekattono melihat ada potensi lebih besar. Dia lantas menciptakan konsep unik setiap pembelian blangkon akan disertai dengan busana tradisional lengkap, dengan sistem pembayaran sukarela.

Siapa sangka, ide sederhana ini justru menarik banyak orang, hingga akhirnya berkembang pesat.
"Seiring waktu, permintaan semakin meningkat. Pengunjung ingin tidak hanya mengenakan pakaian khas Jawa, tetapi juga mengabadikan momen mereka. Dari sinilah kebutuhan akan fotografer muncul," ujar Tekattono saat ditemui, Jumat (14/2/2025), di Gedung Merah, Malioboro.

Pelatihan informal

Melihat banyak pemuda di sekitar yang menganggur, Tekattono tidak tinggal diam. Dia menarik mereka ke dalam bisnisnya, memberikan pelatihan informal di mana yang lebih senior mengajari yang junior. Tanpa sekolah formal, mereka belajar dari pengalaman, kesabaran dan kebersamaan.

Pandemi sempat menguji segalanya. Ketika banyak usaha terpaksa gulung tikar, Blangkon Creative Malioboro justru tetap bertahan. Saat dunia melambat, wisatawan mulai mencari cara untuk menikmati momen tanpa keramaian berlebih.

Peluang ini dimanfaatkan dengan baik. Usaha ini bahkan berkembang lebih jauh hingga melahirkan konsep baru yang menawarkan layanan premium bagi mereka yang ingin pengalaman lebih eksklusif.

Kini, Blangkon Creative Malioboro bukan sekadar tempat penyewaan busana dan jasa foto. Tempat ini telah menjadi ikon wisata budaya, diakui oleh Dinas Kebudayaan dengan Nomor Induk Kebudayaan resmi.

Terus meningkat

Dalam sebulan, lebih dari 3.000 pengunjung datang dan jumlah ini terus meningkat, terutama saat hari libur. Dengan antusiasme yang terus bertambah, mereka pun menerapkan sistem perekrutan tenaga kerja baru. Setiap 30 pengunjung, setidaknya satu karyawan harus ditambah.

Modal awal usaha ini hanya Rp 600 ribu, namun kini Blangkon Creative Malioboro telah berkembang jauh. Kamera yang digunakan bahkan mencapai harga Rp 40 juta per unit.

Semua ini tidak lepas dari dukungan Bank melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), memberikan pinjaman bagi UMKM untuk berkembang.

Saat membutuhkan tambahan modal, Tekattono bisa mengajukan pinjaman hingga Rp 100 juta, tergantung kebutuhan. "Dalam waktu dua tahun, pinjaman ini biasanya sudah bisa dilunasi, biasanya nggak sampai dua tahun," ujarnya.

Koleksi kostum

Perkembangan usaha ini juga diikuti dengan bertambahnya koleksi kostum. Nilainya kini mencapai Rp 500 juta, dengan berbagai motif dan ukuran untuk pria maupun wanita. Tidak hanya terbatas pada pakaian adat Jawa, mereka kini mulai mengembangkan kostum dari budaya lain seperti Belanda, India, hingga Bali.

Setiap pengunjung yang datang dapat merasakan pengalaman berbusana khas dengan harga terjangkau. Dengan Rp 40 ribu, mereka sudah bisa mengenakan busana lengkap, dari blangkon hingga selop, termasuk keris untuk pria.

Jika ingin mengabadikan momen dengan hasil profesional, tarif foto hanya Rp 5.000 per file. Untuk pasangan, ada paket 20 file foto seharga Rp 180 ribu dengan 20 menit sudah bisa dikirim ke pelanggan.

Saat akhir pekan, antrean panjang kerap terlihat di depan studio foto mereka. Pada hari biasa, sekitar 50 orang datang. Ketika akhir pekan tiba, jumlahnya meningkat dua kali lipat.

Menunggu giliran

Pada musim liburan, lebih dari 400 orang dalam sehari rela menunggu giliran mengenakan pakaian tradisional dan mengabadikan momen mereka. Bahkan bagi wisatawan yang memiliki waktu terbatas, mereka tetap dilayani hingga tengah malam.

Di balik kesuksesan ini, Askrindo juga turut hadir sebagai bagian dari upaya pemerintah mendukung UMKM seperti Blangkon Creative Malioboro.

Syafruddin selaku Sekretaris Perusahaan Askrindo menjelaskan keberadaan mereka di Yogyakarta bertujuan memperkuat pemberitaan mengenai program pemerintah, terutama Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang menjadi solusi bagi banyak UMKM agar terus berkembang.

"Pemerintah melalui Asta Cita saat ini semakin serius mendorong perekonomian rakyat, terutama di era pemerintahan Presiden Prabowo, di mana program ekonomi makin ditingkatkan," kata dia.

Semakin banyak

Askrindo berperan sebagai penjamin kredit UMKM, sehingga semakin banyak pelaku usaha yang dapat berkembang dan bertahan.

Melalui kerja sama dengan Askrindo dan Blangkon Creative Malioboro bukan hanya berhasil bertahan, tetapi juga terus tumbuh dan memberikan dampak bagi masyarakat sekitar.

Dari hanya sebuah usaha kecil di rumah, kini Blangkon Creative Malioboro telah menjadi ikon wisata budaya, membuka lapangan pekerjaan, dan melestarikan warisan budaya Indonesia dengan cara yang unik dan berkesan. (*)