Biaya Ekspor Naik 600 Persen

Biaya Ekspor Naik 600 Persen

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Pemberlakuan larangan perjalanan keluar maupun datang ke negara tertentu saat pandemi sangat mempengaruhi industri ekspor impor di seluruh dunia. Di Indonesia, ekspedisi dan kargo yang terbatas membuat biaya pengiriman barang ke luar negeri (ekspor) naik hingga 600 persen.

Saat pasar kini mulai menggeliat dan bergairah ternyata tidak serta-merta membuat regulasi pengiriman yang berlaku di negara-negara tujuan ekspor ikut membaik. Kebijakan dan pembatasan-pembatasan demi menekan penyebaran Covid-19 terus dilakukan. Hal ini menuntut pelaku industri harus kreatif memanfaatkan momentum.

“Pasar jual beli dan ekspor furnitur dan kerajinan sedang bagus-bagusnya. Banyak permintaan barang dari klien, tapi masih terkendala jasa ekspedisi yang mahal. Secara bisnis tidak menguntungkan tapi ada beberapa teman masih bisa dibilang untung juga,” kata Agus Imron, Wakil Ketua Bidang Organisasi Asosiasi Industri dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), ditemui di sela-sela pembukaan pameran Jogja Recovery Market, Sabtu (3/4/2021), di Sleman City Hall.

Menurut dia, keuntungan itu karena ikhtiar dan inovasi. “Masih ada teman yang dirahmati (memperoleh untung) tapi sebenarnya rahmat itu sendiri akan dijawab bagaimana ikhtiar teman-teman, yaitu inovasi. Tantangan ini yang harus dijawab. Pengusaha Jogja harus mampu ekspor bukan hanya produk tapi semangat,” lanjutnya.

Menurut Agus, selain menjaga hubungan baik dengan buyer, perajin mebel di organisasinya juga berinovasi dengan desain-desain baru yang disiapkan untuk Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2021.

“Walau perhelatan pameran industri furnitur tahunan ini belum bisa dilaksanakan, tapi alhamdulillah (produknya) bisa diikutkan kontainer. Akhirnya terjadi transaksi. Jadi peluang itu terjaga meskipun porsinya tidak terlalu besar,” kata dia.

Agus berpesan jangan dulu berpikir kondisi ini sudah baik. “Kita harus berpikir secara utuh, salah satunya kita adakan pameran-pameran seperti ini, kemudian pelatihan-pelatihan untuk teman-teman Asmindo. Artinya produk kita harus tangguh, ngaji dulu yang benar, lalu sunnah-sunnahnya dilakukan, setelah itu baru tarung,” kata dia.

David R Wijaya selaku Ketua Koperasi Asmindo Nasional (Kopasnas) menambahkan, pameran ini menjadi pemicu perhelatan yang sama di kota-kota lain di luar DIY dan Jateng, sehingga mampu menarik pembeli dari luar Yogyakarta.

“Kita banyak barang ekspor tapi masyarakat belum mengetahui barangnya seperti apa. Pameran ini menjadi showcase agar produk lebih dikenali, sebagai pendorong teman-teman perajin menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ungkapnya.

Baginyam Jogja Recovery Market (JRM) menjadi pemicu rekan-rekannya di kota-kota besar untuk menunjukkan produk UMKM furniture bisa bersaing di pasar domestik.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo sangat mengapresiasi menyelenggaraan pameran untuk mengoptimalkan UMKM di Sleman, Jogja dan Jateng.

Pameran ini merupakan bentuk kepedulian terhadap me-recovery UMKM. Protokol kesehatan harus diterapkan dengan baik pada saat penyelenggaraan pameran.

“Mau tidak mau, suka ataupun tidak suka (perajin) harus selalu mengembangkan inovasi, diperlukan strategi agar terus bertahan. Semoga JRM mampu menjawab tantangan industri di tengah pandemi,” tandasnya. (*)