Berkat Pikana Wanita Kalongan Kini Lebih Berdaya

Berkat Pikana Wanita Kalongan Kini Lebih Berdaya

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Listiani tersenyum. Peluh di wajahnya ia sapu dengan ujung lengan baju. Sembari melangkah keluar dari rumah produksi Kelompok Wanita Tani (KWT)  Kartini, ibu dari dua anak warga Kalongan Maguwoharjo Sleman ini, menghitung lembaran uang di tangannya.

Tidak banyak. Tapi Listiani mengaku bisa mencukupi sejumlah keperluan sekaligus dari uang tersebut. Membelikan paket internet untuk anaknya yang besar supaya bisa mengikuti pembelajaran daring, membayar arisan, membeli beras dan beberapa kepentingan sosial. Sisanya, akan ia simpan sebagai cadangan apabila sewaktu-waktu ada kebutuhan lain yang mendesak.

Perasaan Listi, boleh jadi mewakili isi hati puluhan wanita lain di dusun tersebut. Utamanya yang saban hari beraktivitas di KWT Kartini. Ada 33 ibu rumah tangga yang terlibat. Sebagian besar dari mereka, adalah ibu rumah tangga yang dulunya tidak memiliki aktivitas lain kecuali mengurus pekerjaan di rumah.

Ya Alhamdulillah. Bisa nutupi (membayar-red) beberapa kebutuhan rumah tangga, Mas. Anak-anak pasti senang tidak repot lagi sekolah online. Yang pasti, saya tidak perlu menunggu suami terima gaji. Nanti kalau bapaknya anak-anak gajian, kan bisa untuk keperluan lain,” kata Listiani sumringah, saat ditemui di rumah produksi KWT Kartini Kalongan, suatu ketika.

Hari itu, Listiani dan ibu-ibu yang lain menerima upah dari jerih payah mereka ikut mengelola kegiatan ekonomi produktif di KWT Kartini. KWT Kartini sendiri, mendapat kewenangan mengelola lahan sekitar 2,6 hektar di pojok Dusun kalongan. Lahan berupa perengan atau lembah itu, persis berada di tepian sebuah sungai  yang mengalir di sisi barat pedusunan berjarak hanya 500 meter dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Sejak 2014, ibu-ibu di bawah koordinasi KWT Kartini, mulai mengelola lahan tanah kas desa ini. Tanah yang semula mangkrak atau lahan tidur, perlahan disulap menjadi lahan perkebunan pisang. Ada ribuan bibit pisang berbagai jenis seperti Cavendis, Raja, Kepok, Ambon, Barangan, Lumut dan Pisang Mas mereka tanam di atas lahan ini.

“Bibitnya bantuan dari Pertamina. Kami menerima bibit 2 ribu. Sekarang yang masih produktif sekitar seribu batang. Bukan hanya bibit, kami juga mendapat berbagai pelatihan mengenai cara budidaya pisang, cara merawatnya hingga berbuah dan memanen,” kata Sekretaris KWT Kartini, Ruffi Artanti.

Bukan hal yang mudah bagi ibu-ibu di Kalongan memulai hal baru dalam hidup mereka. Terlebih, hampir semuanya tidak memiliki pengalaman di bidang pertanian skala besar menurut ukuran mereka. Kalaupun mereka bercocok tanam, sebatas di teras rumah atau di kebun kecil, khas permukiman di perkotaan. Jangankan teknis budidaya dan merawat, membuka pikiran dan mengajak mereka untuk mencoba merintis usaha ini pun, di awalnya tidaklah gampang.

Namun berkat bimbingan dari Pertamina dan tim, gagasan menjadikan lahan menganggur menjadi lebih produktif itu bisa terwujud. Bukan hanya pisang, saat ini mereka mulai mengembangkan juga berbagai jenis tanaman lain termasuk sayuran serta cabai. Selain untuk memenuhi kebutuhan warga setempat, ketika panen melimpah sebagian hasil kebun ini juga dijual ke luar dusun.

“Saya senang. Selain lahan tidur ini sekarang menjadi produktif, juga ibu-ibu mempunyai kegiatan positif dan menghasilkan, sehingga bisa membantu kebutuhan ekonomi rumah tangga mereka. Dari sisi lingkungan juga baik. Lahan di bantaran sungai menjadi hijau tidak gersang. Malah belakangan kampung juga mulai ramai, dan pelan-pelan menjadi kampung wisata pisang,” imbuh Kepala Dusun Kalongan, Kismiyadi.

Ketua KWT Kartini, Diana Listanti, menambahkan tidak semua pisang hasil kebun di Kalongan ini dijual. Sebagian dimanfaatkan oleh warga setempat, sebagian lainnya diolah menjadi berbagai jenis penganan. Hasil pelatihan yang dilakukan, KWT Kartini saat ini sudah memproduksi 5 jenis penganan dari bahan baku pisang.

Ada brownis pisang, grubi pisang, keripik pisang, pisang krispi, hingga es krim pisang. Es krim pisang, dibuat dari bahan kulit pisang yang direbus dan diambil ekstraknya. Aneka produk olahan KWT Kartini ini, diberi nama Pikana yang merupakan singkatan dari Pisang Kalongan Pertamina.

Dalam sehari, KWT Kartini, kata Diana, mampu memproduksi 50 bungkus untuk masing-masing jenis penganan. Produk-produk tersebut kemudian dijual di toko oleh-oleh di sekitar Jogja. Dan ada pula yang dipesan, baik secara daring maupun langsung.

Untuk harga, Grubi Pisang dan yang lain dibanderol Rp 13.000 per pack. Sedangkan khusus Krispi Pisang dijual dengan harga Rp 15.000 per pack.

“Biasanya habis terjual. Kalau laku semua, per bulan kami bisa meraih omzet lebih dari Rp 100 juta. Tapi sejak pandemi, penjualan produk kami memang merosot,” kata Diana.

Ir Supriyatno selaku pendamping dari program CSR (Corporate Social Responsibility) Pertamina ini menuturkan, pemilihan komoditi pisang bukan tanpa alasan. Selain memiliki nilai ekonomi, budidaya pisang termasuk mudah dilakukan. Pisang, juga dikenal sebagai tanaman yang nyaris tidak ada bagian yang terbuang. Mulai dari daun, pelapah, batang pisang, bonggol dan tentu saja buahnya.

“Tidak ada satupun bagian dari tanaman pisang yang mubazir. Semua bisa dimanfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi warga. Bahkan, bagian dalam dari kulit pisang pun kita ketahui bisa dijadikan bahan baku es krim. Saat ini kami juga sedang dalam proses pembuatan abon bonggol pisang,” katanya.

Bagi Supriyatno dan pengurus KWT Kartini, keberhasilan membudidayakan tanaman pisang, dan kemudian memanfaatkan hasil panenannya untuk dibuat penganan, bukanlah tujuan akhir. Mereka terus bergerak melakukan inovasi-inovasi baru, untuk lebih mengoptimalkan nilai ekonomis dari lahan garapan.

Belakangan, selain tanaman pisang, mereka juga mulai mengembangkan tanaman lain seperti cabai, dan aneka sayuran. Bahkan, terakhir kelompok ini mulai mengembangkan unit simpan pinjam. Melalui unit usaha inilah, anggota KWT Kartini dan warga Kalongan dengan mudah mendapatkan pinjaman lunak untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang sifatnya mendesak.

“Sekarang ini, alhamdulilah semuanya sudah berjalan dengan baik, Mas. Memang hasilnya belum bisa dibilang besar. Tapi semua terus berkembang. Anggota kami pun sudah merasakan hasilnya. Yang lebih membanggakan ternyata kami bisa berbuat sesuatu, tanpa mengorbankan kewajiban kami sebagai ibu rumah tangga. Kami juga dapat memanfaatkan lahan tidur menjadi produktif. PR kami tinggal bagaimana terus mengembangkan, dan juga menjaga kebun kami dari pencurian buah pisang,” kata Diana.

Operation Head Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adisutjipto, Sukmawijaya, menjelaskan program CSR yang dikerjakan bersama KWT Kartini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dijalankan pihaknya melalui DPPU Adisutjipto. Selain Dusun Kalongan, pihaknya juga menggelar program CSR di Dusun Sambilegi Kidul, di sisi utara Bandara Adisutjipto.

Berbeda dengan Kalongan, program CSR di Dusun Sambilegi Kidul lebih diarahkan untuk mendorong budidaya pertanian dan perikanan untuk lahan sempit. Program ini dipilih, lantaran Sambilegi masih menghadapi persoalan anak-anak kurang gizi, terutama di masa pandemi. Program dijalankan bekerja sama dengan Puskesmas Depok dan Kelompok Tani Arimbi.

Di dusun ini, warga mengembangkan pertanian hortikultura memanfaatkan wahana ember maupun pipa paralon. Aneka tanaman sayur, cabai dan buah, mereka tanam dan budidayakan. Di lahan yang sempit ini, warga juga mengembangkan kolam lele, untuk memenuhi kebutuhan protein warga.

“Warga juga mengembangkan produk teh telang serta aneka kuliner yang menggunakan bunga telang. Apapun potensinya, akan kami bantu mengembangkan lebih lanjut. Kami senang, pelatihan dan modal yang kami salurkan membawa hasil positif,” katanya. (*)