Berkat Keripik Gayam, Warga Tembi Bantul Maju Lomba Tingkat Nasional
Orang Jawa dulu banyak yang menanam gayam untuk menciptakan suasana dengan kesan tenang, teduh dan hati nyaman.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Buah Gayam atau Iinnoacarpus fagifer biasanya diolah hanya sebatas direbus menjadi camilan. Padahal gayam memiliki banyak manfaat di antaranya mengandung karbohidrat, protein dan lemak. Daun gayam memiliki manfaat anti-diabetes.
Di tangan Syamzuri Hidayat (29) warga Tembi RT 02 Kalurahan Timbulharjo Sewon Bantul, gayam diolah menjadi es krim, brownies dan keripik dengan aneka rasa seperti original, balado, BBQ, jagung dan lainnya.
Sejak 2018, Syamzuri menekuni olahan gayam dan produknya kemudian dijual ke beberapa toko oleh-oleh di DIY maupun marketplace dengan merek Chest Nut.
Berkat keripik gayam itulah, Syamzuri mau Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Tahun 2024 kategori Pelopor Nilai Ekonomi Gayam sebagai Alternatif Ketahanan Pangan di Dunia.
Proses pengemasan keripik gayam. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
“Jadi saya mengenal olahan gayam dari ibu saya almarhum, Ibu Rojiyah, yang kebetulan berjualan di kantin dan sering mengolah gayam termasuk dibuat keripik. Usaha tersebut saya teruskan dan kembangkan,” kata Syamzuri yang juga seorang guru SMA tersebut saat ditemui pada acara Fact Finding, Kamis (8/8/2024), di rumahnya.
Dia mulai mengolah gayam pada tahun 2018. Tentu berkali-kali melakukan uji coba hingga menghasilkan rasa yang pas. Pengemasan juga dibuat menarik dan kekinian.
Harganya dipatok Rp 15 ribu dengan berat 100 gram per kemasan. Dalam satu bulan dia bisa memproduksi keripik hingga 50 kilogram dan menyerap lima tenaga kerja. Keripik gayam buatannya mampu bertahan setahun lebih tanpa bahan pengawet.
“Perjalanan usaha hingga seperti sekarang tidak instan, tapi melalui banyak hambatan dan saya terus mencoba. Saya juga belajar digital marketing dan branding agar semakin banyak orang yang awalnya tidak tahu menjadi paham tentang gayam,” jelasnya.
Olahan keripik gayam. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
Gayam dalam filosofi Jawa artinya Gayuh Ayem atau mencari kedamaian. Itu sebabnya orang Jawa dulu banyak yang menanam gayam untuk menciptakan suasana dengan kesan tenang, teduh dan hati nyaman.
“Bahan baku saya ambilnya dari kawasan Bantul selatan yang memang masih banyak ditemukan tanaman ini,” katanya. Gayam berbuah banyak saat musim penghujan.
Syamzuri saat ini terus mengkampanyekan bertanam gayam sebagai alternatif pangan. Tidak hanya kepada orang tua namun juga kepada anak-anak.
Panewu Sewon Hartini MM memberikan apresiasi kepada Syamzuri yang mampu memanfaatkan potensi lokal menjadi makanan yang enak dan bermanfaat.
“Olahan gayam ini mampu meningkatkan kesejahteraan. Semoga Syamzuri bisa menjadi nomor siji dalam penilaian tingkat nasional,” harapnya. (*)