Belajar dari Harkitnas, Muhammadiyah Merawat Kesatuan Bangsa

Belajar dari Harkitnas, Muhammadiyah Merawat Kesatuan Bangsa
Sosialisasi Empat Pilar di Balai Kalurahan Palbapang Kapanewon Bantul, Sabtu (27/5/2023). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Anggota MPR RI Fraksi PAN Daerah Pemilihan (Dapil)  DIY, Ibnu M Bilaludin, menyatakan Muhammadiyah bersinggungan dengan pergerakan nasional. Bahkan menjadi salah satu organisasi yang merumuskan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

"Perumus Pancasila di antaranya adalah tim kecil tokoh Muhammadiyah yaitu Abdul Kahar Muzakir dari Kotagede Yogyakarta," ujarnya dalam Sosialisasi Empat Pilar di Balai Kalurahan Palbapang Bantul, Sabtu (27/5/2023).

Ibnu mencontohkan, berdirinya organisasi Budi Utomo pada 1908 sebagai pioner gerakan Kebangkitan Nasional beririsan dengan misi pergerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan dan kesehatan.

Tidak hanya membantu legalitas pendirian Muhammadiyah, tokoh-tokoh Budi Utomo seperti Dokter Wahidin Sudiro Husodo dan Dokter Sutomo juga bersahabat dengan Muhammadiyah.

Maka tidak heran rumah pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, pernah menjadi tempat dilaksanakannya Kongres Budi Utomo pada tahun 1917.

Tidak hanya itu, tercatat dr Soetomo berperan mempelopori pendirian Rumah Sakit PKU Muhammadiyah pertama di Yogyakarta pada 1923. Setahun berikutnya pada 1924, dr Soetomo mendirikan Poliklinik Muhammadiyah di Surabaya yang kelak menjadi Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya yang sekarang berlokasi di Jalan KH Mas Mansyur 180-182.

Pembukaan Poliklinik Muhammadiyah Surabaya dihadiri perwakilan Pengurus Besar Muhammadiyah waktu itu, yaitu Haji Soedja’ dan Ki Bagus Hadikoesoemo.

Apabila saat ini banyak kader Muhammadiyah terlibat dalam urusan kebangsaan, misalnya menjadi menteri, anggota DPR/MPR dan lain-lain, menurut Ibnu itu sah saja.

"Hal itu adalah karena tanggung jawab sejarah bagi tokoh Muhamammadiyah untuk terus merawat dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagai bagian pemilik saham berdirinya negara tercinta Indonesia," jelasnya.

Belajar dari sejarah bangsa. Azman Latif selaku Sekretaris BPH Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang juga adalah Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY mengajak semua pihak menjaga semangat persatuan bangsa tanpa membedakan latar belakang suku, pendidikan, agama, sebagaimana telah disepakati dalam semboyan berbegara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu juga, yaitu Bangsa Indonesia.

"Kebangkitan Nasional merupakan kesadaran akan arti pentingnya persatuan dan kesatuan semua wilayah NKRI yang dimulai dari berdirinya Budi Oetomo 20 Mei 1908. Munculnya kesadaran ini berangkat dari faktor internal dan eksternal," paparnya.

Azman menambahkan, Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) juga harus dimaknai dengan mengenang perjuangan seluruh elemen bangsa. Mereka bahu-membahu berkolaborasi menerapkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam mewujudkan kebangkitan bangsa.

Dengan semangat yang sama pula, lanjut dia, diharapkan seluruh komponen bangsa termasuk para peserta Sosialisasi MPR RI terus mempertahankan bara api semangat Kebangkitan Nasional sembari merapatkan barisan perjuangan dengan menunjukkan kerja keras kerja cerdas. "Juga kerja bersama demi kemandirian dan kemajuan bangsa yang berkelanjutan," jelasnya. (*)