Beda Angka Stunting di Purworejo, Berdasarkan SSGI Naik, EPPGBM Turun

Beda Angka Stunting di Purworejo, Berdasarkan SSGI Naik, EPPGBM Turun
Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti menyampaikan sambutan saat menghadiri Rembuk Stunting 2023. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Prevalensi kasus stunting di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah terkesan tidak sama. Terjadi perbedaan angka atau data.

Berdasarkan SSGI (digunakan untuk melaporkan angka stunting karena terukur, validitasnya terjamin dan diakui sampai tingkat internasional) sebesar 21,3 persen pada tahun 2022, mengalami kenaikan dari tahun 2021 sebesar 15,7 persen.

Artinya, Kabupaten Purworejo mengalami kenaikan stunting sebesar 5,6 persen. Sedangkan pencapaian target pemerintah terhadap prevalensi stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen.

Sementara, berdasarkan EPPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat), prevalensi stunting mengalami penurunan dari 11,81 persen pada tahun 2021 menjadi 10,97 persen pada 2022.

Ini terungkap saat Rembuk Stunting dalam rangka penguatan pelaksanaan rapat koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Rabu (31/5/2023), di Ruang Arahiwang Setda Kabupaten Purworejo.

“Angka-angka tersebut menjadi perhatian bersama. Perlu ada percepatan langkah untuk mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah. Hal ini juga akan direalisasikan melalui Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting,” ujar Yuli Hastuti SH, Wakil Bupati (Wabup) Purworejo saat membuka acara itu sekaligus mengungkapkan data-data tersebut.

Penandatanganan komitmen bersama percepatan penurunan stunting terintegrasi. (istimewa)

Kegiatan itu dihadiri kepala dinas terkait, TPPS Kabupaten Purworejo, camat serta kepala desa/kelurahan dari 28 lokus stunting 2023. Pada kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama dalam upaya percepatan penurunan stunting terintegrasi.

Wabup mengatakan, seribu hari pertama kehidupan adalah periode sensitif bagi kehidupan seorang anak. Dampak dari pemenuhan gizi dan nutrisi lain yang tidak terpenuhi akan bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki.

Menurut dia, diperlukan perhatian khusus atas pemenuhan gizi anak, utamanya pada periode ini. Apalagi,  jika melihat kondisi riil di lapangan yang patut menjadi perhatian bersama.

“Harapan saya, kegiatan Rembuk Stunting akan mampu menguatkan komitmen seluruh pihak yang hadir, untuk bersama-sama menanggulangi permasalahan stunting, serta merealisasikan program yang telah dirancang,” tambahnya.

Rembuk Stunting 2023 Kabupaten Purworejo. (istimewa)

Pada penghujung sambutan, wabup menyampaikan penanganan stunting tidak hanya tugas bidang kesehatan, tetapi semua pihak. Termasuk dari sisi penyediaan pangan yang bergizi, kualitas sanitasi, lingkungan bersih dan beberapa hal lain yang menunjang atau mendukung intervensi pencegahan dan penurunan stunting.

“Penyelesaian penurunan stunting tidak dapat dilaksanakan dalam waktu singkat, oleh sebab itu perlu dilakukan komitmen bersama agar penanganan dilakukan terus menerus dan berkesinambungan,” tandansya.

Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsosdaldukkb) Kabupaten Purworejo, Ahmad Jaenudin SIP, sepakat memang perlu ada komitmen semua pihak yang terkait dengan intervensi penurunan stunting, sehingga dapat menurunkan prevelensi stunting di Kabupaten Purworejo. (*)