Bambang Wisnu Peroleh Pesan Damai dari Tokoh Lintas Agama
KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL – Calon Bupati (Cabup) Gunungkidul nomor urut 3 Bambang Wisnu Handoyo memperoleh restu dari tokoh lintas agama. Baginya, inilah momentum istimewa dari peringatan hari toleransi se-dunia, 16 November 2020.
Bambang Wisnu memperoleh pesan damai sebagai wujud dukungan dari tokoh lintas agama agar ke depan mampu mewujudkan Kabupaten Gunungkidul yang adil, rukun dan damai.
Pada sebuah acara di posko sekretariat bersama pemenangan Dusun Tunggul Kelurahan Semanu Kepanewon Semanu, mewakili umat Islam di Gunungkidul, mubalig Ahmad Bilal menyampaikan harapan bupati terpilih nanti dapat membiasakan pola kerja yang mengklarifikasi berbagai laporan yang masuk dari anak buahnya sebelum gegabah mengambil suatu kebijakan.
Bilal mengingatkan menjadi pemimpin berarti menjadi imam terhindar dari berita dan informasi hoax. “Apalagi menyangkut kerukunan antarumat beragama, jangan sampai ambil keputusan sepihak. Kami berharap kebiasaan klarifikasi atas laporan-laporan yang masuk dari anak buah ke meja Bapak. Kami sangat berharap cek and recek ini menjadi budaya kerja bapak dalam menerima informasi,” ujarnya.
Menurut Bilal, pelibatan tokoh agama secara setara sangat perlu untuk dikedepankan di dalam setiap membangun dialog antar-kelompok agama, selain langkah-langkah terukur dalam memperkuat kelembagaan kerukunan seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang selama ini sudah berjalan.
Yogantoro Prasetyawan, pendeta emiritus dari Klasis Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gunungkidul, menemukan banyak pernyataan positif selama mengikuti dialog dan pertemuan dengan cabup nomor 3 ini.
Dia mengingatkan agar gerakan menggiatkan kembali nilai tradisi budaya harus terus dikembangkan Pemerintah Gunungkidul ke depan.
Menurut dia, ada hal menarik dari paslon Bambang Wisnu dan Benyamin yang diusung PDI Perjuangan pada pilkada kali ini, yaitu sebagai simbol keberagaman yang terkandung nilai-nilai keberagaman Pancasila. “Lepas dari simbul itu, baik kiranya kalau nanti benar-benar bisa terwujud Pancasila lebih membumi lagi di Gunungkidul,” harapnya.
Sedangkan Andreas Supama, tokoh Katolik Paroki Bandung Wonosari menyatakan perlunya mewujudkan Gunungkidul yang rukun dan damai. Gunungkidul jangan sampai kehilangan predikat damai untuk semua golongan, suku dan agama. Artinya, tidak hanya hidup berdampingan tetapi bekerja sama mewujudkan kesejahteraan umum.
“Kedepankan kerja-kerja profesional dalam tata jabatan di pemerintahan nanti. Dasarkan kerja yang terukur dan kemampuan atau prestasi bukan didasarkan hal-hal yang lain,” sambung Yakub Sugiyo, peserta pertemuan itu.
Jamaah pengajian kelompok muda Santrine Gus Muwafiq (SGM) yang banyak tersebar di Gunungkidul pun turut menyatakan komitmen dan harapan anak-anak muda Nahdlatul Ulama (NU).
Kelompok pengajian muda SGM selama ini menemani perjalanan Bambang Wisnu dan Benyamin agar nilai-nilai pancasila kedepan dapat diwujudkan di dalam setiap program dan kebijakan pemerintah kabupaten.
“Kita terus sowan para kiai dan ustad untuk berperan mendukung komitmen Bambang Wisnu dan Benyamin membawa Gunungkidul yang nanti lebih maju dan berkembang,” kata Fakih mewakili SGM.
Tidak banyak yang disampaikan Bambang Wisnu pada pertemuan dengan 36 tokoh lintas agama Islam, Budha, Kristen, Hindu dan Katolik dipimpin Christiono Riyadi itu selain kesanggupan memegang kepercayaan seluruh masyarakat Gunungkidul. Utamanya, mengayomi berbagai perbedaan serta menjaga keberagaman sebagai wujud nyata implementasi nilai Pancasila.
Orang terdekat Gubernur DIY Sri Sultan HB X ini mengaku senang beberapa waktu boleh menghadiri acara Melasti umat Hindu di Pantai Ngobaran Gunungkidul sekaligus menjadi ruang silaturahmi.
Bambang mengatakan pertemanannya dengan Gus Muwafiq untuk berguru ilmu agama Islam sudah sejak dirinya sama-sama masih muda.
“Buahnya ya saat ini saya tidak merasa canggung bisa bekerja sama dengan siapa saja dalam ikut merawat Pancasila. Mengikatkan tali persaudaraan lintas agama dan kepercayaan ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Apa yang diajarkan para kiai tentang pemikiran guru idola saya almarhum Gus Dur saya pegang teguh sampai sekarang,” kata Bambang Wisnu.
Dia juga mengingatkan peringatan hari toleransi internasional penting dimaknai bersama, bahwa hidup manusia tidak bisa menghindar dari ragam kemajemukan adat budaya, suku, ras, antar-golongan, agama dan kepercayaan.
Sikap toleransi merupakan karunia yang sudah dimiliki manusia sejak lahir dan saat ini harus terus dipelihara untuk mewujudkan kebaikan dan kemajuan bersama.
Bambang memaknai toleransi secara sederhana, yakni ikut merasa senang saat jika tetangga sedang mendapat kebahagiaan dan ikut merasa sedih saat tetangga mengalami musibah atau sedih.
“Kalau itu sampai kebalik berarti toleransi tidak hidup dalam diri kita,” kata Bambang Wisnu yang telah meminta restu tokoh NU Mbah Benu di Panggang itu. (*)