Babe Dinilai Paling Ideal Menjawab Persoalan Krusial
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pasangan calon (paslon) Bupati Gunungkidul nomor urut 3, Bambang Wisnu-Benyamin Sudarmadi (babe) dinilai publik sebagai pasangan paling ideal untuk menjawab persoalan krusial yang dihadapi Kabupaten Gunungkidul saat ini.
Cabup Bambang Wisnu Handoyo memiliki pengalaman menguasai birokrasi dengan regulasinya dan berlatar belakang pejabat Pemerintah DIY. Sedangkan cawabup Benyamin Sudarmadi dengan latar belakang pengusaha sukses yang dikenal disiplin, gigih dan kerja-kerja yang terukur untuk diterapkan dalam pelayanan kolaboratif Pemkab Gunungkidul ke depan.
Keduanya dinilai sebagai paslon yang sinkron menjawab berbagai pertanyaan moderator dan lawan debat.
“Paslon nomor urut 3 menunjukkan pasangan paling kompak, seiya-sekata dan jawaban yang saling menguatkan. Dalam dua kali debat terpisah dilaksanakan KPU penerapan UU Desa dan UU Keistimewaan tetap muncul lagi. Ini adalah bentuk konsistensi mereka yang akan meletakkan pembangunan berdasarkan kedua UU tersebut,” kata Aryfa’id, Direktur Lembaga Strategi Nasional (LSN) mencermati debat II Cawabup Gunungkidul melalui TVRI Jogja, Selasa (3/11/2020) malam.
Lembaga yang memiliki orientasi program pemberdayaan desa di Gunungkidul menilai, kedua UU tersebut memang menentukan denyut berjalannya pembangunan desa. Pada debat kedua, cawabup jawaban Benyamin menunjukkan matangnya pembagian peran dengan Bambang Wisnu yang menjadi pasangannya.
“Sosok ideal pemimpin untuk menjawab kebutuhan masyarakat Gunungkidul yang birokrat dan pengusaha. Apalagi saat ini reformasi biorokrasi itu sudah mengarah reiventing governance yakni mewirausahakan birokrasi. Ini ada pada kedua paslon kepala daerah Gunungkidul nomor 3,” ujarnya.
Aryfa’id menambahkan, Benyamin yang dikenal sebagai enterpreneur memimpin banyak perusahaan Go-Internasional akan memberi warnai kebijakan yang mendukung tumbuhnya inovasi perekonomian pembangunan serta investasi.
Kekompakan paslon nomor 3 juga diungkapkan pegiat desa lainnya, Endro Guntoro. Pegiat pendamping badan usaha desa beberapa desa di Gunungkidul menilai, Bambang Wisnu Handoyo turut mewujudkan predikat Pemerintah DIY yang berhasil meraih sepuluh kali predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Modal ini menjadi kebutuhan Gunungkidul yang baru empat kali meraih WTP.
“Tidak bisa mengelola pemerintahan hanya asal jalan seperti saat ini. Harus ada terobosan yang dibuat seorang pemimpin. Benyamin memiliki mental pengusaha dengan banyak terobosan kesediaan lapangan kerja dan perbaikan ekonomi rakyat yang berorintasi pada target-target pencapaian yang jelas,” kata Guntoro.
Debat cawabup disaksikan ribuan warga Gunungkidul melalui layar televisi. Mengenakan batik, cawabup nomor 3 Benyamin Sudarmadi menyampaikan beberapa pernyataaan menukik dan gebrakan mengejutkan yang tidak dimiliki cawabup yang lain.
Salah satunya, Benyamin akan mengubah cara melayani masyarakat dengan komitmen diri membuka ruang publik memulai kerja pukul 06:00 WIB dan layanan berbasis teknologi untuk memudahkan pelayanan masyarakat.
“Saya sudah sepakat kalau kerja khusus bupati dan wakil bupati itu harus kerja lebih awal. Mulai jam 6 pagi harus sudah melayani masyarakat. Masyarakat yang akan mengadukan permasalahan terkait hak-hak layanan dasar bisa kami layani cepat,” kata Benyamin.
Menurut dia, ruang-ruang umum masyarakat memang harus berani dibuka lebih luas, agar pelayanan publik menyangkut kelangsungan kesehatan, pendidikan, maupun fasilitas umum mulai berbasis teknologi informasi. Ini diyakini akan ikut menunjang tata pembelajaran anak-anak sekolah di masa pandemi Covid-19 sekaligus mengatasi hambatan signal karena medan dan geografis Gunungkidul.
Baginya, teknologi informasi juga efektif untuk menjawab kebutuhan termasuk fungsi monitoring terhadap pelaksanaan tugas birokrasi.
Saat debat, Benyamin tidak meninggalkan komtimen Bambang Wisnu pada debat pertama untuk memberi jaminan fasilitas kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Benyamin menegaskan kembali seluruh Puskesmas di Gunungkidul sudah saatnya naik kelas memiliki fasilitas rawat inap dan ketersediaan tenaga medis yang memadai.
“Warga peserta BPJS juga dapat dilayani di 31 klinik di Gunungkidul. Selama ini 31 belum mendapat kuota melayani peserta BPJS,” ujar pria yang tiga periode memimpin organisasi perantau Ikatan keluarga Gunungkidul (IKG) ini.
Sebagai cawabup yang berpengalaman memimpin belasan perusahaan go-internasional, Benyamin juga paling memahami kebutuhan anak muda akan ketersediaan lapangan kerja sebagai langkah strategis dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Terlebih, ekonomi sulit masa pandemi Covid-19 membuat banyak masyarakat kehilangan usaha dan pekerjaan.
Benyamin memastikan saat ini sudah ada beberapa pengusaha nasional-internasional berminat menanam usahanya di Gunungkidul untuk menjawab kebutuhan lapangan kerja.
“Tugas kami membuat perusahaan nanti mudah beroperasi di Gunungkidul dan menyerap banyak tenaga kerja. Ini harus disesuaikan regulasi tata ruang daerah agar tidak menabrak aturan,” kata cawabup putra daerah yang paling memiliki pengalaman menginap di 144 desa di Gunungkidul ini.
Debat cawabup diikuti keempat cawabup, selain Benyamin Sudarmadi cawabup nomor urut 3 sebagai pasangan cabup Bambang Wisnu Handoyo, terdapat tiga cawabup lainnya yakni Mahmud Ardi pasangan Sutrisna Wibawa, Martanty Soenar Dewi pasangan Immawan Wahyudi dan Heri Susanto pasangan Sunaryanta. Empat paslon ini akan berebut sekitar 600 ribu suara pemilih di Gunungkidul pada pilkada 9 Desember 2020. (*)