Arsip Menggerakkan Butet Kartaredjasa Menjadi Seniman

Arsip Menggerakkan Butet Kartaredjasa Menjadi Seniman

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA - Tidak salah Yogyakarta diberi predikat kota budaya, ribuan seniman berkarya di kota ini. Ratusan sudah menjadi maestro seni termasuk seni pertunjukan. Sayang, kesadaran mendokumentasikan atau mengarsipkan karya-karya seniman ini masih lemah. Padahal sejatinya pengarsipan yang baik, bisa menjadi karya lain yang bisa menjadi catatan proses sekaligus ilmu tak ternilai bagi generasi sekarang.

Sekelompok anak muda yang memiliki kesadaran akan pentingnya arsip serta dokumentasi para seniman ini mencoba untuk mencari jejak-jejak pertunjukan, naskah, rancang gerak hingga foto-foto dokumentasi maestro-maestro seni tari Yogyakarta.

Ditengah perilaku seniman masa lalu yang kurang rapi mengelola arsip-arsip pertunjukan, hal ini bukan perkara mudah. Belum lagi beberapa maestro yang telah wafat tidak meninggalkan jejak-jejak dokumentasi tersebut kepada penerusnya.

Karya arsip-arsip seniman-seniman yang berhasil ditelusuri anak-anak muda ini kemudian dikurasi selanjutnya dipertontonkan bagi khalayak dalam perhelatan Pameran Arsip Tari Jogja #1. Pameran ini melibatkan 12 seniman tari, diantaranya: Bagong Kussudiardja, Wisnu Wardhana, Bimo Wiwohatmo, Didik Nini Thowok, Miroto, Anter Asmorotedjo, Besar Widodo, Kinanti Sekar Rahina, Megatruh Banyumili, Widi Pramono, Eka Lutfi dan Uti Setyastuti.

"Ini kesempatan terbaik saya untuk berbagi, kesempatan ini saya harus membuka sedikit dari sejarah saya bawa Saya ini akhirnya berani memilih jalan hidup sebagai manusia seni. salah satunya energi saya digerakkan oleh arsip," kata Butet Kartaredjasa saat membuka Pameran Arsip Tari Jogja - “Gelar Gulung”, Jumat (29/7/2022) malam di Galeri Kelas Pagi Yogyakarta Jl. Brigjen Katamso, Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta.

"Tanpa arsip saya tidak jadi apa-apa, saya memilih dunia seni sebagai pilihan hidup, saya belajar seni semua dari arsip karena almarhum ayah, penari dan pelukis itu. Dia yang sangat rajin sejak usia mudanya mengarsipkan seluruh proses-proses beliau, baik sebagai pelukis maupun sebagai penari," lanjutnya.

Yang menarik kali ini, lanjut Butet, kawan-kawan tari yang bergerak melakukan proses pengarsipan dan kemudian dipamerkan. Ini satu hal yang sebenarnya sudah ditunggu-tunggu sejak lama.

"Mungkin sejak almarhum Pak Bagong itu merindukan peristiwa seperti ini, karena yang dia inginkan sampai beliau wafat itu bagaimana para penari tidak hanya sibuk dengan urusan peya-peye saja. Dunia arsip ini menjadi pengantar para praktisi tari masuk ke dunia pemikiran dan dunia ilmu pengetahuan," lanjutnya.

Kegiatan ini bukanlah yang pertama kali kami gelar. Pada 2019 lalu Sanggar Seni Kinanti Sekar (SSKS) juga menggelar acara pameran arsip tari sanggar. Lebih menggambarkan pada proses yang dilakukan Sanggar Seni Kinanti Sekar, tapi kali ini ada yang berbeda, arsip yang dipamerkan tidak hanya milik SSKS.

Bukan hanya arsip tari Sanggar yang dipamerkan tapi juga seniman-seniman tari asal Jogja yang tumbuh besar bersama melalui tari. Perjalanan hidupnya dan proses kreatifnya dapat masyarakat lihat dalam bingkai foto bersejarah.

Kurator Pameran, Elyandra Widharta menambahkan, Pameran ini bagian dari kepedulian temen-temen SSKS untuk ikut merawat sejarah perjalanan seniman-seniman tari khususnya koreografer, baik pada level Maestro hingga pada koreografer muda.

"Sehingga arsip itu menjadi pengetahuan bagi publik lagi secara luas, tidak hanya disimpan di dalam rak atau disimpan rapi secara eksklusif yang hanya bisa dinikmati oleh senimannya sendiri," kata dia.

Karena ketika dipamerkan, lanjut Ely, itu menjadi pengetahuan baru dari arsip tersebut berupa catatan perjalanan sebuah proses kreatif, sebuah arsip itu menjadi apresiasi alternatif untuk anak-anak sekarang, misalnya membaca ketokohan yang dilakukan oleh para maestro pada zaman-zaman tersebut.

Sulit memang untuk mengumpulkan kembali, kami harus melewati beberapa proses dimulai dari mencari, mengulik, berefleksi, mengumpulkan satu persatu arsip yang berserakan dari beberapa koreografer selanjutnya mengubahnya dalam arsip digital agar lebih mudah untuk diakses.

"Namun, semuanya dapat dilakukan dengan baik melalui kerja kolektif dari anak-anak muda yang peduli akan proses," lanjutnya.

"Semoga ini sebagai langkah awal pameran arsip tari, mengingat Jogja itu punya ratusan koreografer aktif maupun yang pasif berkarya. Harapannya ini nanti ketika bisa berlangsung tahunan peserta dan arsipnya makin banyak dan ruang pamernya semakin luas," imbuhnya.

Ketua Sanggar Seni Kinanti Sekar, Bagas Arga Santosa menambahkan, Melalui Pameran Arsip Tari Jogja pihaknya ingin menyampaikan kepada seluruh masyarakat khususnya para koreografer tari agar lebih memperhatikan lagi akan pentingnya dokumentasi dan pengarsipan setiap proses kreatif yang dilakukannya.

"Karena setiap peristiwa dalam proses penciptaan merupakan hal yang unik dan penting, maka harus disimpan dengan baik. Arsip adalah catatan yang hidup dimana setiap koreografer menitipkan jejaknya agar dapat dibaca oleh zaman," lanjutnya.

Pemeran ini dilaksanakan masih dalam rangka peringatan ulang tahun ketujuh Sanggar Seni Kinanti Sekar yang jatuh pada 24 Juli 2022. 

Pameran yang diberi tajuk “Gelar Gulung” ini akan berlangsung mulai tanggal 29 Juli-5 Agustus 2022 di Galeri Kelas Pagi Yogyakarta, Prawirodirjan, Gondomanan, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ihsan Kurniawan, selaku Pimpinan Produksi Pameran Arsip Tari Jogja mengatakan, pemaknaan Gelar Gulung sendiri ialah menggelar kembali arsip-arsip yang telah lama tersimpan, tergulung dalam ruang yang paling privat dan kini siap untuk diperlihatkan.

"Banyak hal yang telah kami lakukan, proses panjang yang dapat menjadi gambaran nyata tentang bagaimana Sanggar Seni Kinanti Sekar yang sampai sekarang terus mempertahankan nilai kewicaksanaan yang ditumbuhkan dan dirawat dalam kurun waktu tujuh tahun," tandasnya.(*)