Anggota DPRD DIY Prihatin, Anak-anak Lebih Bangga Kanji daripada Aksara Jawa
Kok malah banyak anak-anak kita yang justru mengidolakan tokoh-tokoh dari luar.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Pesatnya peradaban digital selain bermanfaat bagi kehidupan juga berdampak negatif. Kalangan muda bahkan sampai level anak-anak pun saat ini merasa lebih bangga dengan aksara Kanji daripada budaya tradisi warisan leluhur, aksara Jawa.
Keprihatinan ini diungkapkan Anggota Komisi D DPRD DIY dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Syukron Arif Muttaqin, saat menjadi narasumber Sosialisasi Perda DIY Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa, Senin (13/11/2023), di gedung Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga di Sambilegi Sleman.
“Teman-teman ada yang pernah tahu, kaos yang sedang tren dikenakan anak-anak muda, bisa ditemukan di Bandung. Pakai aksara Kanji, Jepang,” kata Syukron.
Mereka bangga mengenakan kaos tersebut. Semestinya, lanjut anggota komisi yang salah satunya membidangi kebudayaan itu, generasi muda lebih bangga dengan identitas bangsa sendiri. “Jangan minder dengan adat istiadat yang diwariskan sebagai identitas dan marwah kita,” ujarnya.
Di hadapan mahasiswa dan mahasiswi UIN Sunan Kalijaga, Syukron juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap budaya Jawa, lebih khusus lagi aksara Jawa, rupanya belum menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari generasi masa kini.
ARTIKEL LAINNYA: Anggota DPRD DIY Syukron Arif Muttaqin Ingin Aksara Jawa Jadi Kebanggaan
Belum lagi gempuran drama Korea atau drakor yang digandrungi banyak kalangan. “Kok malah banyak anak-anak kita yang justru mengidolakan tokoh-tokoh dari luar daripada budaya leluhur kita,” tambahnya.
Satu lagi, tidak sedikit keluarga di Yogyakarta saat ini mulai membiasakan diri berkomunikasi menggunakan bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, serta merasa lebih bangga daripada menggunakan bahasa Jawa.
“Orang tua juga merasa bangga anaknya bisa cas cis cus bahasa Inggris, Jerman atau Korea, mungkin bapaknya bekerja di luar negeri,” ujarnya.
Dikhawatirkan, sepuluh atau 20 tahun lagi penggunaan bahasa Jawa mulai berkurang sehingga generasi di bawahnya semakin sedikit yang mengerti dan memahami bahasa daerah. Lebih parah lagi jika tidak mengerti aksara Jawa.
Inilah yang menjadi kegelisahan para wakil rakyat di gedung dewan Jalan Malioboro Yogyakarta, akhirnya lahir Perda Nomor 2 Tahun 2021 yang telah ditindaklanjuti dengan Pergub Nomor 43 Tahun 2023.
ARTIKEL LAINNYA: Peduli Aksara Jawa, Anggota DPRD DIY Syukron Arif Muttaqin Ajak Mahasiswa Belajar Metode Cara Ngapak
“Perda ini muncul dari kegelisahan. Kebiasaan memakai budaya-budaya atau mencontoh budaya-budaya dari luar, ini yang menjadi perhatian,” ungkapnya.
Padahal, menurut Syukron, aksara Jawa tidak bisa dilepaskan dari Islam dan dipakai oleh para wali sebagai guru dari raja-raja di Jawa.
Syukron bercerita, Dinas Kebudayaan DIY pernah kedatangan tamu dari Belanda mencari tiga orang yang mahir menulis dan membaca aksara Jawa.
Menurut Syukron, inilah yang disebut sebagai ironi. “Mungkin serat itu penulisnya Mbah Supo. Kemudian diterjemahkan ke bahasa Belanda, bahasa Inggris, ditulis di jurnal ilmiah, dijadikan referensi, dibawa ke kampus UIN Sunankalijaga, diajarkan oleh dosen kepada mahasiswa. Ini ironi. Sebenarnya kita yang memiliki,” ujarnya bercanda.
Contoh lainnya, di Seyegan Sleman terdapat serat kuno tersimpan lama. Warisan itu tidak ada yang berani membuka. Saat diterjemahkan ternyata luar biasa. Serat yang ditulis dengan aksara Jawa itu berisi tentang cara-cara membuat kendhang.
ARTIKEL LAINNYA: Pakai Metode Ini, Baca-Tulis Aksara Jawa Sangat Mudah
Narasumber lainnya, pakar aksara Jawa Hanacaraka, Ahmad Fikri AF, mengajak mahasiswa UIN Sunan Kalijaga mampu melihat peluang dari celah kecil aksara Jawa.
Pria asli Betawi itu menyemangati mereka untuk belajar aksara Nusantara termasuk aksara Jawa. Bahkan dia mengusulkan semua kampus perguruan tinggi di DIY memasukkan aksara Jawa. Hal ini juga berlaku bagi kampus di seluruh Indonesia, memasukkan aksara lokal setempat ke mahasiswa.
“Ada pepatah Arab, belajar aksara adalah bagaimana mengerti jalan pulang. Jangan sampai kita kehilangan sejarah. Jika orang Jawa tidak menguasai aksara Jawa, siapa yang akan membaca ribuan serat yang ditulis oleh para kiai, wali dan pujangga?” kata Fikri.
Dia sepakat, anak-anak muda harus punya kemampuan aksara lokal Nusantara. Apalagi aksara Nusantara sebenarnya sangat fenomenal bahkan dulu aksara Kawi diakui sebagai sebagai sarana resmi untuk keperluan surat menyurat antar-kerajaan (lingua franca).
Satu rangkaian dengan kegiatan sosialisasi, dilakukan launching Pusat Studi-Kajian Aksara Nusantara (Paska Nusantara) oleh Wakil Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Prof Dr Imam Machali S Pd I MPd. Lembaga ini bekerja sama dengan Pondok Pesantren Bina Aksara Mulya Piyungan Bantul.
ARTIKEL LAINNYA: Asyiknya Menyalin Huruf Latin ke Aksara Jawa
Prof Imam Machali antara lain menjelaskan Paska Nusantara merupakan sebuah lembaga yang didirikan sebagai upaya membentengi dan mempertahankan kedaulatan negara bangsa dari kondisi dunia yang tak lagi berjarak.
Disebutkan, aksara menjadi instrumen utama dalam upaya membentengi dan mempertahankan eksistensi kenusantaraan.
Ada apa dengan aksara?
Menurut dia, eksistensi bangsa-bangsa di dunia diyakini memiliki peradaban tua karena keberadaan aksaranya. Mereka menyimpan pengetahuan-pengetahuan, sumber-sumber ajaran etik dan sejarah bagaimana bangsa itu mengalami pasang surut mengarungi peran kesejarahan.
Demikian pula keberadaan aksara-aksara di nusantara memiliki sejarah panjang. Dalam beberapa abad aksara telah membentuk karakteristik penggunanya, membentuk mindset, pandangan mereka pada dunia dan membentuk identitas berdasar pada kesamaan aksara dan bahasa.
ARTIKEL LAINNYA: Dinas Kebudayaan DIY Menyediakan Konverter Aksara Jawa
Aksara Jawa menjadi sebuah instrumen penyimpanan masa lalu bagi orang Jawa dan juga sumbersumber etika dan moral.
Paska Nusantara didirikan sebagai bentuk keberpihakan akademis dan kepentingan untuk mengembalikan eksistensi masyarakat bangsa di Nusantara. Aksara-aksara nusantara belum banyak dikenal bahkan oleh penggunanya sendiri.
Pada sisi lain, aksara latin menjadi aksara persatuan nasional, sementara aksara-aksara nusantara semakin tak dikenal oleh penggunanya sendiri.
Adapum visi lembaga ini antara lain menjadikan aksara Nusantara tuan di negerinya sendiri. Paska Nusantara juga memiliki layanan pelatihan aksara Jawa, alih aksara aksara Jawa, naskah-naskah Jawa ke dalam aksara Jawa dalam bentuk digital, alih aksara naskah-naskah Jawa Pegon ke dalam aksara Jawa dalam bentuk digital (teks) serta penerjemahan serat-serat yang memiliki signifikansi dengan pendidikan dan Keislaman.
Menariknya, Paska Nusantara mengusulkan program yang bisa disebut sebagai terobosan yaitu aksara Jawa menjadi mata kuliah di UIN Sunan Kalijaga, sebagai MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) semester pertama di semua Fakultas. Tujuannya untuk menunjukkan karakter khas UIN Sunan Kalijaga. (*)