Airlangga Pribadi: Mayoritas Publik Nilai Politik Dinasti Bahayakan Demokrasi

Airlangga Pribadi: Mayoritas Publik Nilai Politik Dinasti Bahayakan Demokrasi
Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) memaparkan hasil survei keterkaitan politik dinasti dan demokrasi. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, JAKARTA--Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) merilis hasil survei, yang menyebutkan bahwa mayoritas publik di Pulau Jawa mengatakan politik dinasti membahayakan masa depan demokrasi. Survei digelar di Pulau Jawa meliputi wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur, pada 28 November-5 Desember 2023. 

“Sebanyak 60,0 persen publik di Pulau Jawa mengatakan, bahwa politik dinasti membahayakan masa depan demokrasi. Sementara yang mengatakan tidak membahayakan masa depan demokrasi 29,7 persen, adapun yang mengaku tidak tahu/tidak jawab 10,3 persen,” kata Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an, dalam paparan rilisnya, di Hotel Alia Cikini Menteng, Senin (11/12/2023).

Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi Kusman, mengatakan tingginya kekhawatiran terhadap bahaya politik dinasti memperlihatkan telah terjadi persoalan etis dan pencederaan demokrasi. Selain itu, ia menyebut, 72 persen reaponden menyatakan penolakan  terhadap Presiden Joko Widodo yang ingin membangun politik dinasti.

Airlangga mengatakan, yang menjadi problem adalah bagaimana membangun kekhawatiran terhadap problem pelemahan demokrasi ini menjadi bagian kesadaran kritis masyarakat sipil. Apalagi, ditambah kekhawatiran publik atas intervensi aparat negara sebesar 47 persen.

Masyarakat khawatir intervensi aparat dapat mencederai pemilu yang jujur dan adil, serta membajak jaminan atas jaminan hak politik rakyat

Dia juga memprediksi Pilpres 2024 kemungkinan berlangsung lebih dari satu putaran. Mengingat jarak antarpasangan calon yang masih dalam margin of error. Apalagi, berdasarkan hasil survei lembaga ASI yang telah dia bedah, elektabilitas peserta pilpres kompetitif.

Dalam temuan survei disebutkan, peta elektoral pasangan capres-cawapres 2024 di Pulau Jawa masih kompetitif.  Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapatkan suara sebanyak 34,2 persen, Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebanyak 30,7 persen, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sebanyak 26,3 persen. Sedang yang tidak tahu atau tidak menjawab 8,7 persen.

“Temuan yang menarik lain adalah bahwa dilihat dari faktor yang paling mempengaruhi pilihan capres yakni program kerja (30,7 persen), berkarakter jujur dan dapat dipercaya (19,5 persen) dan pengalaman di pemerintahan (10,6 persen),” tutur Airlangga Pribadi.

Dosen Pengajar Departemen Politik Fisip Univarsitas Airlangga ini mengatakan, angka tersebut memperlihatkan tampilnya politik gagasan, integritas dan kualitas rekam jejak paslon sangat penting. Sementara, pada kampanye pilpres justru banyak didominasi politik gimik, semisal joget gemoy yang sama sekali tidak menampilkan substansi politik.

Hal itu juga yang menurutnya menjadi penyebab banyaknya swing voter yakni sebesar 44 persen dan undecided voter sebesar 8,7 persen. Angka itu menunjukan ketidakpuasan publik terhadap kampanye pilpres yang disuguhkan para pasangan calon.

Survei lembaga ASI bertajuk “Peta Elektoral Pilpres 2024 di Pulau Jawa” digelar secara tatap muka dengan metode penarikan sampel multistage random sampling. Jumlah sampel 1200 responden, margin of error (MoE) adalah +/- 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)