Ageng Marhaendika Transformasi Kerusakan Jadi Keindahan dalam Pameran Tunggal di Artotel Suites Bianti
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Filosofi Jepang kuno “Kintsugi” yang mengajarkan tentang menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan menjadi landasan kuat dalam pameran tunggal “Rekonstruksi Diri” karya seniman Ageng Marhaendika.
Pameran yang dibuka pada Jumat (11/10/2024) di ARTOTEL Suites Bianti Yogyakarta ini menghadirkan perspektif baru dalam memaknai kegagalan dan kerusakan sebagai bagian dari proses transformasi menuju keindahan.
Menghadirkan enam karya masterpiece, Ageng Marhaendika, seniman asal Pekalongan, mengeksplorasi tema-tema transformasi sosial dan lingkungan melalui pendekatan visual yang distingtif. Salah satu karya yang menjadi sorotan adalah “Terbakar Lalu Tumbuh”, yang dengan berani menantang persepsi konvensional tentang kegagalan dan kesempurnaan.
“Kita sering terjebak dalam pengejaran obsesif terhadap kesempurnaan visual. Melalui karya-karya ini, saya ingin mengajak publik untuk merefleksikan bahwa justru dalam ketidaksempurnaan, kita bisa menemukan keindahan yang lebih dalam,” ungkap Ageng Marhaendika kepada wartawan pada Jumat (11/10/2024).
Karakteristik khas karya-karya Ageng terlihat dari penggunaan warna-warna kontras dan garis-garis tajam yang mengilustrasikan proses transformasi. Seniman ini juga secara kreatif mengintegrasikan elemen budaya lokal seperti batik pesisiran ke dalam karyanya, menciptakan dialog unik antara tradisi dan modernitas.
Dalam salah satu karyanya berjudul “Akrobatik”, Ageng mengangkat isu lingkungan dengan menggambarkan kain batik yang dijemur di tengah kondisi rob.
Nuansa merah yang dominan dalam karya tersebut menjadi simbol kuat akan kerusakan lingkungan di wilayah pesisir, sekaligus mengajak penonton untuk melihat potensi solusi di balik permasalahan.
“Daripada hanya menyalahkan keadaan, mengapa tidak kita ubah perspektif dan mencari potensi positif dari situasi yang ada? Seperti halnya Kintsugi yang memperbaiki keramik pecah dengan emas, kerusakan pun bisa ditransformasi menjadi sesuatu yang bernilai,” tambahnya.
Imant Setiawan, CHA, CHRM, selaku General Manager ARTOTEL Suites Bianti Yogyakarta, menekankan pentingnya dukungan terhadap seniman lokal.
“Pameran ini bukan sekadar ekshibisi visual, tetapi juga wadah pembelajaran tentang nilai-nilai fundamental dalam kehidupan. ARTSPACE kami berkomitmen menjadi katalis dalam membangun ekosistem seni yang berkelanjutan,” jelasnya.
Pameran yang berlangsung hingga 10 Januari 2025 ini terbuka untuk umum dan dapat dinikmati secara gratis. Pengunjung berkesempatan menyaksikan karya-karya berukuran besar yang sebagian besar menggunakan medium karton, memberikan dimensi berbeda dalam penyampaian pesan visual.
ARTOTEL Suites Bianti Yogyakarta, melalui ARTSPACE-nya, tidak hanya menyediakan ruang pamer tetapi juga menciptakan platform interaksi langsung antara seniman dengan penikmat seni dan sesama seniman. Hal ini memperkuat posisi galeri sebagai inkubator dalam pengembangan ekosistem seni Indonesia.
“Rekonstruksi Diri” hadir sebagai refleksi mendalam tentang bagaimana masyarakat dapat merespons berbagai tantangan kehidupan, mulai dari isu personal hingga permasalahan sosial-lingkungan.
Melalui pameran ini, Ageng Marhaendika tidak hanya menghadirkan karya seni visual yang memukau, tetapi juga mengajak publik untuk merenungkan makna sejati dari penerimaan diri dan transformasi. (*)