25 Tahun Impor, Klaten Menjadi Pioner Gerakan Tunas Bangkit Kedelai

25 Tahun Impor, Klaten Menjadi Pioner Gerakan Tunas Bangkit Kedelai

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia menunjuk Kabupaten Klaten sebagai daerah pioner gerakan tunas bangkit kedelai. Sebab daerah ini dinilai sebagai daerah potensial penghasil kacang kedelai.

"Hari ini kami mencanangkan Tunas Bangkit Kedelai. Ini yang pertama kali di Indonesia membangkitkan kedelai melalui Klaten. Tunas-tunas bangkit kedelai akan mewakili kami untuk mengembangkan kedelai ke seluruh bangsa Indonesia. Diharapkan kedelai ini akan bangkit guna mengurangi impor kedelai yang selama 25 tahun kita lakukan," kata Yuris Tiyanto, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementan Republik Indonesia, Sabtu (21/5/2022).

Yuris mengatakan hal itu di sela gerakan tanam kedelai di Desa Burikan Kecamatan Cawas. Gerakan tersebut dalam rangka pencanangan tunas bangkit kedelai sebagai langkah peningkatan produktivitas kedelai nasional.

Gerakan tanam kedelai tersebut dilakukan di atas lahan seluas 200 hektar dan bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai pembina petani. Selain itu juga menggandeng swasta untuk menjamin keterserapan serta kesesuaian harga hasil panen petani lokal.

"Dan kontrak kerjanya itu bukan di belakang untuk pembelian hasil, namun di depan. Jadi petani aman untuk menanam kedelai secara berkelanjutan," ujarnya.

Dijelaskan, pemerintah menargetkan swasembada kedelai tahun 2026 dengan areal tanam seluas 900 ribu hektar. Target tersebut akan dapat dicapai dengan dukungan petani yang turut serta menanam kedelai dari tahun ke tahun.

Saat ini, kebutuhan kedelai dalam negeri baru bisa dipenuhi sebanyak 30 persen. Karenanya, melalui kegiatan ini persentasenya meningkat dan mengurangi ketergantungan impor.

Sementara itu, Bupati klaten Hj Sri Mulyani mengatakan Pemkab Klaten siap mensukseskan gerakan tersebut dan turut serta memantau perkembangan pilot project. Gerakan tanam kedelai selaras dengan program IP 400 yang telah dicanangkan sebelumnya oleh Kementan.

"Tidak ada benturan dengan IP 400. Kan IP 400 polanya tidak harus dengan padi. Namun tentunya bisa dengan padi, nanti bisa pakai kedelai, kacang tanah  kacang hijau. Selama empat kali tanam dalam setahun, tidak harus selalu padi. Bisa berdampingan dengan tanaman pangan lainnya yang sesuai dengan potensi di daerah tersebut," kata bupati.

Bupati menekankan butuh komitmen bersama agar harga kedelai tetap stabil dan petani terus berminat untuk menanam kedelai. Petani juga butuh komitmen tidak ada impor kedelai agar keterserapan hasil panen tetap terjaga. (*)