Wow, Indahnya Merakit Senja di Tebing Breksi
KORANBERNAS ID, SLEMAN -- Sektor pariwisata adalah salah satu lini industri yang dianggap mampu menggerakkan kembali roda perekonomian bangsa. Walaupun sama-sama terpuruk seperti ragam industri lainnya, sektor pariwisata yang didalamnya terdapat kelompok-kelompok UMKM dan orang-orang kreatif ini mampu berkembang dengan inovasi-inovasi baru.
Taman Wisata Tebing Breksi salah satunya. Tebing peninggalan penambang batu breksi yang berlokasi di Dusun Groyokan, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman ini menggabungkan keanekaragaman spot wisata yang dimilikinya menjadi sebuah rangkaian yang menarik.
Trip wisata Merakit Senja yang diluncurkan sejak jumat (23/4/2021) menyuguhkan pemandangan matahari terbenam yang tiada duanya. Di Tebing Breksi yang memiliki ketinggian 200 mdpl ini, pengunjung dengan leluasa melepaskan pandangan ke arah Kota Yogyakarta berlatar warna emas matahari terbenam.
Selain itu, dengan kondisi cuaca yang bagus, pengunjung dapat pula menikmati Kompleks Candi Prambanan dari kejauhan dengan latar Gunung Merapi yang gagah menjulang.
Bagi yang gemar bertualang, tersedia pula kendaraan segala medan yang bisa disewa untuk berkeliling di kompleks Tebing Breksi, atau menuju pelataran tebing yang menyajikan tari-tarian tradisional dari seniman setempat dengan latar ukiran-ukiran di tebing dan sunset yang indah.
"Pariwisata ini dapat menggerakkan ekonomi dengan cukup dahsyat. Tapi tentu harus ada inovasi," papar GKR Bendara, di sela-sela kickoff Merakit Senja, Jumat (23/4/2021), di kompleks Taman Tebing Breksi.
"Sebuah tempat pariwisata itu yang diutamakan harus inovasi. Ada dan tidak ada pandemi saja harus ada inovasi. Saya salut dengan desa wisata di sini, mengesampingkan semua permasalahan tetapi yang utama adalah masyarakat bisa tumbuh. Ini terbukti dengan adanya UMKM yang semakin berkembang," imbuhnya.
Putri Bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas ini melanjutkan, sinergi antara warga setempat dengan obyek wisata lain di berbagai area bisa dilakukan. Ia mencontohkan yang jadi andalan di Tebing Breksi adalah sunset, sementara yang di Mangunan adalah sunrise, maka dapat dikolaborasikan menjadi sebuah perjalanan, menjadi sebuah bentuk kerja sama.
"Karena sekarang sudah tidak zamannya lagi satu desa satu tempat wisata, tapi kolaborasi antara desa wisata sangat sangat dibutuhkan terutama saat pandemi ini. Semoga bisa memberikan contoh kepada yang lain," kata GKR Bendara.
Pada kesempatan ini pula, GKR Bendara sangat berharap bahwa di tengah pandemi ini yang menjadi prioritas utama adalah protokol kesehatan. Jangan sampai kelalaian dan protokol kesehatan yang tidak bagus justru menyebabkan harus menghentikan aktivitas di tempat wisata selama 10 hari.
"Kita sempat melihat buktinya bahwa kemarin pada saat long weekend tinggi sekali [kunjungan ke Jogja] tapi akhirnya ada beberapa kasus positif di tempat wisata dan objek wisata juga harus diisolasi," lanjutnya.
Sementara Singgih Raharjo, Kepala Dinas Pariwisata DIY, menambahkan ini adalah inovasi yang sangat luar biasa, karena pada saat pandemi ini yang paling bisa bertahan adalah orang yang bisa melakukan inovasi. Yang kedua adalah orang atau kelompok yang bisa beradaptasi.
"Perlu penataan kembali. Jangan merasa puas apa yang sudah dicapai sekarang. Kita harus berkembang memunculkan inovasi, kemudian melakukan perbaikan di sana-sini untuk memberikan layanan yang terbaik bagi para wisatawan," lanjutnya.
"Ada tiga kata kunci agar kita bisa survive, yaitu inovasi, adaptasi dan kolaborasi," tutupnya. (*)