Wayang Cakruk Polos dan Natural, Jadi Sarana Sosialisasi
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Dinas Sosial DIY bekerja sama dengan DPRD DIY menggelar pentas wayang Cakruk di Dusun Ngrancah Kalurahan Sriharjo Imogiri mengambil lakon Restorasi Budaya Untuk Menangani Masalah Sosial.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Bidang Jaminan Sosial Dinsos DIY, Ignatius Sukamto, anggota DPRD DIY Amir Syarifudin, jajaran Dinas Sosial Kabupaten Bantul, Penyuluh Sosial Masyarakat (Pensosmas) dan warga setempat.
Wayang Cakruk adalah wayang yang memotret kehidupan masyarakat yang biasanya permasalahan itu dibahas di gardu ronda atau cakruk oleh masyarakat.
Wayang Cakruk diadaptasi dari wayang orang yang kemudian diciptakan tokoh-tokoh yang menjadi potret manusia-manusia Cakruk dengan berbagai profesi mereka. Tokoh yang jabatanya paling tinggi adalah lurah.
Foto bersama usai pentas wayang Cakruk di Ngrancah Kalurahan Sriharjo Imogiri Bantul, Rabu (12/7/2023). (istimewa)
Lakon yang dimainkan tentu saja seputar Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) mulai dari akar masalah sampai dengan solusinya yang dikemas sedemikian rupa sehingga bisa menampilkan kesan polos, lucu, natural dan tidak berjarak dengan masyarakat yang menyaksikannya.
"Jadi tadi kita menggaungkan kembali sopan santun, andhap asor, gugur gunung dan nilai budaya bangsa kita untuk mengatasi masalah sosial yang ada di masyarakat," kata Ki Sumarno Purbocarito.
Menurut dia, wayang Cakruk adalah sarana sosial berbalut budaya. Dengan sosialisasi ini masyarakat juga lebih antusias.
Pementasan wayang Cakruk dilakukan secara bergiliran dengan tema yang berbeda-beda. Misalnya, untuk Juli bertema anak dengan lokasi pementasan sebelas titik di DIY.
Pada setiap pementasan, selain problem anak juga ada solusi ketika ada persoalan anak. Pihak mana yang jarus dihubungi dan tindakan apa yang diambil.
Melalui wayang Cakruk juga disampaikan sosialisasi terkait tugas dan fungsi dari Dinas Sosial yakni menangani 29 permasalahan sosial masyarakat.
Amir Syarifudin mengatakan, DPRD DIY memberikan dukungan penuh model sosialisasi berbalut budaya ini.
"Kita dukung penuh, ini adalah salah satu bentuk pelestarian terhadap budaya. Selain tentu saja sosialisasi kegiatan berjalan, juga lebih menarik animo masyarakat," katanya.
Amir berharap, jangan sampai budaya adiluhung bangsa ini hilang tergerus zaman namun bagaimana semua pihak turut melestarikanya.
Winardiyanto, seorang tokoh masyarakat mengatakan wayang Cakruk dihadirkan sebagai media untuk sosialisasi sejak tahun 2015. "Ini sudah ada ketika saya masih aktif berdinas di Dinas Sosial DIY," katanya. (*)