Warga Desa Wironatan Pakai Pohon Pisang sebagai Alat Transportasi Saat Banjir

Warga Desa Wironatan Pakai Pohon Pisang sebagai Alat Transportasi Saat Banjir

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Desa Wironatan Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Jateng) merupakan daerah langganan banjir. Banjir yang terjadi sejak Selasa (15/3/2022) hingga Rabu (16/3/2022) sore belum surut. Akibat hujan deras Sungai Dlanggu meluap.

Ada yang kebiasaan unik warga Desa Wironatan setiap banjir datang. Mereka selalu membuat perahu terbuat dari gedebog gedhang atau pohon pisang. Empat sampai lima batang pohon pisang disatukan. Jadilah perahu. Mirip rakit. Penggeraknya cukup pakai sebatang bambu.

Perahu itulah yang digunakan warga saat menjemput datangnya bantuan dari alumni SMAN 1 Purworejo yang hendak memberikan bantuan nasi bungkus dan air mineral.

Sebab kendaraan roda empat hanya bisa berhenti di jalan menuju Desa Wironatan. Armada perahu pisang kemudian mengantarkan bantuan untuk warga.

Arif Munaf, salah seorang alumnus SMAN 1 Purworejo mengatakan pihaknya mengantarkan bantuan dari lintas alumni SMAN 1 Purworejo.

"Kami menyerahkan nasi bungkus dengan lauk telur ayam. Kami patungan dari lintas angkatan, sementara rekan alumni 91 memasak sendiri 50 bungkus. Ada juga yang donasi uang lalu dibelikan nasi bungkus," ujar Arif.

Bantuan nasi bungkus dan air mineral 300 bungkus langsung disalurkan ke warga Desa Wironatan yang tidak turut mengunggsi.

"Ada warga yang tak mau mengungsi karena menjaga ternak dan gabah hasil panen. Orang sepuh dan difabel juga ada yang terjebak," jelasnya.

Dia bersama tim tidak bisa menyerahkan langsung karena air masih sekitar 50 hingga 60 sentimeter sehingga mobil rombongan tidak bisa mendekati lokasi.

"Bantuan kami serahkan kepada warga Desa Wironatan dengan menggunakan lima perahu pelepah pisang. Bantuan kami diterima oleh perwakilan mereka, Muhammad Rumi," jelasnya.

Rumi mewakili warga Desa Wironatan mengucapkan terima kasih atas bantuan dari alumni SMAN 1 Purworejo. "Saat banjir seperti sekarang, kami biasa menggunakan perahu pelepah pisang. Perahu karet memang ada, tetapi jumlahnya terbatas," jelas Rumi. (*)