Wahib Jamil Ajak Cegah Radikalisme dan Intoleransi
KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Agama diturunkan ke muka bumi untuk menjadikan hidup menjadi rukun dan damai. Dengan berbagai agama yang dianut oleh seluruh warga masyarakat Indonesia diharapkan saling memahami, hidup berdampingan dengan umat yang lain.
“Agama diturunkan untuk menjaga keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu, marilah kita sebagai manusia beriman untuk kembali ke agama yang benar,” ujar KH Muhamad Wahib Jamil, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kulonprogo.
Di sela-sela menghadiri kegiatan Penguatan Program Cegah Radikalisme dan Intoleransi di Masjid Nurul Muhtadin Dusun Kewarakan Kalurahan Sidorejo Kapanewon Lendah, Kamis (21/7/2022) malam, kepada koranbernas.id Wahib memaparkan agama untuk memberikan inspirasi, sehingga akhlak menjadi lebih baik.
“Diutusnya nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Agama diturunkan untuk kedamaian, ketenangan dan ketenteraman di dunia,” tambahnya.
Menurut dia, dalam beragama seseorang hendaknya dilaksanakan secara moderat, sehingga tidak menjadi orang yang radikal, juga bukan liberal. “Dengan moderasi beragama ini nantinya akan tercipta kerukunan umat beragama dalam kehidupan sehari-hari,” kata Wahib Jamil.
Dia menandaskan Kantor Kemenag Kulonprogo mendukung penuh Program Cedakin atau Cegah Radikalisme dan Intoleransi yang telah digagas oleh Penyuluh Agama Islam, Achmad Mujib Romadhon.
“Mari kita sengkuyung bersama, dengan tetap mempertahankan kerukunan umat beragama di lingkungan Padukuhan Kewarakan Kalurahan Sidorejo Kapanewon Lendah ini,” tandas Wahib Jamil.
Dia menerangkan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga dan mencegah radikalisme dan intoleransi. Di antaranya, tidak meremehkan dan menyalahkan orang lain.
Selain itu, juga berkecil hati. Tidak memanggil seseorang dengan panggilan yang tidak disukai. “Panggil dengan sebutan yang baik dan santun, serta tidak berprasangka buruk terhadap orang lain dalam arti harus berbaik sangka,” kata dia.
Sedangkan Achmad Mujib Romadhon menyampaikan melalui Program Cegah Radikalisme dan Intoleransi dilaksanakan dengan pendekatan terhadap tokoh agama setempat.
“Dengan pendekatan pada tokoh agama setempat ini kami dapat mengetahui keluh kesah masyarakat secara langsung terkait pihak-pihak yang kemungkinan memiliki pemahaman agama yang radikal dan intoleran,” jelasnya.
Informasi yang diperoleh dari tokoh agama setempat diolah, kemudian disusun materi pembinaan masyarakat yang berisi kampanye tentang pentingnya hidup rukun di masyarakat.
Selanjutnya, dilakukan pendekatan kepada beberapa tokoh masyarakat setempat yang berpengaruh untuk menekan penyebaran paham radikal dan intoleransi.
“Pemahaman agama yang ekstrem bibit kemunculannya hanya berpusat pada satu tokoh saja. Bila tokoh yang lain tidak sepakat dengan pemahaman ekstrem atas agama, maka agenda-agenda kelompok radikal dan intoleran bisa digagalkan melalui sosialisasi informal dari forum masyarakat setempat,” terang Mujib.
Tentu, lanjut dia, tahapan program Cedakin ini semuanya memakai pendekatan yang humanis, tidak dengan cara yang sama-sama keras.
Kepala Badan Kesbangpol Kulonprogo, Budi Hartono, mengajak semua pihak turut serta menjaga keharmonisan dengan cara yang enak, harmonis, tidak memicu pertengkaran dan pertikaian.
“Sudah menjadi Sunatullah kita hidup di Indonesia yang heterogen ini. Mari tetap waspada, jika ada yang mengajak ke arah radikal dan kekerasan agar dicegah bersama. Kita terus berupaya menjaga kerukunan umat beragama di wilayah Kulonprogo ini,” kata Budi. (*)