UNISA Peduli Masalah Kesehatan Mental Mahasiswa

Rata-rata anak Indonesia menghabiskan 150 menit sehari di depan gadget, lebih tinggi dibandingkan anak-anak di Singapura dan Jepang yang hanya 30 menit.

UNISA Peduli Masalah Kesehatan Mental Mahasiswa
Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Internasional, Moh Ali Imron, memberikan pemaparan dalam Media Gathering yang digelar di kampus UNISA. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah kesehatan mental dan sosial yang banyak dialami mahasiswa saat ini. Aktivitas fisik dipandang sebagai solusi mengatasi masalah tersebut.

Dalam Media Gathering yang digelar di kampus UNISA, Rabu (20/11/2024), Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Internasional, Moh Ali Imron S Sos M Fis menyatakan kurangnya aktivitas fisik atau inactivity menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kasus kecemasan (anxiety), stres, hingga perilaku berisiko di kalangan anak muda Indonesia.

Imron mengungkapkan data yang mengejutkan terkait waktu layar anak-anak di Indonesia. “Rata-rata anak Indonesia menghabiskan 150 menit sehari di depan gadget mereka, jauh lebih tinggi dibandingkan anak-anak di Singapura dan Jepang yang hanya 30 menit,” ujarnya.

Kebiasaan ini, lanjutnya, memicu inactivity yang berdampak pada berbagai masalah mental seperti kecemasan, stres, dan bahkan depresi. Inactivity juga mendorong individu mengambil risiko perilaku negatif yang sebenarnya tidak mereka inginkan.

“Salah satu solusi yang paling efektif adalah memperbanyak aktivitas fisik. Dengan aktivitas fisik, stres dan kecemasan dapat diredakan, sehingga kesehatan mental pun meningkat,” katanya.

Pendekatan akademik

UNISA telah menerapkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan aktivitas fisik di kalangan mahasiswa. Beberapa program studi mulai mengintegrasikan kegiatan fisik dalam kurikulumnya. Prinsip mens sana in corpore sano atau di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat menjadi dasar dari pendekatan ini.

Selain itu, kampus juga memaksimalkan peran Pembimbing Akademik (PAD) untuk mendekatkan diri dengan mahasiswa. “PAD tidak hanya fokus pada kesulitan akademik atau keuangan, tetapi juga pada masalah personal mahasiswa. Kedekatan ini penting untuk mendeteksi dini risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora, Nur Fitri Mutmainah S IP MPA menambahkan salah satu pemicu perilaku destruktif seperti bunuh diri adalah pengaruh informasi negatif yang diterima mahasiswa.

“Informasi yang salah bisa menjadi model perilaku yang ditiru mahasiswa. Oleh karena itu, kampus memiliki mekanisme untuk me-review informasi yang diterima mahasiswa dan mencegah dampak negatifnya,” jelasnya.

UNISA juga aktif memfasilitasi kegiatan produktif mahasiswa di luar akademik. Beberapa program yang telah berjalan meliputi wisata lokal, forum diskusi kreatif bertajuk Ngopi, Ngobrol Pakai Ilmu, hingga mendatangkan ahli dari luar untuk berbagi wawasan.

Daya tahan

“Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kapasitas individu sekaligus memperkuat daya tahan kolektif mahasiswa,” ungkapnya.

Selain aktivitas fisik dan program pengembangan, peran dosen pembimbing akademik juga diperkuat untuk mendeteksi risiko yang dihadapi mahasiswa.

“Dosen pembimbing adalah pihak yang paling dekat dengan mahasiswa. Mereka diharapkan dapat mengidentifikasi risiko sejak dini dan membantu mahasiswa secara preventif,” ujar Nur Fitri.

Melalui Media Gathering UNISA menegaskan komitmennya mendukung kesehatan fisik dan mental mahasiswa secara holistik. Dengan menggabungkan aktivitas fisik, pendekatan akademik dan berbagai program pendukung lainnya, UNISA berharap mampu menciptakan lingkungan kampus yang sehat dan produktif.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan media lokal dan nasional serta sejumlah mahasiswa dan dosen dari berbagai fakultas. Melalui langkah-langkah ini, UNISA berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup generasi muda Indonesia. (*)