Mahasiswa Unsoed Kuliah Lapangan di Obyek Wisata Limpakuwus

Mahasiswa Unsoed Kuliah Lapangan di Obyek Wisata Limpakuwus

KORANBERNA.ID, PURWOKERTO -- Untuk memberikan pengalaman liputan di lapangan, sejumlah 12 mahasiswa S-1 program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) program studi Ilmu Komunikasi Unsoed, selama sehari Minggu (9/10/2022) mengikuti kuliah lapangan di dua obyek wisata di Banyumas.

Yakni, Hutan Pinus Limpakuwus di Jalan Baturraden Timur Sumbang dan Curug Bayan di  Dusun Kalipagu Desa Ketenger Kecamatan Baturraden.

Ke-12 mahasiswa itu terdiri 10 dari Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Pancasila Jakarta, dan 2 orang dari program studi Ilmu Komunikasi Unsoed. Penyaji materi dalam kegiatan yang dikemas field trip ini  Dr Adhi Iman Sulaiman S IP M Si dan praktisi jurnalistik, Drs Prasetiyo.

Kuliah lapangan berupa field trip ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Komunikasi, yang diampu dosen Dr Adhi Iman Sulaiman.

Pertimbangan dipilihnya wisata Limpakuwus karena sebagai lokasi wisata yang bagus untuk refreshing, gathering dan healing dengan menyuguhkan lengkap seperti  permainan dan ketangkasan untuk semua segmen usia mulai anak-anak, remaja dan orang tua maupun keluarga.

Termasuk menyuguhkan alam yang sejuk, hijau dan asri cocok sebagai ekowisata serta dapat dikembangkan sebagai eduwisata.

"Output  dari kegiatan ini, mahasiswa mampu membuat dokumentasi tayangan di youtube durasi 20-25 menit tentang situasi, kondisi, aspirasi dan rekomendasi tentang fasilitas dan pelayanan di lokawisata dari pengelola, pengunjung, kelompok usaha dan pengamat atau pemerhari wisata dan media," ujar Adhi Iman Sulaiman.

Sedangkan outcame atau hasil  dari kegiatan ini, ujar Adhi Iman, saling berbagi pengalaman dan rekomendasi konstruktif untuk pemerintah daerah, pengelola wisata dan ikut mempromosikan lokawisata hutan pinus Limpakuwus dan Curug Bayan.

Praktisi jurnalistik Drs Prasetiyo saat menyampaikan materi  menyampaikan, untuk membuat berita yang baik, yakni berita untuk koran cetak, online maupun video,  seorang wartawan tak boleh melupakan kaidah dasar penulisan berita berupa 5W+1H .

Yakni  What/apa, Who/siapa, When/kapan, Why/mengapa, Where/di mana, dan How/bagaimana. Selain itu, kalimat yang ditulis atau diucapkan mudah dipahami oleh masyarakat umum.

"Gunakan bahasa yang sederhana dan perhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Dan dalam membuat judul atau kalimat, juga harus memperhatikan logika bebahasa. Sejatinya, seorang wartawan yang baik, juga seorang guru yang baik dalam penggunaan bahasa," ujar Prasetiyo, yang juga mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Unsoed dan wartawan koranbernas.id ini.

Prasetiyo mencontohkan, pada tayangan sebuah berita di sebuah stasiun TV baru-baru ini, ada judul berita Jakarta Selatan Dikepung Banjir.

Sebuah stasiun TV yang lain, di waktu yang hampir sama pada hari yang sama, memberitakan Banjir Landa Jakarta Selatan.

Dalam hal ini, jelas Prasetiyo, Fakta (What), lokasi (Where), waktu (When), mengapa banjir  (Why), bagaimana peristiwanya (How) yang diberitakan, sama. Yaitu banjir di Jakarta Selatan. Hanya saja, dua televisi itu memilih kata berbeda untuk menggambarkan peristiwa sama.

"Salahkah berbeda diksi? Tentu tidak. Sejauh diksi yang berbeda itu mewakili fakta yang sama. Namun, pilihan kata berbeda dua televisi itu menunjukkan fakta berbeda. Televisi A menggunakan kata kepung sedangkan  televisi B menggunakan kata landa," ujarnya.

Kepung dan landa, lanjut Prasetiyo, tidaklah mewakili peristiwa atau keadaan yang sama. Kepung berarti mengelilingi, berada di luar. Adapun landa, menimpa subyek, bukan di luar subyek.

"Maka, tatkala kata kepung yang digunakan untuk mengabarkan Jakarta Selatan Dikepung banjir berarti banjir berada di sekeliling Jakarta Selatan. Sedangkan Jakarta Selatan tidak kebanjiran. Berbeda dengan Banjir Landa Jakarta Selatan. Ini berarti yang kebanjiran adalah wilayah Jakarta Selatan, wilayah di luarnya tidak," ujar Prasetiyo.

Prasetiyo mengajak mahasiswa MBKM  agar jeli, cermat dalam pemilihan kata (diksi) untuk menghasilkan kalimat yang logis.

Tiga kelompok

Sementara itu, 12 mahasiswa MBKM yang mengikuti kuliah lapangan, dibagi tiga kelompok. Kelompok pertama hunting berita mewawancarai pengelola/penjaga/pelayanan permainan wisata.

Kelompok kedua, hunting ke kelompok usaha yang ada di sekitar Limpakuwus dan Curug Bayan. Dan kelompok ketiga, hunting mewawancarai para pengunjung.

Hutan pinus Limpakuwus sejak 2018 hingga sekarang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Bahkan pada masa pandemi, pengelola membuat paket wisata virtual, sehingga pemasukan untuk mengelola obyek wisata dan membayr karyawan, serta bagi hasil dengan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, dapat terjaga.

"Belakangan, wisatawan terus bertambah. Pada libur lebaran kemarin, dalam satu hari pernah mencapai 8.000 orang. Pada setiap akhir pekan, sabtu-minggu, rata-rata  2000 - 4000 orang," ujar Eko Purnomo, pengelola Hutan Pinus Limpakuwus.

Di Hutan Pinus Limpakuwus, yang memiliki luas 76 hektar, ada 6 wahana. Yakni Mountain Slide, Play Ground, Golden Bridge, Flying Fox, ATV dan Paint Ball.

"Kami juga melayani paket outbound, gathering, fun game dan camping. Sedangkan bagi wisatawan yang akan menginap, kami miliki 5 unit family cottage dan 2 unit mini cottage," ujar Eko Purnomo.

Seusai melakukan liputan di Limpakuwus, mahasiswa MBKM melakukan liputan di  Curug Bayan di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden.

Curug atau air terjun yang memiliki ketinggian 7 meter  dan areal kolam yang memiliki luas sekitar 200-300 meter persegi  dengan kedalaman 2-5 meter ini, berjarak sekitar 3 km ke arah barat dari obyek wisata Baturraden.

"Air di curug Bayan sangat dingin, dan pemandangan alamnya sangat bagus. Berkunjung ke Baturraden, kurang lengkap kalau tidak  ke sini," ujar Sardin (21), mahasiswa MBKM dari Universitas Pancasila Jakarta.

Wulan (20), rekan Sardin menambahkan, dirinya sangat senang berkunjung ke ekowisata Hutan Pinus Limpakuwus.

“Lalu lintasnya lancar, tidak ada kemacetan. Pemandangan alamnya  begitu hijau, indah dan sejuk. Selain itu, kulinernya sangat terjangkau untuk ukuran kantong mahasiswa,” kata Wulan, mahasiswi semester 5 Fikom Universitas Pancasila ini (*)