Uniknya Embung Grigak di Bukit Tepi Laut, Mampu Menampung Air Hujan 10 Juta Liter

Uniknya Embung Grigak di Bukit Tepi Laut, Mampu Menampung Air Hujan 10 Juta Liter

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL – Warga Dusun Karang Kalurahan Girikarto Kapanewon Panggang Gunungkidul bernafas lega menyusul rampungnya pembangunan Embung Grigak. Waduk mini seluas satu hektar itu bentuknya unik. Mirip mangkok raksasa. Lokasinya di lereng bukit karst tepi Laut Selatan DIY.

Mulai dibangun Maret 2020 kemudian diresmikan Mei 2021, embung tersebut mampu menampung air 10 ribu meter kubik atau 10 juta liter. Air tersebut berguna mengairi lahan pertanian warga setempat seluas puluhan hektar. Karena lokasinya yang indah Embung Grigak menarik untuk destinasi wisata.

Suparwito, petani setempat mengakui selama ini warga mengandalkan air hujan untuk bercocok tanam. Karena faktor ini, anak-anak muda kurang tertarik menjadi petani.

Menyampaikan testimoninya pada acara inagurasi Embung Grigak secara online, Selasa (31/8/2021), dia menyampaikan setelah ada embung dirinya tergerak memotivasi rekan-rekannya menekuni pertanian dengan menanam padi, jagung, ketela, cabai dengan sistem tumpangsari. Ada juga buah-buahan seperti kelengkeng, srikaya, alpukat, kelapa kopyor maupun kelapa Thailand.

“Kehadiran embung sangat diperlukan masyarakat. Setelah ada embung ini kemungkinan menarik minat petani muda, mengikuti jejak kami para petani agar bisa menghidupi keluarga dengan baik,” sambung Suratno selaku Dukuh setempat.

Embung Grigak merupakan satu dari tujuh embung tadah hujan yang dibangun PT Coca-Cola Indonesia melalui Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI). Embung serupa juga ada di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bekerja sama dengan Yayasan Obor Tani serta Eco-Camp Mangun Karsa, pembangunan embung sempat terkendala karena kerasnya tanah Grigak yang merupakan batuan karst.

Pratomo selaku Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani menjelaskan, Embung Grigak 80 persen berada di atas karang. Pihaknya sampai mendatangkan dua mesin pemecah batu. Begitu mencapai kedalaman 4,5 meter, permukaan tanah dilapisi geomembran. Bahan tersebut dipilih karena karangnya masih tajam.

Lokasi embung merupakan daerah tandus dengan kondisi tanah berupa perbukitan kapur. Untuk mendapatkan akses air, petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun. ”Embung Grigak ini bisa menampung air hujan tanpa meresap ke tanah karena terlapisi,” ungkapnya.

Dia menambahkan, meskipun lapisan tanah bagian atasnya terlihat sangat kering secara geografis Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya mineral esensial yang diperlukan oleh tanaman. Dengan tanah karst atau tanah kapur yang memiliki tingkat keasaman (pH) di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

Yang pasti, bagi warga setempat embung tersebut sangat  bermanfaat. Romo Dr Ir Paulus Wiryono Priyotamtama SJ sebagai perwakilan masyarakat dan penggagas berdirinya Eco-Camp Mangun Karsa mengungkapkan, dulu di dekat lokasi embung dibangun fasilitas untuk menaikkan air dari sumber air dekat pantai. Saat gempa besar melanda DIY,  fasilitas yang dibangun Romo Mangun itu, termasuk jembatan, mengalami kerusakan.

Bersamaan dengan dibangunnya embung, Eco-Camp Mangun Karsa kemudian membuka empat hektar lahan untuk kebun buah. “Itulah yang akan kita jadikan lahan yang dikelola Eco-Camp Mangun Karsa. Selain pengairan, embung ini bisa untuk pengembangan perikanan. Karena indah, bisa jadi destinasi wisata,” ucapnya.

Embung Grigak terletak 30-40 meter dari bibir laut dan menghadap arah pantai. Embung yang sangat memukau itu merupakan peluang dan potensi lokasi wisata, serta berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi desa.

Director of Public Affairs, Communications and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo, menjelaskan pembangunan embung tersebut merupakan bagian dari upaya Coca-Cola memuliakan dan melestarikan air. Embung menangkap air hujan, lalu dikembalikan ke alam.

Ini sekaligus bentuk komitmen Coca-Cola melestarikan dan menjaga sumber daya alam sebagai kekuatan Indonesia. “Kami tidak ingin hanya menjadi badan usaha tetapi bagian dari masyarakat, bisa berkontribusi menyediakan lapangan kerja. Pengelolaan air sangat penting karena air materi utama usaha kami,” ujarnya.

Menurut dia, pemberdayaan masyarakat dan alam adalah komitmen Coca-Cola. Selama ini pihaknya sudah mampu mengembalikan air ke alam jumlahnya lebih banyak dari yang terpakai.

Selain itu, Coca-Cola juga membangun sumur resapan pada beberapa titik di Indonesia. Setiap titik ada 800-900 sumur resapan yang mampu menangkap air hujan secara masif agar ketersediaan air tanah terjaga.

“Kami sudah membangun tujuh embung di Jawa dan NTT untuk mengairi 140 hektar lahan pada musim kemarau. Alhamdulillah bisa dimanfaatkan masyarakat,” kata Triyono. Dengan dukungan teknologi, Embung Grigak bisa berfungsi selama 30 tahun.

Menurut Triyono, sebagai perusahaan minuman ringan terkemuka, Coca-Cola Indonesia senantiasa menjadikan pengelolaan air yang bertanggung jawab sebagai suatu kewajiban dan prioritas utama dalam berbisnis.

Baru-baru ini, Coca-Cola mengumumkan sebuah strategi global holistik untuk tahun 2030 yang bertujuan untuk mencapai ketersediaan air (water security) baik bagi bisnisnya, masyarakat maupun lingkungan di seluruh wilayah di mana perusahaan beroperasi, memanfaatkan hasil pertanian untuk memproduksi minumannya dan memberikan dampak terhadap kehidupan manusia.

Visi terbaru Coca-Cola terkait pengelolaan air fokus pada tiga titik prioritas. Pertama, mengurangi jumlah permasalahan air di seluruh dunia. Kedua, meningkatkan ketahanan air masyarakat. Ketiga, meningkatkan kebersihan Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas.

Disampaikan, Coca-Cola secara konsisten terus berkolaborasi dengan mitranya dalam berbagai Program Air Untuk  Masyarakat (Community Water Program) sebagai bentuk upaya mempertahankan kelestarian air dan lingkungan.

Melalui CCFI, Coca-Cola Sistem di Indonesia (Coca-Cola Indonesia dan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia) telah menjalankan sejumlah Community Water Program di berbagai wilayah di Indonesia dan membantu mengembalikan sekitar 160 persen dari air yang digunakan dalam proses produksi produk Coca-Cola kepada alam dan masyarakat pada tahun 2020.

Salah satu Community Water Program ini adalah pemanfaatan embung tadah hujan untuk daerah kering di Indonesia. Hingga tahun 2021, sebanyak tujuh embung tadah hujan telah dibangun di seluruh Indonesia dengan dukungan dari Coca-Cola.

Inisiatif ini sejalan dengan program strategis pengembangan embung dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai infrastruktur penting untuk memenuhi kebutuhan air di sektor pertanian.

Water stewardship dan pengelolaan air (water management) yang bertanggung jawab telah menjadi prioritas Coca-Cola sejak lama dan kami selalu berupaya memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat dan ekosistem lingkungan di masa depan,” kata dia.

Selama bertahun-tahun, Coca-Cola telah menjalankan berbagai Community Water Program guna membantu meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi bagi masyarakat Indonesia. “Kami berharap dapat terus mengembangkan kerja sama ini dengan para mitra kami,” tandasnya. (*)