Tujuh Profesor Menari di Hadapan Paku Alam X
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Tujuh orang profesor dari berbagai perguruan tinggi, Jumat (13/3/2020), menari di hadapan Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Sri Paku Alam X.
Ini merupakan persembahan khusus dalam rangka mangayubagya Tingalan Wiyosan-Dalem Jangkep Yuswa 59 Tahun Sampeyan Dalem Kangjeng Gusti Pangeran Aipati Arya Paku Alam Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa ing Praja Dalem Kadipaten Pakualaman.
Para guru besar itu terdiri dari Prof Dr Y Sumandiyo Hadi SST SU dari ISI Yogyakarta, Prof Dr I Wayan Dana dari ISI Yogyakarta, Prof Dr Djazuli dari Unnes Semarang, Prof Dr Sri Rochana Widyastutieningrum S Kar M Hum dari ISI Surakarta, Prof Dr Nanik Sri Prihatini S Kar MSi dari ISI Surakarta, Prof Dra Indah Susilowati Msc Ph D dari Undip Semarang serta Prof Dr Ir Erni Setyowati MT dari Undip Semarang.
Penampilan mereka di Kagungan Dalem Bangsal Sewatawa Pura Pakualaman menarik perhatian tamu undangan, termasuk utusan dari 18 kerajaan Nusantara. Tari yang dibawakan kali ini, Beksan Pitutur Jati, merupakan karya yang diciptakan pada masa KGPAA Paku Alam IX bertahta (1999-2015).
Beksan ini ditarikan oleh tujuh penari terdiri tiga penari putra dan empat penari Putri. Pitutur berarti ajaran, nasihat, Jati berarti bersungguh-sungguh. Pitutur Jati dapat dimaknai sebagai ajaran tentang kesungguhan hati, sikap dan perilaku.
Inti dari Beksan Pitutur Jati adalah pemberian nasihat kepada generasi muda untuk selalu memegang teguh nilai-nilai luhur kebaikan, kesahajaan, tata krama dan kerendahatian yang diajarkan leluhur supaya tidak kehilangan arah menjalani kehidupan.
Tarian ini menggambarkan kerukunan, keselarasan, keseimbangan, keserasian, dan sikap saling menghormati yang dipresentasikan oleh penari laki laki dan perempuan menari beriringan satu sama lain.
Kepada wartawan usai tampil, Prof I Wayan Dana mengaku plong. Bagaimana pun tarian tersebut selain jarang dipentaskan, juga butuh persiapan khusus. Apalagi para penari rata-rata berusia tua. “Paling muda berusai 58 tahun. Saya sendiri 64 tahun,” kata Wayan Dana. Sedangkan tertua Prof Sumandiyo berusia 72 tahun.
Prosesi Tingalan Wiyosan-Dalem Jangkep Yuswa 59 Tahun KGPAA Paku Alam X. (istimewa)
Para profesor ini mengaku terkesan mampu memberikan pentas terbaik untuk acara peringatan ulang tahun ke-59 Paku Alam X. Bahkan Paku Alam X didampingi GKBRAy Paku Alam X memberikan ucapan selama menyalami mereka satu demi satu. “Tarian ini benar-benar berkesan karena khusus dipentaskan di ulang tahun Paku Alam X,” tambah Wayan.
Beksan Pitutur Jati merupakan tarian hasil rekonstruksi Prof Hermin dari naskah lama Pura Pakualaman. Tarian ini menggambarkan mahaguru atau empu. Jumlah penari harus tujuh orang karena mengandung simbol dan filosorif kaitannya dengan ajaran hidup. Adapun gending yang mengiringi tarian itu terdiri dari Merong, Ngelik, Inggah dan Kongang.
Rangkaian Tingalan Wiyosan-Dalem Jangkep Yuswa 59 Tahun Sri Paku Alam X dihitung berdasarkan penanggalan Jawa jatuh pada Jumuwah Pon 13 Rejeb Wawu 1953.
Penghageng Kawedanan Hageng Kasentanan Kadipaten Pakualaman, KPH Tjondrokusumo, menyampaikan prosesi acara dimulai sejak pukul 05:30.
Dipentaskan pula tarian Bedhaya Sri Kawuryan, yang diciptakan pada masa pemerintahan KGPAA Paku Alam IX pada tahun 2008. “Bedhaya ini dipentaskan untuk pertama kalinya,” kata Tjondrokusumo.
Dinamai Bedhaya Sri Kawuryan karena diambil dari lagon Sri Kawuryan yang mengiringinya, lagon tersebut dimainkan ketika para penari masuk ke arena pagelaran. Sri berarti raja, sedangkan Kawuryan berarti terlihat, artinya Raja yang Tampak atau Raja yang Bertahta.
Bedhaya ini merupakan tarian yang ditarikan oleh tujuh penari sebagai ucapan selamat kepada raja yang sedang bertahta supaya selalu dikaruniai kesehatan, kesejahteraan, panjang usia, disegani rakyatnya, jauh dari segala halangan dan bencana serta dapat membangun negara yang aman, damai, makmur dan sejahtera.
Sebagai penutup dipentaskan Beksan Bandabaya yang diciptakan sekitar tahun 1840 oleh KGPAA Paku Alam II (bertahta 1829-1858). Inspirasi tarian ini muncul saat PA II sepulang dari Madiun. Ketika berada di Madiun, PA II menyaksikan latihan perang menggunakan gebug atau pemukul beserta perisai. (sol)