Telkom Tak Ingin Tari Tradisional Menghilang

Telkom Tak Ingin Tari Tradisional Menghilang

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—PT Telekomunikasi Indonesia (Tbk) Telkom, tidak ingin tari tradisional di Indonesia menghilang. Tari Gambyong dan jenis tari tradisional lainnya, merupakan kekayaan budaya yang musti terus lestari dan terpelihara, sehingga tetap bisa dilihat dan dikenal oleh generasi muda.

EVP Telkom Regional IV Jateng DIY, Djatmiko mengatakan, sebagai perusahaan telekomunikasi, Telkom ingin mengambil peran strategis dalam membangun infrastruktur, untuk membantu upaya pelestarian budaya termasuk seni tari tradisional. Upaya ini dilakukan dengan menjalin sinergi bersama Sanggar Natya Lakshita Didik Nini Towok.

“Dengan memanfaatkan teknologi dan media digital online, Pak Didik terus berusaha menunjukkan eksistensi, konsistensi dan kepiawaiannya dalam memadukan seni pertunjukkan tradisional tari dengan sentuhan yang lebih modern. Beliau memanfaatkan kanal youtube, instagram dan yang lain, untuk menjangkau segmen milenial. Idenya sangat visioner, terlebih di masa pandemi seperti sekarang. Sudah sepatutnya kami mendukung visi tersebut,” kata Djatmiko, saat berkunjung ke rumah sang maestro Didik Nini Towok, di Jatimulyo Yogyakarta, Jumat (29/8/2020) petang.

Dalam kunjungan, Djatmiko secara simbolis menyerahkan bantuan berupa uang tunai melalui program IndiHome Peduli Seni dan Budaya Nusantara. Bantuan pendanaan ini, guna membantu ide Didik Nini Towok membangun dan mengelola Rumah Koleksi Natya Lakshita. Rumah koleksi ini berisi ribuan baju, kostum, aksesoris dan pernak pernik seni lain, yang selama ini menemaninya dalam berkarya.

Rumah koleksi ini, akan dibangun menjadi semacam museum dan sekaligus sanggar tari yang terbuka untuk umum. Sehingga masyarakat yang ingin melihat koleksi benda-benda seni, atau sekaligus ingin belajar tari, bisa mengunjungi tempat ini.

“Saya sejak masih SD suka dengan tari tradisional. Saya juga masih ingat cara Pak Didik menari. Kalau sekarang saya datang ke sini, saya bisa bercerita minimal kepada keluarga dan anak-anak. Di Jogja ada sanggar milik Pak Didik. Jangan sampai anak-anak kita nantinya hanya tahu K-Pop misalnya,” kata Djatmiko.

Didik Nini Towok sendiri mengatakan, pandemi yang melanda, telah membawa dampak serius terhadap semua pihak, termasuk para pekerja seni seperti dirinya. Didik mengaku harus terus berinovasi, agar tetap bisa berkarya dan eksis. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan media digital.

“Tentu saya dan kita semua tidak boleh tinggal diam dan pasrah. Sekarang banyak cara untuk tetap bisa eksis. Salah satunya memanfatkan teknologi. Arahnya harus ke sana. Supaya kita bisa mematuhi anjuran pemerintah untuk protokol kesehatan, sekaligus tetap bisa berkarya,” katanya.

Didik mengaku, sejak pandemi melanda, dirinya harus menerima nasib dengan pembatalan puluhan permintaan menari di dalam dan luar negeri. Ia bahkan terpaksa merumahkan sebagian dari karyawan karena sepi order sehingga tidak sanggup membayar gaji mereka.

“Pemintaan tari di lima negara di Asia dibatalkan. Begitu pula yang di dalam negeri,” kata Didik mengakui.

Beberapa tahun lalu, Didik dan teman-temannya menggagas memamerkan koleksi-koleksi seni yang masih tersimpan rapi sejak ia mulai menari. Ada topeng, kain kebaya, selendang, kain kimono, suvenir, dan banyak lagi.

Diantara koleksi itu, adalah ratusan topeng yang biasa ia gunakan sebagai pelengkap kostum saat menari. Ia memperoleh topeng dari seluruh dunia dan daerah di Indonesia. Banyak yang masih dipakai, tapi banyak pula yang hanya dipajang di Rumah Koleksi.

“Ya konsepnya mirip museum mini. Tapi supaya tak ada jarak dengan masyarakat, kami menyebutnya Rumah Koleksi. Siapa saja boleh berkunjung dan melihat berbagai benda yang pernah saya pakai maupun lainnya. Bahkan pengunjung juga bisa belajar menari di sini,”' tutur Didik yang kini memasuki usia 66 tahun.

Pandemi membangun dan menyelesaikan Rumah Koleksi terhenti. Batalnya order menari, menjadikan dukungan pendanaan juga menghilang. Didik mengaku beruntung, gagasannya ini mendapat dukungan sejumlah pihak, termasuk dari PT Telkom. (SM)