Teater Musikal Mahespati Sangkara Sukses Digelar di ISI Yogyakarta
Pergelaran tersebut dikemas dengan mengintegrasikan visual interaktif, memadukan tampilan LED dan seni panggung.
KORANBERNAS.ID, BANTUL – Pertunjukan spektakuler sekaligus kolosal Teater Musikal Mahespati Sangkara sukses digelar di Laboratorium Seni Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Jumat (27/9/2024), malam.
Ini merupakan pergelaran pertunjukan kolaborasi dari seluruh program studi di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. Tidak tanggung-tanggung, event itu melibatkan 296 orang terdiri mahasiswa serta dosen.
Menariknya, pergelaran tersebut dikemas dengan mengintegrasikan visual interaktif, memadukan tampilan LED dan seni panggung, serta interaksi aktor dengan animasi guna menciptakan pertunjukan yang imersif dan inovatif.
Setya Rahdiyatmi KJ selaku Pimpinan Produksi, Minggu (29/9/2024), menyampaikan naskah Mahespati Sangkara ditulis dan disutradari oleh Rano Sumarno M Sn.
Aksi panggung yang atraktif pertunjukan Teater Musikal Mahespati Sangkara. (istimewa)
Adapun Music Director oleh Puput Pramuditya M Sn, Penata Iringan Warsana M Sn, Penata Tari Galih Suci Manganti MA, Penata Wayang Aneng Kiswantoro M Sn, Supervisor Animasi Rahmat Aditya Warman M Eng dan Kathryn Widhiyanti S Kom M Cs.
Pergelaran ini juga melibatkan pelatih vokal Linda Sitinjak M Sn. Sedangkan Bintang Tamu sebagai Dhemit Cilik yaitu Limpad Budya Asmara, Kanajalu Rahagi Sakha, Kirana Mahesa Ayu Wibowo, Rengganis Laut Razzqya.
Lebih lanjut Setya Rahdiyatmi menjelaskan, Mahespati Sangkara merupakan gambaran sekaligus sebuah peringatan tentang bahaya kerusakan negara akibat dari ketamakan bangsanya sendiri.
“Mahespati Sangkara merupakan penutup dari lakon Trilogi Dwipantara. Kisah ini merupakan lanjutan dari pertunjukan sebelumnya, Niskala Nawasena dan Ambarasta,” ungkapnya.
Permasalahan bangsa
Disebutkan, pergelaran itu mengangkat tiga kisah. Pertama, kisah Niskala Nawasena yang merupakan metafora dari permasalan bangsa Indonesia saat ini.
Raja Adhikara sebagai gambaran amanat kemerdekaan terus terancam oleh gangguan perpecahan, radikalisme, multikrisis dan dekadensi moral yang digambarkan dengan sosok antagonis tokoh Ahengkara. Niskala sang generasi emas, anak muda pewaris bangsa memimpin perlawanan dengan tekad merebut kembali kemerdekaan yang hakiki.
Kedua adalah kisah Ambarasta. Ini merupakan metafora sebagai seruan untuk bela negara kepada generasi emas Indonesia. Niskala menjadi gambaran bumi Indonesia yang menawan di mata seluruh negara dan selalu menjadi perhatian dunia global.
“Ambarasta mencoba untuk menumbuhkan cinta tanah air dan menanamkan semangat bela negara pada generasi muda Indonesia adalah langkah nyata untuk kepastian kehidupan generasi kita di masa mendatang,” kata dia.
Kemerdekaan
Ketiga, lanjutnya, adalah Mahespati Sangkara yang mengisahkan perjuangan seorang pemuda bernama Aruta. “Aruta mengajarkan pada kita akan pentingnya memperjuangkan hak kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan di mata dunia,” ungkapnya.
Sebagai kesatuan negara yang besar, sudah semestinya selalu waspada akan ancaman dan gangguan dari pihak luar. “Ancaman akan selalu datang bila kita lalai bermawas diri. Bangsa kita bisa hancur bukan hanya karena kejahatan bangsa lain, namun karena ketamakan bangsanya sendiri,” tandasnya. (*)