Tarian Ndolalak Menandai Puncak Acara Merti Desa Cangkrep Lor, Purworejo
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Pembangunan sumber daya manusia (SDM) masyarakat Kelurahan Cangkrep Lor, Purworejo, merupakan skala prioritas dari Pemerintah Kelurahan Cangkrep Lor, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Kesenian Ndolalak Mekar Sari Cangkrep Lor yang asli budaya setempat, ditampilkan dalam puncak acara merti desa 2023 di Halaman Kelurahan Cangkrep Lor Minggu (19/02/2023).
Ketua Karang Taruna Cangkrep Lor Wahyu Arya Tri Pambudi Azhari kepada koranbernas.id Minggu (19/02/2023) mengatakan, bahwa selain pembangunan fisik infrastruktur di wilayah Kelurahan Cangkrep Lor, pembangunan mental SDM juga menjadi perhatian pemerintah setempat.
“Sebagai Ketua Karang Taruna kami bersinergi dengan pak Lurah (Wisnu Graha) untuk membuat program di Kelurahan. Dalam acara merti desa tahun 2023 agenda tersebut dimulai dengan ziarah kubur, kenduri agung, pementasan wayang kulit semalam suntuk dilanjut dengan pengajian. Puncaknya pentas kesenian Ndolalak Mekar Sari,” kata Wahyu Arya.
Lebih lanjut Wahyu Arya menjelaskan, bahwa tahun ini tema merti desa yakni Cangkrep Lor membangun. Selama setahun pak Lurah mempelajari karakter masyarakat setempat baru pada tahun keduanya menjalankan program yang menyentuh warganya.
“Cangkrep Lor itu "di kotakan" pasti tapi tidak dengan budayanya. Pemerintah Kabupaten Purworejo segera membangun Kantor Kelurahan juga di sisi lain juga membangun dari sisi elemen masyarakatnya seperti Karang Taruna, PKK, Gapoktan dibenahi dari awal,”jelas Wahyu Arya.
Ketua Ndolalak Mekar Sari Agus Supriyanto mengungkapkan bahwa Ndolalak yang dipimpinya berdiri sejak tahun 1985. Banyak prestasi yang ditorehkan dari Ndolalak Mekarsari tersebut salah satunya pernah pentas di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
“Saat ini anggota kami sekitar 40 an terdiri dari penari dan wiyaga. Kesemuanya merupakan warga Kelurahan Cangkrep Lor yang rata-rata usia sekolah SLTA,”ungkap Agus.
Agus Suprianto menjelaskan bahwa fungsi tarian tersebut sebagai hiburan di kalangan masyarakat, juga sebagai penyambutan tamu di pemerintahan juga sebagai media belajar para remaja untuk memeriahkan hari besar nasional dan apresiasi budaya.
“Tarian tersebut menampilkan berbagai jenis tarian di mana setiap jenis tarian dibedakan dengan syair lagu yang dinyanyikan sebanyak 20 hingga 60 lagu,” jelas Agus.
Pentas Tarian Ndolalak Mekar Sari terdiri dari dua babak yakni babak pertama dari jam 10:00 sampai jam 12:00 dilanjutkan pukul 13:00 hingga pukul 17:00. Sebanyak 20 penari membawakan tarian Ndolalak tersebut.
Pada awal babak kedua seorang penari kesurupan “ndadi” hingga dirinya menari secara mandiri. Sherly adalah penari muda asal Cangkrep Lor yang mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menghibur ratusan penonton yang memadati halaman Kelurahan Cangkrep Lor. Dengan memakai kaca mata hitam dirinya terus menari dengan trampil dan bertenaga.
Asal mula Tarian Ndolalak
Tarian ini muncul sebagai tiruan gerakan dansa para serdadu Belanda. Pertama kali dipentaskan pada tahun 1915. Sebelum tahun 1970-an penarinya laki-laki dewasa berjumlah 10 hingga 16 penari. Baru era setelah tahun 1970-an dibawakan penari perempuan.
Perubahan tersebut disebabkan penari perempuan lebih energik dalam menampilkan tarian juga masyarakat lebih menikmati kesenian Ndolalak tersebut.
Awal tarian Ndolalak penari duduk bersila di tengah area pertunjukan. Kemudian beberapa penari bersama-sama menari dengan komposisi berpasangan, trio atau kwartet.
Puncaknya seorang penari “ndadi” yakni menari secara mandiri dalam keadaan kesurupan. Penari tersebut secara energik akan mengeluarkan seluruh kemampuan seni tarinya untuk memberikan atraksi terbaik kepada penonton.
Tarian Ndolalak ditampilkan secara berkelompok antara 10 hingga 20 penari akan tetapi dalam acara tertentu bisa ditampilkan secara massal.
Gerakan tarian tersebut selain sangat indah juga memiliki sejumlah makna. Dari gerakan mengangguk-angguk berarti sebuah penghormatan terhadap orang juga sopan santun kepada orang tua.
Busana penari ndolalak sangat mirip dengan tentara Belanda. Dengan menggunakan kemeja lengan panjang dan celana diatas lutut. Seragam tersebut berhiaskan emas, dilengkapi dengan sampur berwarna kuning cerah.
Pelengkap busana lainnya berupa kaus kaki dan topi khas serdadu Belanda berwarna hitam dilingkari kain batik warna kuning keemasan. (*)