Tak Ada Air dari Waduk Wadaslintang, Petani Terpaksa Membuat Sumur Bor

Tak Ada Air dari Waduk Wadaslintang, Petani Terpaksa Membuat Sumur Bor

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN — Petani padi di sawah berpengairan tehnis di Kabupaten Kebumen pada Musim Tanam (MT) II padi tahun 2019–2020 tidak lagi bisa memperoleh air dari Waduk Wadaslintang. Mereka mengandalkan air bawah tanah. Petani yang lahan sawahnya jauh dari bendung, mencukupi kebutuhan air dengan sumur bor agar bisa bercocok tanam padi pada MT II.

Seperti diungkapkan Rodin (46), petani warga Desa Candiwulan, Kecamatan Kebumen. Kepada koranbernas, Rabu (17/6/2020), ia mengungkapkan sudah 2 musim tanam padi lahan sawahnya tidak mendapatkan air irigasi. Pada MT I tanaman padinya masih bisa panen karena masih turun hujan. Pada MT II, hujan kadang masih turun, tapi tidak sesering MT I.

“Saya mencoba dengan sumur bor,“ kata Rodin. Sumur bor yang masih dalam penggalian, kedalamanya lebih dari 10 meter. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk bisa mendapatkan air. Biaya pembuatan sumur bor Rp 60.000 per meter kedalaman.

Rodin mengungkapkan, petani sudah mendapatkan informasi, pada MT II padi ini petani dianjurkan menanam palawija. Namun petani ragu-ragu menanam palawija karena hujan kadang masih turun. Tanaman palawija, seperti kacang tanah, kacang hijau, atau kedelai bisa membusuk dan puso jika kelebihan air karena hujan. Petani memilih menanam padi dengan konsekuensi mencukupi air mandiri. (eru)