Sulitnya Regenerasi Batik Tulis Yogyakarta

Sulitnya Regenerasi Batik Tulis Yogyakarta

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Dianugerahi predikat Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC) sejak 2014 merupakan tanggung jawab besar bagi Yogyakarta. Batik tulis yang membawa kota ini memenangkan predikat tersebut semakin tidak populer di kalangan anak muda.

Tidak banyak pembatik muda tekun di bidang batik tulis. Sulitnya regenerasi ini menjadi tantangan yang berat bagi batik tulis di Yogyakarta.

“Karena anak muda sekarang untuk membatik tulis nggak terlalu suka, mereka nggak telaten, mereka suka yang instan-instan, saat ini mereka lagi suka k-pop k-pop gitu," papar Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAy A) Paku Alam X di sela-sela Pelatihan Batik Tulis dan Pewarna Alami yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin (15/6/2021).

Gusti Putri menyampaikan apresiasinya atas pelatihan yang diinisiasi UAD, karena ditujukan untuk umum bagi masyarakat di daerah Yogyakarta. Umur peserta pelatihan yang beragam juga menjadi nilai plus.

“Pelatihan ini ditujukan untuk anak kecil hingga orang tua, boleh cowok dan cewek itu saya rasa luar biasa sekali karena biasanya pelatihan hanya untuk warga-warga kalangan tertentu atau kelompok usia tertentu dan tidak dipungut biaya apapun,” lanjutnya.

Menurut dia, dengan adanya perkampungan atau perkumpulan batik di Yogyakarta menjadikan batik nitik mendapat identitas geografi (IG) yang diakui oleh seluruh dunia bahwa batik nitik adalah khas Yogyakarta.

Wakil Rektor UAD, Utik Bidayati, menambahkan program berkesinambungan ini telah dilakukan selama tiga tahun berturut-turut. Dengan program jangka panjang dan terpadu akan lebih mengena dan membawa hasil yang tepat bagi masyarakat.

Program multiyears ini bisa menghasilkan produk yang berkualitas sesuai yang diharapkan oleh customer. Harapannya kerja sama ini tidak mungkin hanya tiga tahun.

“Jika memungkinkan bisa dikembangkan dengan beberapa agenda kegiatan yang lain. Yang dari awalnya adalah material yang kita kembangkan, kemudian kita mengkomunikasikan ke pihak luar dan membangun jejaring-jejaring,” terangnya.

Selain untuk pemberdayaan masyarakat, ini merupakan produk-produk riset yang kemudian diimplementasikan ke masyarakat yaitu meningkatkan kemampuan ekonomi.

Saat ini UAD mengajarkan tentang pewarnaan, kemudian tahun depan seputar pengetahuan. Agar batik ini tidak punah maka diperkenalkan ke SD dan SMP yang kemudian akan dibuatkan buku agar acara ini berkelanjutan termasuk beberapa event yang berkaitan dengan batik.

Multiyears itu dimaksudkan agar kita tuntas dalam pengabdian agar masyarakat itu benar-benar punya kemampuan serta kapasitas yang cukup untuk mandiri," ungkapnya. (*)